Opini
Fenomena Meta AI : Hiburan Baru atau Ancaman Daya Berpikir Kritis
WhatsApp, sebagai salah satu aplikasi pesan instan terpopuler di dunia, telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari- hari jutaan orang.
Bukankah ini fenomena yang cukup membayakan bagi generasi ke depan ?
Slouka melihat ini sebagai ancaman bagi demokrasi, karena masyarakat yang tidak terbiasa berpikir kritis cenderung lebih mudah dimanipulasi oleh informasi yang salah atau bias.
Slouka juga melihat bahwa perkembangan media yang serba cepat sebagai tantangan besar bagi pendidikan.
Sistem pendidikan yang terpengaruh oleh logika media serba cepat lebih menekankan kemampuan teknis dan keterampilan praktis daripada membentuk individu yang berpikir kritis, reflektif, dan etis.
Ia berpendapat bahwa tanpa penekanan pada dimensi humaniora, kita berisiko menghasilkan generasi yang lebih fokus pada fungsi daripada makna.
Memang benar, era ini membawa kemudahan-kemudahan bagi kita dalam mengakses segala sesuatu, hadirnya AI di layar kaca Smartphone kita ini salah satunya.
Namun, sebagai manusia yang dikaruniai nikmat terbesar (baca : akal) sepatutnya menjadi tahta tertinggi dalam memahami setiap persoalan.
Apalagi ke depan khususnya di tahun 2045, digadang-gadang akan menjadi masa emas, jangan sampai menjadi cemas.
Universitas Hasanuddin, Menuju Puncak Benua Maritim Indonesia 2026-2030 |
![]() |
---|
Pesantren sebagai Katalis Peradaban, Catatan dari MQK Internasional I |
![]() |
---|
Paradigma SW: Perspektif Sosiologi Pengetahuan Menyambut Munas IV Hidayatullah |
![]() |
---|
Dari Merdeka ke Peradaban Dunia: Santri Sebagai Benteng Moral Bangsa |
![]() |
---|
Makassar dan Kewajiban untuk Memanusiakan Kota |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.