Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Saatnya Pemuda Menjadi Ujung Tombak Swasembada Pangan di Indonesia

Melalui berbagai program pertanian intensif dan modernisasi teknologi, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras pada tahun 1984.

Editor: Sudirman
Ist
Amirullah, Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan dan Dosen FISH UNM 

Oleh: Amirullah

Mahasiswa S3 Ilmu Pendidikan dan Dosen FISH UNM

TRIBUN-TIMUR.COM - Indonesia tidak hanya memiliki peluang besar untuk mencapai swasembada pangan.

Tetapi juga menjadi lumbung pangan dunia seperti harapan Presiden Probowo Subianto bahwa ditahun 2025 Indonesia siap Swasembada Pangan, untuk mewujudkan swasembada pangan, perlu strategi jitu dengan pendekatan holistik.

Sinergitas kebijakan pemerintah wajib di integrasikan dalam pembangunan infrastruktur dengan penguatan sektor pertanian dengan fokus pada kebijakan pengembangan pertanian berkelanjutan dan investasi infrastruktur.

Jika kita mengingat perjalanan sejarah swasembada pangan di Indonesia dimana puncak keberhasilan swasembada pangan terjadi pada era Orde Baru di bawah Presiden Soeharto.

Melalui berbagai program pertanian intensif dan modernisasi teknologi, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras pada tahun 1984.

Dimulai kebijakan revolusi hijau 1970, dengan penggunaan pupuk kimia, pestisida, dan benih unggul ditambah Introduksi teknologi pertanian modern, program penyuluhan pertanian, distribusi sarana produksi kepada petani, pemberian kredit pertanian melalui program Kredit Usaha Tani (KUT). 

Pembangunan sistem irigasi dan bendungan di berbagai daerah dan keterlibatan Badan Urusan Logistik (BULOG) berperan dalam pengadaan, pengelolaan, dan distribusi beras untuk menjaga stabilitas harga pangan pada saat itu.

Sehingga tahun 1984 berhasil produksi pangan 25 juta ton beras dan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) memberikan penghargaan kepada Presiden Soeharto atas keberhasilan Indonesia dalam mencapai swasembada beras tersebut.

Akankah tahun 2025 mengulang kejayaan ini? Dengan menyiapkan pemuda pemudi untuk menjadi petani unggul.

Revitalisasi Minat Pemuda Terhadap Pertanian

Nah jika kita ingin mengulang masa kejayaan swasembada tersebut maka perlu kita belajar dengan masa lalu itu dengan menyiapkan strategi kebijakan dan aksi nyata seperti: Memaksimalkan Peran Pemuda dalam Swasembada Pangan.

Di mana pemuda menjadi kunci penting sebagai generasi penerus yang memiliki kreativitas, semangat inovasi, dan keterampilan adaptif.

Pemuda Indonesia harus menjadi motor penggerak transformasi sektor pertanian yang selama ini masih menghadapi berbagai tantangan.

Data BPS 2022 hari ini menyebutkan rendahnya regenerasi petani, jumlah petani semakin menurun dan yang meningkat adalah buruh tani, rendahnya keterlibatan anak muda untuk menjadi petani karna petani adalah profesi yang tidak menjanjikan sehingga lebih memilih profesi lain.

Hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah terutama disektor pertanian untuk menggiatkan bakat- bakat anak muda untuk menjadi petani unggul, terlibat dalam inovasi teknologi pangan dan ketahanan pangan.

Dengan jumlah pemuda yang besar, pastinya memiliki potensi besar untuk mendorong modernisasi pertanian dan membangun sistem pangan yang berkelanjutan.

Peran pemuda pada sektor pertanian sangat penting untuk mendorong kepercayaan publik dalam inovasi teknologi bagi pemuda, sebagai generasi yang melek teknologi, dapat memainkan peran vital dalam penerapan pertanian berbasis teknologi atau smart farming.

Pemanfaatan teknologi seperti Internet of Things (IoT), sensor tanah, drone, dan aplikasi manajemen pertanian dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan akurasi dalam proses bertani.

Melalui inovasi ini, kegiatan pertanian menjadi lebih menarik dan menjanjikan bagi anak muda.

Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu memfasilitasi pelatihan teknologi pertanian modern agar pemuda memiliki keterampilan yang mumpuni, pentingnya penyuluhan tentang hama dan bibit yang unggul dan pupuk berkualitas terjangkau juga edukasi dan pengembangan wirausaha pangan adalah langkah efektif untuk menarik minat pemuda.

Program seperti start-up berbasis agribisnis, budidaya pangan lokal, pengolahan hasil pertanian, dan pengembangan produk kreatif berbasis desa pangan dapat membuka peluang ekonomi yang lebih luas.

Pemerintah perlu menyediakan akses modal, pasar, dan pendampingan bisnis bagi generasi muda agar mereka dapat mengembangkan usaha di sektor pertanian.

Melalui program pemberdayaan desa, pemuda dapat berperan dalam mengembangkan sistem pertanian berkelanjutan, seperti pertanian organik, agroforestri, atau aquaponik.

Selain itu, teknologi desa pintar (smart village) dapat membantu pemuda memaksimalkan potensi lokal dan memperkuat rantai distribusi pangan.

Selain itu kolaborasi pemuda dengan Akademisi dan Pemerintah untuk mempercepat inovasi di sektor pangan.

Pemuda dapat berperan aktif dalam riset dan pengembangan varietas unggul, teknologi pascapanen, dan solusi mitigasi perubahan iklim.

Pemerintah harus menyediakan ekosistem yang mendukung, seperti hibah riset dan akses terhadap teknologi pertanian.

Harapan bersama jangan biarkan petani berjuang sendiri, dengan dukungan penuh dari pemerintah, institusi pendidikan, dan sektor swasta, pemuda dapat menjadi aktor utama dalam membawa Indonesia menuju swasembada pangan.

Pertanian harus dipandang sebagai peluang emas untuk masa depan, bukan sekadar sektor tradisional yang ditinggalkan.

Saatnya pemuda turun tangan, menghidupkan kembali sektor pangan, dan memastikan ketahanan pangan yang kuat bagi generasi mendatang.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved