Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Muammar Bakry

Ramadan dengan Cinta 28: Tawadhu Yang Dicintai

Sangat wajar tentunya jika orang fakir menampakkan  kerendahan hatinya dengan segala keterbatasan yang ada padanya.

Editor: Sudirman
DOK TRIBUN TIMUR
Imam Besar Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf dan Rektor Universitas Islam Makassar, Prof Dr Muammar Bakry Lc MA. Dalam Ramadhan 2025 atau Ramadhan1446 H, Muammar Bakry menulis kolom Ramadhan dengan Cinta seriap hari yang diterbitkan di Tribin Timur cetak. 

Oleh: Muammar Bakry

Imam Besar Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf

TRIBUN-TIMUR.COM - Allah berfirman dalam hadis qudsi dalam potongan terjemahnya: “Aku cinta orang fakir yang rendah hati dan cintaku lebih besar pada orang kaya yang rendah hati.” (HR. Ahmad)

Sangat wajar tentunya jika orang fakir menampakkan  kerendahan hatinya dengan segala keterbatasan yang ada padanya.

Dalam realitasnya, materi mampu menggerakkan kehidupan sesuai dengan yang diharapkan oleh orang yang bermodal banyak untuk suatu tujuan tertentu.

Mengatur orang lain dengan kemampuan finansial yang dimiliki tentu membuat orang memiliki otoritas yang kuat, sehingga sangat mudah terjangkit sifat kesombongon yang merasukinya.

Otoritatif yang kuat tanpa diberengi dengan akhlak, dipastikan akan menampilkan manusia-manusia yang sombong dan angkuh.

Berbeda dengan orang yang lemah secara finansial, tentu tidak ada daya yang cukup untuk menjadi modal baginya menjadi orang yang memiliki otoritas kuat yang pada akhirnya bisa menggelincirkannya pada sifat kesombongan.   

Karena tantangannya sangat berat dengan potensi yang sangat memungkin untuk bertindak sombong namun ia tetap humble, maka Allah memberi apresiasi kepadanya lebih tinggi derajatnya daripada orang miskin yang rendah hati.

Tawadhu berakar dari kata “wadha’a” yang bermakna meletakkan sesuatu pada tempat yang lebih rendah, jadi orang tawadhu’ adalah bersikap rendah hati dari derajat kemuliaan.

Kebalikan dari sombong (takabbur) yakni merasa lebih mulia daripada orang lain.

Sifat takabbur, pemilliknya hanyalah Allah, salah satu dari nama asmaul husna.

Allah memiliki nama Mutakabbir maknanya seluruh makhlukNya kecil dan berada di bawah kendalinya.

Kebesaran Allah yang sering diucapkan dalam takbir “Allahu Akbar” menunjukkan Allah berkuasa atas segala-galanya.

Semua makhluk kecil, karena itu jika ada makhluk yang merasa besar, menunjukkan ia sombong bukan di hadapan manusia saja, tapi juga sombong di hadapan Allah swt. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved