Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Uang Palsu UIN Alauddin

24 Jam Lebih Masih Diperiksa Kasus Uang Palsu , Annar Salahuddin Sampetoding Nginap di Polres Gowa?

 Sudah lebih dari 24 jam Annar Salahuddin Sampetoding diperiksa terkait sindikat uang palsu. Apa status terbaru?

Tribun Timur/Sayyid
Suasana Mapolres Gowa, Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) Sabtu (28/12/2024). Annar Salahuddin Sampetoding masih menjalani pemeriksaan lebih dari 24 jam terkait kasus sindikat uang palsu di Polres Gowa.  

Nama ASS mencuat dalam kasus peredaran uang palsu yang diproduksi dari dalam kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Jl HM Yasin Limpo, Kelurahan Romangpolong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Bahkan, sosok ASS dikabarkan sebagai pengusaha yang memiliki peran sentral dalam kasus peredaran uang palsu tersebut.

Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono mengatakan, sebelum mesin pencetak uang palsu ditemukan di Kampus UIN, polisi terlebih dahulu mendatangi rumah di Jl Sunu 3, Kota Makassar, yang merupakan milik ASS.

"Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS, Jl Sunu, Kota Makassar. Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM), Gowa," kata Irjen Pol Yudhiawan saat rilis pengungkapan sindikat uang palsu di Mapolres Gowa, Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulsel, Kamis (19/12/2024) siang.

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa produksi uang palsu itu awalnya berlangsung di rumah ASS di Jl Sunu 3, Kota Makassar. 

Namun, karena jumlah uang yang dicetak membutuhkan mesin dengan kapasitas lebih besar, proses tersebut dipindahkan ke UIN.

"Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar, mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil," sebutnya.

Alat yang ditemukan di Perpustakaan UIN Alauddin, menurut Yudhiawan, dibeli seharga Rp 600 juta. 

Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.

"Alat besar itu senilai Rp 600 juta dibeli di Surabaya namun dipesan dari Cina. Alat itu dimasukkan oleh salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa," bebernya.

Lebih lanjut, Yudhiawan memaparkan bahwa ada tiga sosok yang memiliki peran sentral dalam kasus ini, salah satunya ASS.

"Jadi mereka di belakang 17 orang ini, perannya berbeda, tapi peran sentralnya ada dari saudara AI, kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS, ada juga yang DPO," jelas Yudhiawan.

Ia pun berjanji untuk segera menangkap tiga DPO yang belum terciduk tersebut.

"DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa," tegasnya.(*)

Laporan TribunGowa.com, Sayyid Zulfadli

 

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved