Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

2 Jenderal Keturunan La Temmu Page Arung Labuaja Panglima Perang Kerajaan Bone, Peraih Adhi Makayasa

Keluarga besar La Temmu Page Arung Labuaja menggelar silaturahim di The Dharmawangsa Jakarta, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Ahad atau Minggu (16/2/

Editor: Edi Sumardi
INSTAGRAM.COM/@DASADLATIF1212
ARUNG LABUAJA - Menteri Pertahanan RI, Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin (kiri) berbicara dalam silaturahim keluarga besar La Temmu Page Arung Labuaja di The Dharmawangsa Jakarta, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Ahad atau Minggu (16/2/2025). Pada foto bagian kanan, tampak Sjafrie bersama adiknya Marsekal Muda TNI (Purn) Maroef Sjamsoeddin dan dai kondang Ustadz Das'ad Latif. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Keluarga besar La Temmu Page Arung Labuaja menggelar silaturahim di The Dharmawangsa Jakarta, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Ahad atau Minggu (16/2/2025).

Dalam acara tersebut, dai kondang Ustadz Dasad Latif hadir membawakan ceramah.

Video acara silaturahim diunggah Ustadz Dasad melalui akunnya di Instagram, Senin (17/2025) kemarin.

Dalam acara tersebut, tampak hadir Menteri Pertahanan RI Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, Marsekal Muda TNI (Purn) Maroef Sjamsoeddin sekaligus mantan Presiden Direktur Freeport Indonesia, dan mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alifian Mallarangeng.

Sjafrie dan Maroef tampak mengenakan baju bergambar wajah Arung Labuaja.

Keduanya merupakan kakak dan adik, Letnan Kolonel (Purn) almarhum Sjamsoeddin.

Keduanya juga merupakan keturunan Arung Labuaja.

Arung Labuaja adalah gelar yang diberikan kepada La Temmu Page Daeng Parenring, pemimpin Kerajaan Labuaja dan panglima perang terakhir Kerajaan Bone.  

Kerajaan Labuaja adalah kerajaan kecil yang terletak di selatan Kerajaan Bone. 

Labuaja adalah sebuah desa di Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone, Sulsel.

Sjafrie, peraih Adhi Makayasa

Sjafrie lahir di Ujungpandang pada 30 Oktober 1952.

Karier militernya dimulai ketika ia masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) pada tahun 1971 dan lulus dengan penghargaan Adhi Makayasa pada 1974.

Di akademi tersebut, ia satu angkatan dengan Prabowo Subianto dan Ryamizard Ryacudu.

Usai kelulusannya, Sjafrie bergabung dengan satuan elite Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pada 1975.

Jabatan pertamanya adalah komandan peleton di Grup 1 Kopassus, kemudian menjabat sebagai Komandan Nanggala X pada 1976.

Kariernya terus menanjak, dan pada 1989, ia mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad), sebuah langkah penting dalam pengembangan kepemimpinannya di dunia militer.

Sjafrie dikenal sebagai sosok loyalis dalam lingkup militer dan pemerintahan. Ia pernah menjadi pengawal pribadi Presiden Soeharto dan menjadi salah satu orang kepercayaannya hingga kejatuhan rezim Orde Baru.

Hubungannya yang erat dengan Prabowo Subianto, teman seangkatannya di AKABRI, juga terus berlanjut hingga kini. Kedekatan itu turut berperan dalam karier politiknya.

Namun, perjalanan kariernya tidak lepas dari kontroversi.

Sjafrie dituduh terlibat dalam berbagai pelanggaran hak asasi manusia, termasuk dalam invasi Indonesia ke Timor Leste, Tragedi Santa Cruz 1991, dan krisis Timor Timur 1999.

Baca juga: Blak-blakan Jenderal asal Makassar Sjafrie Sjamsoeddin Gaji Tentara Kecil, Masyarakat tak Berminat

Selain itu, ia juga dikaitkan dengan penculikan aktivis 1997/1998 dan Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta saat menjabat sebagai Panglima Kodam Jaya.

Meski demikian, pihak berwenang Indonesia tidak pernah secara resmi mendakwanya atas kasus-kasus tersebut.

Pada 2009, visanya ditolak oleh Amerika Serikat karena dugaan keterlibatan dalam invasi Indonesia ke Timor Leste. Saat itu, ia menjabat sebagai penasihat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Kariernya di pemerintahan semakin bersinar ketika ia diangkat sebagai Wakil Menteri Pertahanan Indonesia pada 6 Januari 2010 hingga 20 Oktober 2014, mendampingi Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

Setelah bertahun-tahun berkiprah di dunia militer dan politik, Sjafrie kembali mencatat sejarah dengan dilantik sebagai Menteri Pertahanan Republik Indonesia pada 21 Oktober 2024.

Dengan pengalaman panjangnya di bidang pertahanan dan kedekatannya dengan para pemimpin nasional, Sjafrie Sjamsoeddin terus menjadi sosok yang menarik perhatian dalam dinamika politik dan keamanan Indonesia.

Mantan Bos Freeport

Maroef adalah sosok yang telah malang melintang di dunia militer sebelum akhirnya menduduki kursi tertinggi di PT Freeport Indonesia.

Lulusan Akademi Angkatan Udara (AAU) tahun 1980 ini merupakan perwira tinggi TNI Angkatan Udara dari Korps Pasukan Khas (Paskhas), yang kemudian mengukir jejak kariernya di bidang intelijen dan bisnis.

Selama bertugas di militer, Maroef pernah menjabat sebagai Komandan Skadron 465 Paskhas, Atase Pertahanan RI di Brasil, Direktur Kontra Separatis di Badan Intelijen Negara (BIN), hingga akhirnya dipercaya sebagai Wakil Kepala BIN periode 2011-2014.

Dengan latar belakang intelijen yang kuat serta pemahaman strategisnya, ia berhasil menyelesaikan berbagai tugas penting bagi negara.

Perjalanan karier Maroef memasuki babak baru pada 7 Januari 2015, saat ia ditunjuk sebagai Presiden Direktur PT Freeport Indonesia. Penunjukan ini bukan tanpa alasan.

Chairman of Board Freeport-McMoRan, James Robert Moffett, langsung menawarkan posisi tersebut setelah melihat perannya dalam menangani pemogokan buruh di tambang Freeport pada tahun 2011, saat ia masih menjabat sebagai Wakil Kepala BIN.

Keputusannya menerima tantangan ini menjadikannya sosok yang unik—seorang mantan jenderal yang kini mengomandoi salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia.

Namun, kiprah Maroef di Freeport tak hanya diwarnai urusan bisnis.

Pada Desember 2015, namanya mencuat dalam polemik nasional setelah ia merekam percakapannya dengan Ketua DPR Setya Novanto dan pengusaha minyak Reza Chalid.

Rekaman yang diduga berisi pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden RI itu akhirnya bergulir ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD), setelah dilaporkan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Sudirman Said.

Tak lama setelah itu, pada 18 Januari 2016, Maroef secara mengejutkan mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden Direktur PT Freeport Indonesia.

Keputusan ini dikonfirmasi oleh Juru Bicara PT Freeport Indonesia, Riza Pratama, yang menyebutkan bahwa alasan pengunduran diri Maroef bersifat pribadi.

Maroef Sjamsoeddin adalah contoh figur yang meniti karier dari dunia militer hingga ke puncak korporasi.

Meski masa jabatannya di Freeport tergolong singkat, pengaruh dan dinamika yang menyertai perjalanannya tetap menjadi bagian menarik dari sejarah kepemimpinan perusahaan tambang raksasa ini.(*)

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved