Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Mau Nonton Atraksi Barongsai di Bulukumba? Warga Bisa Datang di 2 Lokasi Saat Imlek

Persatuan etnis Tionghoa di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, merencanakan akan menghadirkan pertunjukan barongsai dalam rangka perayaan Imlek

Penulis: Samsul Bahri | Editor: Edi Sumardi
TRIBUN TIMUR/SAMSUL BAHRI
Atraksi barongsai saat perayaan Imlek di Bulukumba, Sulsel, tahun lalu. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Persatuan etnis Tionghoa di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, merencanakan akan menghadirkan pertunjukan barongsai dalam rangka perayaan Imlek yang jatuh pada 29 Januari 2025 mendatang.

"Perayaan Imlek tahun ini sederhana seperti biasa. Namun, kami pastikan akan menghadirkan pertunjukan tradisional Tiongkok, yaitu barongsai," ujar tokoh Tionghoa Bulukumba, Cris Thamrin, Rabu (15/1/2025).

Pertunjukan barongsai tersebut rencananya akan digelar di dua lokasi strategis, yakni di depan Toko Mitra, Jl Dr Sam Ratulangi, dan di Bundaran Phinsi, Jl Jenderal Sudirman.

Tahun sebelumnya, pertunjukan barongsai juga sukses digelar di Bulukumba saat perayaan Imlek, dan mendapat sambutan antusias dari masyarakat setempat.

Barongsai merupakan tarian tradisional Tiongkok yang menggunakan kostum menyerupai singa.

Dalam budaya Tionghoa, singa melambangkan keberanian, kekuatan, kebijaksanaan, dan keunggulan.

Tradisi Barongsai memiliki sejarah panjang yang telah berlangsung selama ribuan tahun.

Catatan tertua tentang tarian ini berasal dari masa Dinasti Qin, sekitar abad ke-3 SM. 

Awalnya, Barongsai digunakan untuk mendatangkan keberuntungan dan melindungi dari hal-hal buruk.

Kesenian ini semakin populer pada era Dinasti Selatan-Utara (420-589 M).

Kala itu, pasukan Raja Song Wen Di menggunakan boneka singa raksasa untuk mengusir pasukan gajah Raja Fan Yang dari Negeri Lin Yi, dan taktik tersebut terbukti berhasil. Sejak saat itu, Barongsai menjadi legenda yang terus hidup hingga sekarang.

Harmoni budaya di Bulukumba

Perayaan Tahun Baru Imlek merupakan momen penting bagi komunitas Tionghoa, dimulai dari hari pertama bulan pertama kalender Tionghoa hingga puncaknya pada Cap Go Meh, hari ke-15.

Di Kabupaten Bulukumba, etnis Tionghoa telah lama hidup berdampingan dengan masyarakat lokal, termasuk Bugis, Makassar, Jawa, dan sub-etnis Kajang.

Akulturasi budaya yang harmonis ini menciptakan keragaman budaya yang khas di Butta Panrita Lopi, sebutan untuk Bulukumba.

Malam pergantian tahun Imlek, yang dikenal sebagai Chúxī, selalu menjadi momen penuh kebersamaan dan semangat positif bagi seluruh komunitas.

Dengan hadirnya hiburan Barongsai, perayaan Imlek tahun ini diharapkan semakin meriah dan membawa pesan kebersamaan lintas budaya di Bulukumba.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved