Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini Inosensius Enryco Mokos

Antara Pendidikan Konstruktif dan Destruktif

Ini merupakan alarm was-was untuk para guru, siswa dan juga orang tua yang pasti akan terdampak dari proses perubahan ini.

Editor: Sudirman
zoom-inlihat foto Antara Pendidikan Konstruktif dan Destruktif
Inosensius Enryco Mokos
OPINI - Inosensius Enryco Mokos, M. I. Kom Peneliti Komunikasi Pendidikan, Politik, Publik dan Budaya. Inosensius Enryco salah satu penulis opini di Tribun Timur.

Selama ini, penilaian untuk kelulusan peserta didik kita sudah cukup bagus dengan pendekatan yang lebih holistik dan melihat dari berbagai aspek.

Sehingga kelulusan bukan lagi ditangan lembaga pendidikan negara tetapi pada lembaga sekolah dan juga peserta didik itu sendiri. 

Hal ini sudah sesuai dengan marwah pendidikan yang membebaskan. Mengapa demikian?

Paulo Freire, seorang filsuf pendidikan dari Brazil, menekankan bahwa pendidikan harus memiliki sifat membebaskan dan menitikberatkan peserta didik sebagai subjek bukan objek dari pendidikan.

Artinya bahwa peserta didik harus diberi kebebasan untuk menentukan masa depannya dengan tanggung jawab dan usaha serta perkembangan yang dilalui.

Sehingga bisa membawa perubahan untuk diri peserta didik itu sendiri juga kepada lingkungan masyarakat tempat peserta didik itu akan berkarya.

Pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang memungkin setiap peserta didik bisa mengekspresikan segala bakat dan karakter diri yang positif untuk membangun masyarakat.

Sifat pembebasan itu akan membawa perubahan yang signifikan dalam masyarakat.

Mengedepankan pendidikan yang holistik dan penilaian Ujian bagi peserta didik yang menyeluruh akan memberi kebebasan dalam diri peserta didik akan menciptakan masyarakat yang konstruktif untuk kemajuan bangsa.

Seharusnya, Kemendikdasmen fokus pada pembangunan infrastruktur untuk kesetaraan dan keadilan bagi seluruh daerah di Indonesia.

Masih banyak daerah tertinggal di Indonesia yang infrastruktur dan sarana pendidikannya sangat buruk.

Ini justru yang harus menjadi perhatian pertama bukan fokus pada penilaian peserta didik.

Niscaya infrastruktur yang baik tanpa ujian pun akan menghasilkan peserta didik yang mempunyai kemampuan dan karakter akademis yang baik dan berdaya saing tinggi.

Fokus pada pembangunan dan pengembangan teknologi serta digitalisasi pendidikan sehingga literasi digital menjadi kemampuan paling utama dalam diri peserta didik serta para guru.

Sehingga kemampuan dan daya refleksi pengetahuan siswa dan guru bisa tinggi untuk memajukan pendidikan di Indonesia.

Semua itu demi membangun bangsa Indonesia yang maju dan cerdas. Semoga!

 

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved