Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Banjir Luwu

Luwu Selalu Dilanda Banjir, Warga Nilai Pemerintah Tak Bisa Selesaikan Masalah

Di Lingkungan Cappie, Kelurahan Larompong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, air banjir tinggal lebih lama dan lebih sering datang.

Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Edi Sumardi
TRIBUN TIMUR/MUH SAUKI MAULANA
BANJIR LUWU - Endapan lumpur akibat banjir di Kabupaten Luwu, Sulsel, Jumat (4/4/2024) malam. Banjir terjang 3 kecamatan, yakni Suli, Suli Barat, dan Larompong. 

BELOPA, TRIBUN-TIMUR.COM - Di Lingkungan Cappie, Kelurahan Larompong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, air banjir tinggal lebih lama dan lebih sering datang.

Dalam dua bulan terakhir, banjir telah menerjang kampung ini sebanyak empat kali.

Artinya, dua kali dalam sebulan warga harus bersiap-siap menghadapi banjir setinggi lutut, meski hujan tak begitu deras.

“Sudah cukup mengkhawatirkan. Ini bukan soal air yang datang tiba-tiba, tapi soal tak adanya lagi yang menahan air itu dari hulu,” kata salah satu warga, Royan Juliazka Chandrajaya, Sabtu (5/4/2025).

Royan curiga air yang meluap dan mengalir deras ke pemukiman tak sekadar berasal dari curah hujan lokal.

Ada kerusakan besar di kawasan hulu yang dulu berfungsi sebagai penyanggah alam.

Sebab kawasan yang dulu mampu memperlambat aliran air itu kini tak lagi bekerja sebagaimana mestinya.

“Kami hanya bisa menduga-duga. Mungkin sudah banyak alih fungsi lahan, atau sudah masuk industri ekstraktif, tambang misalnya. Tapi bukan kami yang harus cari tahu. Itu tugas pemerintah,” kata Royan.

Menurut Royan, warga sudah lelah.

Baca juga: Nestapa Warga, Sebulan 3 Kali Lingkungan Cappie Larompong Luwu Sulsel Diterjang Banjir

Mereka terkadang ikut kena imbas akibat terjangan banjir.

Tak jarang, para petani kehilangan hasil panen karena sawah tertimbun lumpur tebal yang ikut bersama banjir.

Belum lagi, sambung Royan mengatakan, warga yang bekerja sebagai petambak merugi karena bibit ikan hanyut dibawa arus.

"Belum lagi kalau kita bicara infrastruktur. Rumah yang terus menerus kena banjir, pelahan akan mengalami pelapukan dan kerusakan. Aspal-aspal yang ada dusun kami, sebagiannya sudah mengalami kerusakan parah, itu terangkat. Dan butuh perbaikan yang maksimal dan menyeluruh," bebernya.

Bahkan terbaru, ketika banjir, Jumat (4/4/2025) sekitar pukul 21.15 Wita, jalanan mengalami rusak berat.

Derasnya arus, membuat aspal mengelupas sekitar 5 meter dengan kedalaman berkisar hingga 30 centimeter.

“Dan sampai hari ini, respon pemerintah dari dulu sama saja. Tidak peka dan tidak responsif. Terutama dalam kaitannya dengan respon yang bersifat strategis. Memang semalam ada tim dari BPBD daerah tapi hanya melakukan assesment. Tapi setelahnya, tidak ada lagi. Jadi mau sampai kapan seperti ini," ujarnya.

Royan mengaku, tanggul yang dibangun bertahun-tahun lalu di lekukan sungai, kini ibarat menahan air dengan tampah.

“Sudah tidak efektif. Banjir melampaui kapasitas tanggul. Masalahnya bukan di sini, tapi di atas sana (hulu),” lanjutnya.

Baca juga: Banjir Luwu Rendam 100 Rumah di 3 Kecamatan, Jembatan Ambruk

Warga Cappie mendesak pemerintah untuk tidak lagi memelihara kebiasaan reaktif yang hanya muncul ketika genangan sudah naik ke teras rumah.

Menurut Royan, mereka meminta kebijakan yang strategis, berani, dan berpihak pada keselamatan warga.

"Kami ingin dilihat, didengar, dan dianggap sebagai warga Luwu sepenuhnya, bukan hanya sekedar corong suara setiap lima tahun sekali," katanya mengakui.

Lebih lanjut, kata dia, “Ini tantangan untuk pemerintah yang baru terpilih. Jangan biarkan Cappie jadi korban dari kebijakan yang tak adil dan pengabaian yang sistematis."

Diketahui, banjir pertama merendam Lingkungan Cappie, terjadi pada 18 Maret 2025 ketika umat muslim melaksanakan ibadah puasa.

Kala itu, banjir mulai meluap sekitar pukul 17.55 Wita malam, merendam setidaknya 45 unit rumah warga dengan ketinggian air mencapai lutut orang dewasa.

Bencana hidrometeorologi kembali dirasakan warga, pada 3 April tiga hari setelah Lebaran Idulfitri 1446 Hijriah.

Air Sungai Larompong kembali meluap ke badan jalan sekitar pukul 17.00 Wita, namun kembali surut menjelang pukul 18.00 Wita malam.

Keesokan harinya, Jumat (5/4/2025) banjir kembali dirasakan warga Lingkungan Cappie.

Akibatnya, puluhan rumah warga, areal sawah dan perkebunan warga ikut terendam banjir yang airnya berwarna keruh kecoklatan.

Dari pantauan Tribunluwu.com, banjir juga menyebabkan beberapa titik badan jalan terangkat terbawa arus banjir.

Derasnya arus mengakibatkan aspal rusak parah kurang lebih sepanjang 5 meter dengan kedalaman lubang berkisar 30 centimeter.

"Kondisi ini jelas berbahaya bagi pengendara yanh ingin melintas. Apalagi ada genangan, sehingga perlu kehati-hatian untuk melintas agar tidak terjatuh," jelas salah satu warga, Kamal saat dikonfirmasi, Sabtu (5/4/2024).

Kamal menyebut, bencana hidrometeorologi yang terjadi di Cappie sudah sering terjadi tanpa ada solusi yang diberikan oleh pemerintah.

"Parah sekali, karena hanya karena hujan sedikit, pasti langsung banjir. Dan ini perlu menjadi perhatian pemerintah terkhusus bupati baru untuk menyelesaikan. Sehingga kita perlu tahu apa sebenarnya penyebabnya, apakah kerusakan lingkungan atau yang lain," bebernya.

Tak hanya badan jalan yang rusak diterjang banjir, endapan material lumpur juga tersisa di dalam rumah dan pekarangan rumah warga yang terdampak.

Hingga pukul 10.00 Wita, warga masih sibuk melakukan pembersihan di rumah mereka masing-masing.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu, merincikan luapan banjir terjadi di Kecamatan Larompong, Suli Barat, dan Suli.

Kejadian itu berlangsung sekitar pukul 21.15 Wita dan menyebabkan genangan di sejumlah pemukiman serta infrastruktur warga.

Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Luwu, Andi Baso Tenriesa, banjir terjadi akibat curah hujan lebat yang memicu luapan air sungai ke daerah pemukiman.

“Tinggi muka air bervariasi antara 20 hingga 50 cm,” katanya.

Dirinya menambahkan, titik banjir di Kecamatan Larompong berdampak ke Lingkungan Cappie, Mentang, Kelurahan Larompong, dan Desa Lumaring.

"Di Lingkungan Cappie dan Mentang, Kelurahan Larompong sekitar 50 unit rumah terendam, termasuk akses jalan, sawah, dan kebun. Kemudian di Desa Lumaring, satu jembatan dilaporkan ambruk," bebernya.

Sementara di Kecamatan Suli Barat, sambung Andi Baso Tenriesa, titik banjir berada di Kelurahan Lindajang sekitar 15 rumah terdampak.

Ditambah Desa Buntu Barana: 10 rumah terendam dan akses jalan turut terkena dampak.

"Lalu sekitar 100 rumah warga terendam banjir. Hingga saat ini tidak ada laporan korban jiwa maupun kerusakan signifikan pada bangunan," ujar Andi Baso Tenriesa.

Ia menambahkan, BPBD Luwu tengah melakukan kaji cepat dan berkoordinasi dengan aparat kecamatan setempat untuk penanganan lebih lanjut.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved