Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Uang Palsu

Kabar Terbaru Pemodal Andi Ibrahim, Polisi Punya Strategi Tangkap Bos Besar Uang Palsu UIN Alauddin

Sosok bos besar Andi Ibrahim, Kepala Perpustakaan UIN Makassar yang ditangkap lebih awal itu, tak pernah muncul lagi.

Editor: Ansar
Tribun-Timur.com
Pengusaha Annar Salahuddin Sampetoding (ASS) DPO kasus sindikat uang palsu UIN Alauddin menghilang usai Andi Ibrahim cs ditangkap. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Pemodal produksi uang palsu UIN Alauddin Makassar, kini berusaha melarikan diri dari kejaran Polres Gowa, Sulawesi Selatan.

Nyali polisi pun tak gentar hadapi pengusaha ternama di Makassar dan Toraja itu.

Sosok bos besar Andi Ibrahim, Kepala Perpustakaan UIN Makassar yang ditangkap lebih awal itu, tak pernah muncul lagi.

Nomor ponselnya pun tak pernah aktif.

Bos besar uang palsu itu adalah Annar Salahuddin Sampetoding (ASS).

Kini Annar masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) kasus sindikat uang palsu UIN Alauddin Makassar.

Keberadaan ASS kini masih misterius.

Ia menghilang setelah polisi berhasil membongkar pabrik uang palsu dan menangkap Kepala Perpustakaan UIN Andi Ibrahim.

Penyidik Polres Gowa telah melayangkan surat panggilan pemeriksaan pertama ASS.

Namun pada Senin (23/12/2024), ASS tidak memenuhi panggilan penyidik atau mangkir.

"Kemarin sudah kita layangkan surat panggilan pemeriksaan tapi untuk hari Senin tapi tidak hadir. Sehingga kami kirimkan lagi surat panggilan kedua," kata Kapolres Gowa, AKBP Reonald Simanjuntak di Mapolres Gowa, Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulsel, Selasa (24/12/2024).

Selain itu, Penyidik Satreskrim Polres Gowa surati kantor imigrasi untuk mencegah tiga DPO sindikat uang palsu UIN Alauddin Makassar tidak kabur ke luar negeri, termasuk ASS.

"Kami sudah layangkan surat ke kantor imigrasi untuk mencegah DPO ini kabur ke luar negeri," ujarnya.

Mantan kasat Reskrim Polrestabes Makassar menerangkan ASS diduga kuat sebagai otak yang mendanai pembuatan uang palsu di kampus UIN Alauddin Makassar.

"DPO inisial ASS ini juga merupakan saksi kunci dalam kasus ini," ujarnya.

Selain ASS, adalagi saksi kunci lainnya yakni staf UIN Alauddin inisial M.

Namun, M mendadak meninggal diduga serangan jantung dan belum sempat diperiksa polisi.

"Keterangan ketiga DPO ini sangat penting untuk mengungkap keterlibatan para tersangka dan mengungkap tersangka lainnya yang masuk dalam jaringan uang palsu tersebut," jelasnya.

Hingga berita ini tayang, belum ada tanggapan resmi dari Annar Sampetoding terkait kasus uang palsu.

Sejak pekan lalu, nomor ponsel Annar tidak aktif lagi.

Padahal, Annar Salahuddin Sampetoding dikenal aktif berkomunikasi melalui ponsel.

Sejak namanya menjadi pembicaraan publik, Annar Salahuddin Sampetoding hilang bak ditelan bumi.

Sejak akhir pekan lalu, Tribun.timur.com sudah mengonfirmasi tiga nomor kontak Annar Salahuddin Sampetoding, namun gagal.

Konfirmasi terakhir Tribun Timur Senin (23/12/2024) pukul 16.00 Wita juga tak kunjung dibalas.

Upal Dicetak di Rumah ASS Sebelum Pindah ke UIN

Nama ASS mencuat dalam kasus peredaran uang palsu diproduksi dari dalam kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Jl HM Yasin Limpo, Kelurahan Romangpolong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Bahkan, sosok ASS dikabarkan seorang pengusaha itu disebut mempunyai peran sentral dalam kasus peredaran uang palsu tersebut.

Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono mengatakan sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

Rumah tersebut adalah milik ASS.

"Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar. Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM), Gowa," kata Irjen Pol Yudhiawan saat rilis pengungkapan sindikat uang palsu di Mapolres Gowa Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Sulsel, Kamis (19/12/2024) siang.

Lebih lanjut dijelaskan Yudhi, mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS, di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

Namun, karena jumlah uang yang akan dicetak membutuhkan mesin dengan kapasitas lebih besar, akhirnya dipindahkan ke UIN.

"Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil," sebutnya.

Alat yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin, kata Yudhi dibeli seharga Rp 600 juta.

Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu, didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.

"Alat besar itu senilai Rp600 juta di beli di Surabaya namun di pesan dari China, alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa," bebernya.

Lebih lanjut Yudhi memaparkan, dalam kasus itu, ada tiga sosok yang mempunyai peran sentral. Salah satunya, ASS.

"Jadi mereka dibelakang 17 orang ini, perannya berbeda, tapi peran sentranya ada dari saudara AI kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS, ada juga yang DPO," jelas Yudhi.

Ia pun berjanji akan segera menangkap tiga DPO yang berlum terciduk tersebut.

"DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa," tegasnya.

Rumah ASS Jadi Lokasi Pertemuan Elite PKS

Kasus pabrik uang palsu yang diduga melibatkan pengusaha ternama Annar Salahuddin Sampetoding (ASS) terus menjadi sorotan publik. 

Fakta terbaru yang mencuat, rumah Annar di Jl Sunu 3, Kota Makassar, kini menjadi lokasi penyelidikan polisi.

Ternyata rumah tersebut pernah menjadi tempat pertemuan elite politik.

Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Ahmad Syaikhu, diketahui pernah dijamu makan siang di rumah tersebut, Kamis (14/7/2023).

Hadir pula Ketua DPW PKS Sulsel, Muhammad Amri Arsyid.

Kunjungan itu dilakukan setelah sesi Dialog Kebangsaan yang digelar di Makassar.

Di mana Annar bertindak sebagai tuan rumah dan tokoh penting dalam diskusi yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.

Hubungan Annar dengan Ahmad Syaikhu tidak sebatas pertemuan itu.

Annar mengaku pernah jadi Dewan Pakar PKS Sulsel dan salah satu tokoh yang berkontribusi besar dalam membangun jaringan PKS Sulsel.

Dalam pernyataannya di kutip dari laman PKS Sulsel, Annar menegaskan loyalitasnya kepada PKS. 

Terlebih menilai bahwa PKS merupakan partai yang terbuka dan modern.

“Saya dulu membangun PKS, dan saya merasa kembali untuk membangun PKS,” ucap Annar.

Belakangan, pengakuan Annar itu dibantah PKS Sulsel yang menyebut Annar bukanlah kader PKS.

Nama Annar juga tak terdaftar di sistem.

Kini, citra Annar tercoreng setelah polisi melakukan penggeledahan rumah milik ASS di Jl Sunu.

Hal itu terungkap kala Kapolda Sulsel Irjen Pol Yudhiawan Wibisono bersama Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak dan Bank Indonesia mengadakan konferensi pers terkait kasus uang palsu UIN Alauddin, di Mapolres Gowa Jl Syamsuddin Tunru, Kecamatan Somba Opu, Gowa, Kamis (19/12/2024) lalu.

Dalam kesempatan itu, Yudhiawan Wibisono menjelaskan sebelum mesin pencetak uang palsu di Kampus UIN ditemukan, polisi lebih dahulu mendatangi rumah di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

"Kalau kita lihat dari TKP buat cetak uang palsu, jadi di rumah saudara ASS Jl Sunu, Kota Makassar. Kemudian juga ada di Jl Yasin Limpo (UINAM), Gowa," kata Irjen Pol Yudhiawan.

Mulanya produksi uang palsu tersebut berlangsung di rumah ASS, di Jl Sunu 3, Kota Makassar.

"Awal pertama ditemukan di Jl Sunu Makassar, karena sudah mulai membutuhkan jumlah yang lebih besar maka mereka membutuhkan alat yang lebih besar. Jadi, tadinya menggunakan alat kecil," sebutnya.

Alat yang ditemukan dalam Perpustakaan UIN Alauddin, kata Yudhi, dibeli seharga Rp 600 juta.

Mesin cetak uang palsu yang diperkirakan berbobot dua ton itu, didatangkan langsung dari China lewat Surabaya.

"Alat besar itu senilai Rp600 juta di beli di Surabaya namun di pesan dari China, alat itu dimasukkan salah satu tersangka inisial AI ke dalam salah satu kampus di Gowa," bebernya.

Polisi telah menetapkan 17 tersangka sindikat uang palsu di UIN.

Yudhiawan Wibisono mengatakan dalam kasus itu, ada tiga sosok yang mempunyai peran sentral. 

"Jadi mereka dibelakang 17 orang ini, perannya berbeda," kata Yudhiawan Wibisono.

"Tapi peran sentranya ada dari saudara AI, kemudian juga saudara S, ada juga saudara ASS, ada juga yang DPO," jelas Yudhi.

Ia pun berjanji akan segera menangkap tiga DPO yang belum terciduk tersebut.

"DPO ini akan kita tangkap juga dan akan tuntas nanti kita periksa," tegasnya.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari Annar Sampetoding terkait kasus uang palsu.

Sejak pekan lalu, ponsel milik Annar Salahuddin Sampetoding tidak aktif lagi.

Oleh teman-temannya, Annar Salahuddin Sampetoding dikenal aktif berkomunikasi melalui ponsel.

Sejak namanya menjadi pembicaraan publik luas, Annar Salahuddin Sampetoding pun bak ditelan bumi.

 Penyidik Polres Gowa memperlihatkan mesin pencetak uang palsu milik Dr Andi Ibrahim. Sebelum dipindahkan ke UIN, uang palsu awalnya diproduksi di rumah pengusaha ASS di Jl Sunu, Makassar. (Muhammad Abdiwan/Tribun Timur)
Oleh polisi, Annar Salahuddin Sampetoding sosok familiar di Kota Makassar, bahkan se-Sulawesi Selatan.

Sejak akhir pekan lalu, Tribun-Timur.com sudah mengonfirmasi tiga nomor kontak Annar Salahuddin Sampetoding, namun gagal.

Konfirmasi terakhir Tribun-Timur.com Makassar soal kasus uang palsu, hingga Senin (23/12/2024) pukul 16.00 Wita juga tak kunjung dibalas.

Laporan Wartawan TribunGowa.com, Sayyid Zulfadli

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved