Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Uang Palsu di UIN

Benarkah Andi Sudirman Gubernur Terpilih Sulsel Pakai Uang Palsu saat Kampanye? Video Beredar

Ia mengatakan, ada beberapa akun media sosial seperti TikTok menuduh Andalan Hati terhubung dengan uang palsu. 

Editor: Ansar
Tribun-Timur.com
Andi Sudirman Sulaiman - Fatmawati Rusdi. Pasangan Andi Sudirman Sulaiman - Fatmawati Rusdi menang telak di Sidrap. (Ist) 

TRIBUN-TIMUR.COM – Kini beredar kabar jika pasangan calon gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman - Fatmawati gunakan uang palsu saat kampanye.

Tim Hukum Andalan Hati geram dengan tudingan tersebut.

Tim hukum bakal melaporkan sejumlah akun media sosial yang mengaitkan kasus uang palsu di UIN Alauddin dengan

Rencana tersebut diungkapkan Juru Bicara Andalan Hati, Muhammad Ramli Rahim, Minggu (29/12/2024).

Ia mengatakan, ada beberapa akun media sosial seperti TikTok menuduh Andalan Hati terhubung dengan uang palsu

Bahkan, lebih parah lagi, ada yang menuding pasangan pemenang Pilgub Sulsel tersebut dibiayai dengan uang palsu.

"Akun-akun itu akan dilaporkan oleh Tim Hukum Andalan Hati. Ini sudah masuk ranah fitnah pencemaran nama baik," katanya.

Sejak kasus uang palsu di UINAM dibongkar polisi, sejumlah video beredar yang menuduh pasangan gubernur terpilih.

Salah satu video beredar mengulas perihal misteri asal uang palsu dan kegunaannya untuk Pilkada di Sulsel. 

Dalam video tersebut disebutkan, sosok berinisial ASS yang merupakan pemodal alat-alat pencetak uang palsu tersebut adalah akronim nama dari Annar Salahuddin Sampetoding.

Dalam narasi video, dikatakan bahwa Annar diketahui sebagai salah satu tim pemenangan Andalan Hati.

Secara tidak langsung seolah-olah mengaitkan uang palsu itu dengan kemenangan Andalan Hati di Pilgub Sulsel 2024.

Untuk itu, kata pria berakronim MRR itu, ia menegaskan bahwa kasus sindikat uang palsu di UINAM sama sekali tidak ada kaitannya dengan Andalan Hati.

Apalagi jika disebut berkaitan dengan kemenangan yang mereka raih.

"Andalan Hati sejak awal berkomitmen menolak politik uang dalam kontestasi, dan itu telah berhasil dibuktikan lewat kemenangan terhormat yang berhasil diraih," ujarnya.

Sementara itu, terkait dengan kasus uang palsu di UINAM, MRR mengaku mendukung pihak kepolisian untuk mengusutnya sampai tuntas.

"Hal ini tentu sejalan dengan keinginan Andalan Hati yang ingin Sulsel lebih maju dan lebih berkarakter," jelasnya. 

ASS masuk tim kampanye Sudir-Fatma

osok Annar Salahuddin Sampetoding kini jadi pembicaraan.

Ia diduga sebagai pengusaha Makassar inisial ASS yang jadi dalang kasus sindikat uang palsu di UIN Alauddin.

ASS punya peran sentral di kasus tersebut.

Bahkan ia mendanai mesin cetak uang palsu senilai Rp600 juta.

ASS disebut polisi sebagai sosok familiar di Sulawesi Selatan.

Sejak akhir pekan lalu, Tribun coba mengkonfirmasi tiga nomor kontak Annar.

Konfirmasi Tribun, soal kasus ini, hingga Senin (23/12/2024) pukul 14.51 WITA, juga tak kunjung dibalas.

Polisi bahkan menyebut ASS pernah ingin mencalonkan diri sebagai kepala daerah namun gagal.

Annar Salahuddin Sampetoding memang pernah berniat mencalonkan diri sebagai kepala daerah.

Niatan itu gagal lantaran tak ada partai yang mendukungnya.

Gagal mencalonkan diri, ia lantas bergabung bersama tim pemenangan Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi (Andalan Hati) di Pilgub Sulsel 2024.

Annar Salahuddin Sampetoding tercatat dalam Surat Keputusan (SK) bernomor: IST/KPTS/ANDALAN-HATI/IX/2024, Tanggal 17 Agustus 2024 yang ditandatangani Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi.

Nama Annar Salahuddin Sampetoding bahkan masuk dalam jajaran Dewan Penasehat yang dipimpin H Agus Arifin Nu’mang.

Baca juga: Andi Ibrahim cs Sempat Dicegat Satpam saat Bawa Mesin Uang Palsu ke UIN, Lolos Alasan Cetak Buku

Juru Bicara Tim Pemenangan Andalan Hati, Muh Ramli Rahim menegaskan jika Annar Salahuddin Sampetoding tidak pernah terlibat dalam tim pemenangan Andalan Hati selama proses pilkada.

Selama proses pilkada, ia bahkan mengaku tidak pernah melihat keterlibatan Annar Sampetoding meskipun hanya sekali dalam kegiatan tim Andalan Hati

“Masuk tim pun saya belum pernah melihat dokumen yang mencantumkan nama beliau,” katanya saat dihubungi Tribun-Timur.com, Senin (23/12/2024).

Adapun kata pria berakronim nama MRR itu, secara faktual dirinya tidak pernah bertemu atau melihat Annar Sampetoding sepanjang proses pilkada.
 
Terutama, dalam kaitannya dengan upaya pemenangan Andalan Hati, Annar tidak pernah ada.

“Secara dejure, saya juga tidak pernah melihat nama beliau dalam dokumen resmi maupun dokumen lainnya terkait tim pemenangan,” ungkapnya.

Terkait apakah ada dokumen lain yang mungkin belum ia lihat, Ramli mengaku tidak tahu pasti. 

Namun, ia kembali menegaskan, secara faktual, Annar Sampetoding tidak terlibat dalam aktivitas tim pemenangan Andalan Hati.

"Baik sebelum mendaftar ke KPU hingga pengumuman hasil pemilu oleh KPU," jelasnya.

ASS, Pengusaha Tinggal di Jl Sunu Makassar Dalang Uang Palsu UIN

Nama ASS mencuat dalam kasus peredaran uang palsu yang diproduksi dari dalam kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Samata, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Bahkan, sosok ASS yang dikabarkan seorang pengusaha itu disebut mempunyai peran sentral dalam kasus peredaran uang palsu tersebut.

Hal itu dibeberkan Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono saat konferensi pers di Mapolres Gowa, Kamis (19/12/2024) siang.

Menurut Yudhiawan, sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

Rumah tersebut adalah milik ASS.

"Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar. Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM), Gowa," kata Irjen Pol Yudhiawan.

Lebih lanjut dijelaskan Yudhi, mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS, di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

Namun, karena jumlah uang yang akan dicetak membutuhkan mesin dengan kapasitas lebih besar, akhirnya dipindahkan ke UIN.

"Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil," sebutnya.

Alat yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin, kata Yudhi dibeli seharga Rp 600 juta.

Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu, didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.

"Alat besar itu senilai Rp600 juta di beli di Surabaya namun di pesan dari Cina, alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa," bebernya.

Lebih lanjut Yudhi memaparkan, dalam kasus itu, ada tiga sosok yang mempunyai peran sentral. Salah satunya, ASS.

"Jadi mereka dibelakang 17 orang ini, perannya berbeda, tapi peran sentranya ada dari saudara AI kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS, ada juga yang DPO," jelas Yudhi.

Ia pun berjanji akan segera menangkap tiga DPO yang berlum terciduk tersebut.

"DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa," tegasnya.

Kronologi Pengungkapan Kasus

Terungkapnya pembuatan uang palsu di Kampus UIN Alauddin bermula dari temuan dan laporan yang diterima polisi di Pallangga, Gowa.

Tim gabungan Satreskrim Polres Gowa dan Unit Reskrim Polsek Pallangga yang dipimpin oleh Kanit Reskrim Polsek Pallangga, Ipda Syamsuar bergerak menuju lokasi yang dimaksud dan berhasil mengamankan sejumlah pelaku yang terlibat. Berikut adalah rincian kronologi penangkapan:

6 Desember 2024
Tim gabungan menangkap pelaku pertama, Kamarang, di Gantarang, Kecamatan Pallangga, Kabupaten Gowa.

Pengembangan selanjutnya mengarah pada penangkapan Irfadi di kantor bank BUMN Makassar, di Bulo Gading, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar. 

Kemudian, pelaku Mubin diamankan di area parkir Kampus UIN Alauddin di Kelurahan Samata, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa.

Seluruh pelaku dibawa ke Polres Gowa.

8 Desember 2024
Tim gabungan menangkap Andi Ibrahim di rumahnya di Kelurahan Minasa Upa, Kecamatan Rappocini, Kota Makassar.

Penangkapan dilanjutkan terhadap Syahruna di Jalan Sunu, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, tepatnya di rumah ASS.

Kedua pelaku kemudian dibawa ke Polres Gowa.

9 Desember 2024
Tim gabungan kembali melakukan penangkapan terhadap Sukmawati dan Sattariah di rumah masing-masing di Kota Makassar.

Dari pengembangan, tim berhasil menangkap John Biliater Panjaitan di Jalan Sunu, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, di rumah yang sama dengan lokasi penangkapan sebelumnya.

Para pelaku dibawa ke Polres Gowa.

10 Desember 2024
Penangkapan dilanjutkan terhadap Andi Khaeruddin di kantor bank BUMN yang terletak di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Kecamatan Makassar, Kota Makassar. 

Pelaku kemudian diamankan di Polres Gowa.

13 Desember 2024
Personel Satreskrim Polres Gowa (Resmob) bergerak menuju Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat, untuk menangkap sejumlah pelaku.

Dari hasil pengembangan, berhasil diamankan Ilham, Suardi Mappeabang, Mas’ud, dan Satriyady.

16 Desember 2024
Tim kembali mengamankan Sri Wahyudi dan Muhammad Manggabarani, diikuti dengan penangkapan Ambo Ala di Kabupaten Wajo.

17 Desember 2024
Penangkapan terakhir dilakukan terhadap Rahman di Kabupaten Majene.

Seluruh pelaku telah diamankan di Polres Gowa untuk proses hukum lebih lanjut.(*)

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved