Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Muammar Bakry

Ramadan dengan Cinta 24: Cinta Binatang

Binatang yang dikonsumsi apabila disembelih haram hukumnya melakukan penyiksaan kepadanya.

Editor: Sudirman
DOK TRIBUN TIMUR
Imam Besar Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf dan Rektor Universitas Islam Makassar, Prof Dr Muammar Bakry Lc MA. Dalam Ramadhan 2025 atau Ramadhan1446 H, Muammar Bakry menulis kolom Ramadhan dengan Cinta seriap hari yang diterbitkan di Tribin Timur cetak. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Rahmat Allah swt bukan hanya kepada manusia saja, tapi juga kapada binatang bahkan semesta alam. Pesan rahmat Allah tersebut dititipkan, dicontohkan dan disampaikan kepada Nabi Muhammad saw.

Tidak ada yang Allah ciptakan sia-sia termasuk penciptaan binatang. Sebagian binatang dihadirkan untuk kepentingan manusia, seperti untuk konsumsi makanan, sebagai alat kendaraan dan sebagai hiburan. 

Binatang yang dikonsumsi apabila disembelih haram hukumnya melakukan penyiksaan kepadanya.

Nabi menyebutkan dalam hadisnya “Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik, hendaklah salah seorang di antara kalian menajamkan pisaunya dan menenangkan sembelihnya.” (HR. Muslim). Ini perintah berihsan kepada binatang.

Nabi juga pernah berpesan "Bertakwalah kepada Allah untuk binatang-binatang, tunggangilah ia dengan cara yang baik, dan makanlah dagingnya dengan cara yang baik."

Mu’adz bin Anas ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah berjumpa dengan beberapa orang yang sedang duduk di atas tunggangan mereka, lalu Rasul saw. bersabda, “Tunggangilah mereka (hewan-hewan tunggangan) dengan belas kasih (jangan membebani mereka dengan beban berlebihan) dan turunlah ketika kalian sudah tidak perlu menunggangi mereka. 

Jangan jadikan mereka kursi untuk kalian mengobrol ketika berada di jalanan atau di pasar. Boleh jadi seekor hewan tunggangan lebih baik (dalam timbangan Allah swt) daripada orang yang menungganginya karena ia mengingat Allah swt lebih sering daripada orang yang menungganginya.” (H.RAhmad).

Demikian bersahabatnya Nabi dengan binatang-binatang, binatang piaraannya diberi nama seperti untanya diberi nama Qiswa yang berbadan besar dan berpunuk.

Kudanya yang berwarna pirang, hitam kemerahan larinya sangat cepat, serupa dengan aliran air yang deras diberi nama As-Sakbah, hingga seekor kucing yang pernah minta perlindungan kepada Nabi, lalu dirawat dengan kasih sayang diberi nama Mueeza yang merasakan kenyamanan dan kehangatan cinta dari Nabi Muhammad saw.

Rasulullah saw menjelaskan bahwa “Ada seorang wanita yang diazab karena seekor kucing yang dikurungnya hingga mati, wanita itu masuk neraka karenanya. Kucing itu tidak diberinya makan, tidak diberinya minum, tidak pula dilepaskannya hingga dia bisa memakan hewan yang ada di tanah”. (HR. Bukhari).

Sebaliknya ada seorang pelacur mendapat hidayah dari Allah karena rasa ibanya kepada seekor anjing.

Rasulullah sebutkan dalam sabdanya mengisahkan tentang perempuan di masa bani Israil “Ketika seekor anjing berputar atau mengitari pada sumur, di mana dia hampir mati oleh kehausan, tiba-tiba salah seorang pelacur Bani Israil melihatnya.

Pelacur itu melepas sepatu kulitnya dan memberi minum (dengan wadah sepatu) kepadanya. Maka perempuan itu diampuni sebab demikian. (HR Bukhari).

Sebagai tanggung jawab manusia akan fasilitas binatang yang Allah siapkan di dunia, ketika hari kiamat semua hewan dan binatang lainnya dibangkitkan bersama manusia, mereka dihadirkan di hadapan mahkamah Tuhan untuk diberi kesempatan menuntut hak-hak hidupnya yang pernah dirugikan oleh manusia.

Dibangkitkan kembali hanya untuk proses peradilan Allah, setelah semua hak-haknya terbayarkan, lalu kembali menjadi tanah dan debu.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Medium

    Large

    Larger

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved