Headline Tribun Timur
Pembuat Uang Palsu di UIN Alauddin Niat Maju Pilkada
Ia mulai mencetak uang palsu jauh setelah Pilpres 2024 dan sebelum Pilkada Serentak 2024 yakni pada bulan September 2024 lalu.
"Kemudian 2024 kemarin bulan Mei sudah mulai produksi, kemudian sekitar Juni ini sudah ketemu di antara mereka dan juga ada saling bekerja sama di antara mereka juga bagaimana nanti proses pembuatan dan diviralkan melalui grup WA. Jadi ditawar-tawarkan di grup," kata Yudhiawan.
Hari berganti. Pada September 2024 lalu, atas bantuan pengusaha Annar Salahuddin Sampetoding, Andi Ibrahim dan Syahruna mendatangkan mesin berkapasitas besar dari China sebesar Rp600 juta.
Mereka juga memesan kertas khusus untuk cetak uang dari China. Sedangkan tinta dan peralatan lainnya dibeli melalui aplikasi online.
Yudhiawan mengatakan, mesin tersebut sengaja didatangkan melalui Surabaya ke Makassar, untuk memperbesar jumlah uang palsu yang diproduksi.
Mesin tersebut dimasukkan ke dalam kampus UIN Alauddin pada malam hari. Kepada petugas, Andi Ibrahim mengatakan, mesin itu akan digunakan untuk mencetak buku di perpustakaan.
"Sekitar bulan September 2024, ini berkomunikasi dengan AI untuk mengangkut peralatan untuk kemudian mulai membuat uang palsu di TKP 2 (dalam kampus UIN)," tuturnya.
"Minggu kedua November 2024 ini sudah mulai peredaran uang palsu senilai Rp150 juta, nilai nominal di situ. Kemudian ada juga menyerahkan uang palsu Rp 250 juta," papar Yudhiawan.
Dalam kasus ini, peran Andi Ibrahim cukup besar. Produksi uang palsu yang awalnya dibuat di kediaman pengusaha ASS di Jl Sunu 3, Makassar, dipindahkan ke kampus UIN Alauddin atas izin dari Andi Ibrahim.
Koordinasi dengan Rektor
Kapolres Gowa, AKBP Rheonald Simanjuntak dalam keterangannya mengatakan, sebelum kasus ini terungkap, mereka terlebih dahulu berkoordinasi dengan Rektor UIN Alauddin Prof Hamdan Juhannis.
Saat hal ini disampaikan ke rektor, menurut Rheonald, Prof Hamdan tampak kaget. Ia menanyakan tempat pembuatan uang palsu tersebut.
"Beliau kaget. Terus beliau bertanya di mana tempatnya, dan saya sampaikan ini sementara kita cari prof," ucap mantan Kasat Reskrim Polrestabes Makassar ini.
"Prof pun membantu menggali keberadaan tempat itu, dan akhirnya kami temukan. Jadi beliau sangat membantu," sambungnya.
Jika saja Prof Hamdan, kata Reonald tidak membantu, penyidik akan kesulitan menemukan keberadaan ruangan tempat mesin pencetak uang palsu itu di dalam perpustakaan.
"Kampus ini kan luas di dalam, mungkin jika pak Prof tidak bantu, butuh waktu lama. Tapi atas bantuan pak rektor, kita temukan dalam waktu satu malam," jelasnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.