Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hardiknas 2025

Catatan Kelam Hardiknas 2025, Murid SD Inpres 238 Bonto Parang Maros Belajar di Bekas Kandang Ayam

Hanya ada satu papan tulis. Guru mengajar secara bergantian, berbagi suara dan perhatian untuk anak-anak dari berbagai tingkat.

Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Alfian
Istimewa
SEKOLAH KOLONG - SD Inpres 238 Bonto Parang di Dusun Bara, Desa Bonto Somba, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Di dusun terpencil yang berjarak sekitar 50 kilometer dari pusat Kota Maros ini, puluhan anak belajar di bawah kolong rumah panggung warga yang sebelumnya digunakan sebagai kandang ayam. 

Tidak mungkin bagi anak-anak di dusun itu bisa mengaksesnya setiap hari.

kecuali, mereka tinggal di dekat sekolah induk, menumpang di rumah keluarga.

"Tidak diizinkan sama orang tua tinggal di Bonto Parang karena jauh. Terus kalau kami sekolah disini bisa tetap bantu orang tua di kebun atau di sawah kalau pulang sekolah," sebutnya.

Sekolah ini bukan didirikan lewat proyek pemerintah, melainkan berawal dari inisiatif warga.

Sejak 2018, seorang pemuda kampung bernama Suryadi mulai mengajar anak-anak secara sukarela.

Baru pada 2023, sekolah kolong ini resmi diakui sebagai kelas jauh oleh SD induk.

Kini, Suryadi dibantu dua guru lainnya, semuanya berstatus honorer dengan gaji Rp600 ribu per bulan yang diterima setiap tiga bulan.

Mereka tetap mengajar meskipun dengan sarana terbatas.

“Sekarang kami sudah punya meja, kursi, papan tulis, dan tenda darurat juga dari dinas. Jadi sudah lebih baik dibanding awal dulu,” kata Suryadi.

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Maros, Andi Patiroi, menyampaikan pembangunan ruang kelas permanen telah masuk dalam program prioritas dan direncanakan masuk dalam anggaran perubahan tahun ini atau APBD pokok tahun depan.

“Pak Bupati sudah pernah meninjau langsung ke lokasi. Kami sudah bantu tenda darurat, alat tulis, dan seragam. Untuk ruang kelas permanen, akan kita anggarkan segera,” ujarnya.

Meski masih terbatas, anak-anak di Dusun Bara tetap bersekolah.

Mereka menyesuaikan waktu belajar dengan aktivitas membantu orang tua, tanpa harus pergi jauh ke sekolah induk yang berjarak 10 kilometer dengan medan yang sulit.

Bagi siswa maupun guru, kehadiran ruang kelas permanen dan akses jalan yang lebih baik diharapkan bisa mendukung proses belajar yang lebih nyaman dan konsisten ke depannya.(*)

 

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved