Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Alasan Trump Tetiba Mau Berdamai dengan Tiongkok, Presiden AS Ungkap Kondisi Hubungan Xi Jinping

Dalam pernyataannya, Trump menyebut tekanan tarif tinggi akhirnya membuat Beijing mau duduk bersama mencari kesepakatan.

Editor: Ansar
Facebook
TARIF DAGANG AS - Foto ini diambil pada Kamis (3/4/2025) dari Facebook The White House memperlihatkan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, berbicara selama konferensi pers setelah menandatangani kenaikan tarif dagang baru antara AS dan negara lain di dunia, di Gedung Putih di Washington, DC, AS pada Rabu (2/4/2025). Trump bersikeras bahwa semua langkah ini bagian dari “seni bertransaksi” untuk mencapai kesepakatan terbaik bagi AS. 

Murphy menambahkan bahwa produsen kini mulai memindahkan produksi ke Asia Tenggara atau menurunkan harga ke pasar Eropa untuk bertahan.

 “Menyiapkan manufaktur teknis butuh waktu dan biaya besar,” ujarnya.

Tarif yang berubah-ubah juga memukul usaha kecil yang tidak punya kapasitas untuk menyesuaikan diri dengan cepat.

“Ini bukan beban yang bisa ditanggung oleh bisnis kecil,” kata Stephen Lamar, CEO American Apparel & Footwear Association.

Perusahaan pelayaran Maersk memperingatkan bahwa tarif baru akan memicu kekacauan logistik dan lonjakan tarif pengiriman dalam beberapa bulan ke depan.

Di tengah ketidakpastian, banyak barang kini terbengkalai di pelabuhan karena tak diambil atau tak dibayar.

Perusahaan seperti JS Cargo, FR8 Auctions, dan Merchandise USA kini membeli kargo terbengkalai itu untuk dijual di pasar diskon.

Sementara para pengirim barang memilih pendekatan “wait and see" saat banyak negara bingung dengan arah kebijakan perdagangan AS.

Tidak Dapat Arahan Jelas

Menurut laporan Politico, diplomat dari berbagai negara menyatakan bahwa mereka tidak mendapatkan arahan jelas dari pemerintahan Trump tentang apa sebenarnya yang diinginkan AS.

“Kami benar-benar tidak tahu apa yang diinginkan,” ujar seorang diplomat Asia yang ikut dalam negosiasi.

Gedung Putih mulai memprioritaskan negosiasi dengan mitra strategis seperti Vietnam, India, Korea Selatan, dan Jepang, sementara negara-negara lain menunggu giliran—tetap membayar tarif tinggi tanpa kepastian kapan bisa dinegosiasikan.

Trump memangkas sebagian tarif menjadi 10 persen untuk 90 hari ke depan bagi negara-negara tersebut, namun pengecualian itu tidak berlaku bagi Tiongkok.

Banyak negara akhirnya mengajukan permintaan formal untuk perundingan bilateral, termasuk Jepang yang mengirim pejabat tinggi ke Washington untuk membahas hambatan non-tarif.

Namun upaya menghapus hambatan nontarif justru dinilai akan memperumit negosiasi.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved