Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Muammar Bakry

Ramadan dengan Cinta 25: Cinta Jagat

Namun di wilayah lain terjadi banjir karena meningkatnya air permukaan laut di daerah-daerah pesisir dan lain-lain.

Editor: Sudirman
DOK TRIBUN TIMUR
Imam Besar Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf dan Rektor Universitas Islam Makassar, Prof Dr Muammar Bakry Lc MA. Dalam Ramadhan 2025 atau Ramadhan1446 H, Muammar Bakry menulis kolom Ramadhan dengan Cinta seriap hari yang diterbitkan di Tribin Timur cetak. 

Oleh: Muammar Bakry

Imam Besar Masjid Al Markaz Al Islami Jenderal M Jusuf 

TRIBUN-TIMUR.COM - Pada dekade akhir-akhir ini, dunia disibukkan dengan isu perubahan iklim dan krisis lingkungan. 196 negara anggota PBB pada perjanjian Paris sepakat memperlambat laju pemanasan global di bawah 1,5-2 derajat celcius, namun hal itu tak mampu diwujudkan.

Dampak yang serius pada lingkungan kita yakni cuaca yang susah diprediksi, meningkatnya suhu dan gelombang panas yang membawa bencana alam, hilangnya berbagai spesies tumbuhan dan hewan, terjadi kekeringan dan gagal panen.

Namun di wilayah lain terjadi banjir karena meningkatnya air permukaan laut di daerah-daerah pesisir dan lain-lain.

Fenomena ini tentu berdampak pada kondisi sosial masyarakat kita mulai dari perekonomian hingga pada kesehatan manusia.

Ini berarti bahwa kerusakan alam dapat mengantar pada rusaknya tatanan sosial masyarakat kita, bahkan mengancam kehidupan makhluk dalam lingkungan kita. 

Lingkungan yang terdiri dari benda hidup (biotik) seperti manusia, tumbuhan, hewan.

Dan benda tak hidup (a biotik) seperti air, udara (angin), tanah  dan lain-lain.

Di antara makhluk yang paling berkepentingan dengan lingkungan adalah manusia, karena itu manusia diberikan amanah sebagai khalifah dengan fasilitas akal pikiran untuk mengelola, memelihara dan menjaganya.

Untuk menjaga keserasian (mizan) alam, kita diperintahkan berihsan. Berihsan dengan standar minimal adalah tidak merusak ekosistem alam.

Berihsan secara maksimal yakni melakukan hal-hal yang sifatnya transformatif untuk kemaslahatan lingkungan sesuai prinsip-prinsip keseimbangan hukum alam atau Sunnatullah. 

Tidak membuang sampah di sembarang tempat adalah hal yang minimal dalam berihsan, tapi mengelola sampah menjadi hal yang produktif adalah berihsan secara maksimal.

Tidak merusak tanaman adalah hal yang minimal, tapi menanam pohon dan merawatnya bukti ihsan maksimal. Kalau tidak bisa membersihkan jangan mengotori, kalau tidak bisa menanam dan menyiram jangan menebang dan merusak. 

Diperlukan sifat zuhud dalam menjaga bumi. Sikap berlebihan dalam mengeksploitasi alam adalah prilaku israf dan tabzir yang disenangi oleh setan.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved