Opini Qudratullah
Jurnalisme Dakwah: Transformasi Dakwah dalam Ruang Publik
Di sinilah jurnalisme dakwah hadir sebagai sebuah pendekatan yang menggabungkan aspek jurnalistik dengan nilai-nilai keislaman.
Jurnalisme dakwah tidak hanya menyajikan fakta, tetapi juga memiliki misi membentuk kesadaran kolektif masyarakat agar senantiasa berada dalam koridor nilai-nilai Islam (Hidayat, 2020).
Secara filosofis, jurnalisme dakwah berangkat dari pemikiran bahwa informasi memiliki kekuatan untuk membentuk persepsi dan tindakan masyarakat.
Oleh karena itu, jurnalisme yang berorientasi dakwah harus mampu memberikan dampak positif bagi pembaca, baik dari segi moral, sosial, maupun spiritual.
Meskipun memiliki peran yang mulia, jurnalisme dakwah menghadapi berbagai tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana memastikan bahwa pemberitaannya tidak hanya mengakomodasi satu golongan atau mazhab tertentu dalam Islam.
Bias sektarian dapat mengurangi daya tarik jurnalisme dakwah di kalangan umat Islam yang lebih luas dan bahkan dapat menimbulkan perpecahan.
Selain itu, di era digital banyak berita yang beredar tanpa melalui proses verifikasi yang jelas.
Tantangan bagi jurnalisme dakwah adalah bagaimana menjaga kredibilitas dengan memastikan bahwa setiap berita yang disajikan sudah melalui proses verifikasi yang ketat dan tidak mengandung unsur propaganda yang dapat merugikan masyarakat.
Tantangan utama jurnalisme dakwah adalah “bagaimana tetap menjaga integritas jurnalistik di tengah kepungan media yang sering mengutamakan sensasi daripada kebenaran (Nasution, 2019).
Perkembangan teknologi digital juga menuntut jurnalisme dakwah untuk beradaptasi dengan platform baru seperti media sosial, podcast, dan video streaming.
Jika jurnalisme dakwah gagal beradaptasi, maka pesan yang ingin disampaikan akan sulit menjangkau khalayak luas, terutama generasi muda.
Selain itu, banyak media dakwah yang masih bergantung pada pendanaan dari organisasi tertentu, sehingga independensinya sering kali dipertanyakan.
Jurnalis dakwah harus menemukan model bisnis yang berkelanjutan agar dapat tetap beroperasi secara independen tanpa intervensi dari pihak-pihak tertentu.
Untuk menjadikan jurnalisme dakwah sebagai pilar informasi yang berkualitas, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan.
Jurnalisme dakwah harus tetap berpegang pada prinsip dasar jurnalistik, seperti verifikasi data, keberimbangan, dan independensi dalam pemberitaan.
Berita yang disajikan harus berdasarkan fakta dan tidak bersifat spekulatif atau emosional.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.