Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Tribun Timur

Nostalgia 78 Tahun HMI: Kanda Dimana, Kita Iya Dinda Dimana?

Seorang senior yang saat itu menjadi pejabat publik dengan gaji dan tunjangan yang lumayan besar untuk ukuran kala itu. 

Editor: Saldy Irawan
dok pribadi/anshar aminullah
Anshar Aminullah (opini) 

Kalimat yang juga menasbihkan mereka sebagai kader yang pintar dan cerdas, juga pengkader yang terikat erat emosionalnya. 

Perlu dicatat, bahwa sebagai seorang kader, dia tak boleh hanya mampu pintar di dalam kampus.

Dia juga harus pintar hidup bersama dan mampu menjaga kedekatan emosional dengan para seniornya, baik yang mengkadernya secara langsung maupun mewarisi pengalaman dan pemikiran dari para senior pendahulunya yang belum sempat berinteraksi pemikiran secara face to face.

Itu idealnya, meskipun pada kenyataannya masih tetap menjadi sesuatu yang mahal karena kelangkaannya. 

Seorang kader juga harus mencamkan bahwa spirit pencipta, pengabdi hendaknya menjadi salah satu bentuk ibadah bagi kader HMI diantara bentuk ibadah lain.

Yakni mampu membuat orang lain merasa aman dan percaya bahwa selama mereka masih lantang bersuara saat turun aksi di jalan dan gedung wakil rakyat, maka perubahan bangsa ke arah yang lebih baik masih selalu terjaga dan terawat.

Dan seorang kader harus selalu mengingat, bahwa kualitas insan akademis jangan hanya sekedar tercitrakan lewat gelar akademik. Gelar yang label undangan pun terkadang terasa sesak menampung jumlah hurufnya.

Namun sumbangsih pemikiran untuk kemajuan bangsa adalah hal wajib dari implementasi insan akademis itu sendiri. 

Insan akademis tidak boleh hanya sebatas pencitraan.

Sebab pencitraan itu kadang manipulatif. 

Kader HMI yang baik tak usah capek-capek mencitrakan diri.

Sebab saat dia mampu membuat rakyat merasa dibela dan dijaga hak-haknya, serta disuarakan keluhannya, maka dengan otomatis citra baik akan tersanding dan tersandang dengan sendirinya. 

Dan seyogyanya setiap aksi kader aktif HMI merupakan respon jika terjadi 'kebingungan' dalam kehidupan politik suatu negara.

Setiap teriakan di megaphone harus menjadi tagihan kepada pejabat pemerintah di eksekutif, pejabat di legislatif maupun di yudikatif.

Sebab sumpah jabatan mereka dan segala bentuk fasilitas termasuk gaji, itu semua bersumber dari pajak rakyat.

Halaman
123
Tags
HMI
Kanda
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved