Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Wawancara Eksklusif Tribun Timur

Arak-arakan Dewa 2 Februari 2025 di Makassar: 12 Klenteng Dapat Izin Dewa

Prosesi arak-arakan Dewa akan digelar Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Sulawesi Selatan pada 2 Februari 2025.

Penulis: Hasriyani Latif | Editor: Hasriyani Latif
YouTube Tribun Timur
IMLEK 2025 - Ketua DPD Walubi Sulsel Henry Sumitomo (tengah), Ketua Panitia Festival Cap Go Meh Pdt Roy Ruslim (dua kanan), dan Ketua DPD Keluarga Cendekiawan Buddhis Indonesia (KCBI) Sulsel Erdy Wijaya (kiri) dalam Podcast Ngovi Spesial Imlek di Studio Tribun Timur, Makassar, Selasa (28/1/2025). Mereka memaparkan terkait perayaan Imlek 2025 di Makassar. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ada dua event besar yang akan memeriahkan perayaan Imlek 2025 di Makassar.

Prosesi arak-arakan Dewa akan digelar Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Sulawesi Selatan.

Lalu puncaknya Festival Cap Go Meh.

Dalam Podcast Ngovi Spesial Imlek Tribun Timur edisi Selasa (28/1/2025) hadir Ketua DPD Walubi Sulsel Henry Sumitomo, Ketua Panitia Festival Cap Go Meh Pdt Roy Ruslim, dan Ketua DPD Keluarga Cendekiawan Buddhis Indonesia (KCBI) Sulsel Erdy Wijaya.

Mereka memaparkan secara detail event tersebut.

Dipandu Host Fiorena Jieretno, berikut petikan wawancaranya:

Latar belakang diadakan arak-arakan Dewa?

Roy: Acara ini terakhir kali diadakan 11 tahun yang lalu, jadi kami merasa ini adalah momen yang tepat untuk menghidupkan kembali tradisi yang telah lama vakum. Tahun ini, acara akan digelar pada 2 Februari yang jatuh pada Minggu. Pemilihan hari ini juga dipertimbangkan matang-matang agar masyarakat, termasuk pekerja kantoran, dapat hadir dan menyaksikan langsung baik sebagai peserta maupun penonton.

Antusiasme masyarakat?

Roy: Bukan hanya masyarakat Makassar yang menyambut dengan gembira, tetapi juga banyak yang datang dari luar daerah. Yang lebih menggembirakan, acara ini tidak hanya menarik perhatian umat Buddha atau masyarakat Tionghoa, tetapi juga banyak dari komunitas lain, termasuk umat Muslim yang ingin berpartisipasi. Bahkan, ada keluarga Muslim yang bertanya apakah mereka boleh ikut dan tentu saja kami sangat menyambut mereka. Ini menunjukkan bahwa Cap Go Meh adalah perayaan budaya yang melintasi berbagai usia, golongan, dan latar belakang masyarakat.

Skala acara tahun ini?

Roy: Jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya. Jika dulu hanya diikuti oleh lima wihara atau klenteng, kali ini ada 12 klenteng dan wihara yang berpartisipasi. Selain itu, hampir 20 organisasi Buddhis juga turut serta. Dari segi jumlah peserta, kami memperkirakan akan ada sekitar 5.000 hingga 6.000 orang.

Peserta dari luar Makassar?

Roy: Banyak yang datang dari berbagai daerah seperti Bagansiapiapi, Jakarta, dan Parepare. Mereka datang bersama suhu-suhunya untuk ikut meramaikan acara ini.

Peran Walubi dalam acara ini?

Henry: Pertama-tama, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Kota Makassar atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk mengadakan acara arak-arakan Dewa-Dewi dan budaya ini pada tahun 2025. Seperti yang sudah disampaikan Pak Rui, kegiatan ini terakhir kali diadakan 11 tahun yang lalu, dan tahun ini akhirnya bisa direalisasikan kembali dengan partisipasi banyak klenteng dan vihara, baik dari dalam Kota Makassar, Parepare, Takalar, maupun dari luar daerah seperti Jakarta.

Kalau dari KCBI?

Erdy: KCBI adalah bagian dari Walubi. Berperan dalam mendukung dan menyokong DPD Walubi Sulsel dalam pelaksanaan acara ini.

Acara terbuka bagi siapa saja?

Erdy: Ini sesuai dengan tema acara, yaitu Kebersamaan dalam Keberagaman. Kami ingin menunjukkan bahwa perayaan ini bukan hanya untuk umat Buddha atau komunitas Tionghoa, tetapi juga menjadi ajang bagi semua masyarakat untuk merasakan kebersamaan dan harmoni dalam keberagaman budaya.

Tantangan dari segi persiapan?

Erdy: Mengadakan arak-arakan Dewa Dewi bukanlah hal yang mudah. Ada tahapan ritual yang harus dilakukan terlebih dahulu, yaitu upacara meminta izin kepada para Dewa. Jika izin tidak diberikan meskipun kami berusaha, acara ini tidak akan bisa terlaksana. Tahun ini, yang luar biasa adalah semua 12 klenteng dan vihara yang terlibat mendapatkan izin dari para Dewa. Ini adalah momen terbaik dan mungkin sulit terjadi lagi di tahun-tahun mendatang.

Tujuan arak-arakan?

Henry: Mengingatkan kembali tentang budaya dan tradisi yang harus terus dijalankan. Selain itu, acara ini juga diharapkan dapat menunjang pariwisata Makassar dengan menarik wisatawan lokal maupun mancanegara.

Agenda utama perayaan?

Erdy: Terdapat dua agenda Utama. Tanggal 2 Februari 2025 arak-arakan Dewa dan budaya. Pada hari ini, tidak ada UMKM atau tenda karena fokusnya adalah prosesi arak-arakan.
Pada 12 Februari 2025 ada Pesta rakyat Cap Go Meh. Acara ini merupakan puncak perayaan dengan melibatkan 175 UMKM. Diperkirakan dalam waktu enam jam, perputaran uang dapat mencapai miliaran rupiah.

Apa yang bisa dinikmati masyarakat?

Roy: Selain kehadiran 175 UMKM, ada hiburan dari bintang tamu lokal dan dari Jakarta. Tarian dari berbagai etnis, termasuk tarian Mandarin. Atraksi barongsai, baik di atas pilar maupun dengan format tradisional. Kendaraan hias yang menampilkan tema tahun Sio Ular. Lalu 150 remaja yang menari secara kolosal sepanjang jalan yang dilalui. Undian door prize dengan hadiah menarik, seperti dua unit sepeda motor dan sepeda listrik.
Pemeriksaan kesehatan gratis mulai tes kolesterol, gula darah, tensi, serta suntik vitamin C bagi yang mendapatkan voucher. Panitia juga menyiapkan empat panggung gembira untuk menghindari kepadatan massa.

Rute arak-arakan Dewa?

Roy: Start di Jl Sulawesi, Jl Sangir, Jl Irian, Jl Ahmad Yani, lalu ke Sulawesi sebagai titik akhir.
Arak-arakan dimulai sekitar pukul 13.00 WIB setelah memperhitungkan waktu istirahat dan ibadah bagi peserta.

Tantangan terbesar acara ini?

Roy: Waktu persiapan yang singkat. Keputusan untuk mengadakan acara ini baru diambil dalam beberapa bulan terakhir, padahal idealnya persiapan membutuhkan waktu 6 bulan hingga 1 tahun. Tidak mudah mendapatkan izin dari semua Dewa untuk dikeluarkan dalam arak-arakan.
Lalu pendanaan. Setiap wihara menanggung biaya seragam, makanan, dan perlengkapan peserta, yang bisa mencapai miliaran rupiah secara keseluruhan.

Bagaimana dengan Anda?

Erdy: Menambahkan dari segi pengamanan. Diperkirakan ada 5.000 hingga 6.000 peserta dalam arak-arakan, sementara penonton bisa mencapai 50 ribu orang. Oleh karena itu, koordinasi dengan pihak kepolisian dan dinas perhubungan sangat diperlukan.

Pejabat yang siap hadir?

Henry: Pj Gubernur Sulawesi Selatan, Kapolda Sulsel, Pangdam XIV/Hasanuddin, Danlantamal VI, Wali Kota Makassar, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulsel.

Dewa apa saja yang akan dikeluarkan?

Roy: Klenteng Kwan Kong, misalnya ada Dewa Kwan Kong, Dewi Kwan Im. Vihara Girinaga: Buddha Gautama (rupang tertua di wihara), Se Mien Fo/Brahma Empat Muka, Sien Tien San Thi, dan Pan Ko Thi Ong. Dari Kelenteng Tjo Soe Kong di Takalar ada Dewa Pang Ko Ong.

Harapan terbesar dari acara ini?

Roy: Budaya Tionghoa yang selama ini mungkin terlihat eksklusif bisa lebih terbuka dan dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Acara ini dapat mempererat kebersamaan antar golongan serta menunjukkan bahwa budaya Tionghoa dapat berpadu dengan budaya lokal.
Masyarakat dapat menikmati hiburan dan perayaan ini dengan penuh kebahagiaan serta mendapatkan manfaat ekonomi yang lebih baik.

Hal-hal diperhatikan pengunjung?

Rpy: Pengunjung diharapkan menjaga barang bawaannya, seperti HP, tas, dan barang berharga lainnya. Pihak keamanan juga telah memberikan perhatian khusus terkait potensi tindak kejahatan di tengah keramaian. Sebaiknya datang lebih awal untuk mendapatkan posisi terbaik dan menghindari berdesak-desakan.(*)

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved