Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Membaca Kembali Seratus Tahun Kesunyian

Bercerita tentang keluarga Buendia selama 7 turunan melalui kepala keluarganya, Jose Arcadio Buendia yang mendirikan desa (fiktif) bernama Macondo.

Editor: Sudirman
IST
Babra Kamal, Akademisi Universitas Teknologi Sulawesi 

Oleh: Babra Kamal

Akademisi Universitas Teknologi Sulawesi

TRIBUN-TIMUR.COM - Seratus tahun kesunyian atau dalam bahasa Spanyol Cien Anos De Soledad adalah sebuah serial yang diadaptasi berdasarkan novel penulis legendaris dari Amerika Latin.

Gabriel Garcia Marquez yang saat ini sedang tayang di netflix, serial tersebut terdiri dari 8 episode, dengan kurang lebih 45-60 menit per episodenya.

Bercerita tentang keluarga Buendia selama 7 turunan melalui kepala keluarganya, Jose Arcadio Buendia yang mendirikan desa (fiktif) bernama Macondo.

Sejak pertama kali diterbitkan pada Mei 1967 di Bueos Aires oleh Editorial Sudamericana novel ini telah diterjemahkan ke dalam 46 bahasa dan telah terjual lebih dari 50 juta eksamplar.

 “Ini adalah buku yang mendefinisi ulang bukan hanya sastra amerika latin tetapi, sastra, titik,” kata Ian Stavans , sarjana Budaya latin terkemuka di Amerika, yang mengaklaim telah membaca buku itu 30 kali.

Seratus tahun kesunyian adalah adalah alegori kuat dari identitas Amerika Latin.

Ceritanya diatur dalam jangka waktu satu abad, mengeksplorasi banyak masalah utama dalam sejarah di kawasan Amerika Latin: Caudillismo (kepemimpinan orang kuat) , kejantanan, pemberontakan, kekuasaan, malapetaka, dan kekerasan poltik,”Tulis Felipe R. Pombo di laman BBC.

Seratus Tahun kesunyian belakanan disebut sebagai karya “realisme magis” karena penulis memadukan pendekatan realis dengan elemen-elemen magis didalamnya sehingga menciptakan nuansa fantastis.

Serial

Menurut Putra Gabo-panggilan akrab Marquez, Rodrigo Garcia, sebenarnya ayahnya enggan menjual hak atas novelnya.

Gabo percaya bahwa novelnya itu tidak dapat dibuat di bawah batasan waktu dari sebuah film, atau bahwa produksi dalam bahasa selain spanyol tidak benar.

Namun kini setelah lebih dari 50 tahun setelah penerbitanya, netflix telah berhasil memperoleh hak buku tersebut.

Raksasa streaming ini mengumumkan akan megadaptasi novel tersebut menjadi seri bahasa spanyol dan telah tayang sejak 11 Desember 2024.

Saya harus mengucapkan selamat kepada sutradara Laura Mora Yang menurut saya telah berhasil mengalihwahanakan novel tersebut dalam format audio visual dalam hal ini serial.

Seratus tahun kesunyian kini tak hanya lembaran-lembaran kertas yang dingin, tapi telah menjadi lebih hidup di dalam layar.

Awalanya saya meragukan sang Sutradara,apa kah ia mampu mewujudkan Seratus tahun kesunyian yang terkenal rumit dan penuh dengan metafora kedalam Sebuah film? Apa saja yang ia akan pangkas dan padatkan menjadi delapan episode.

Tapi menurut saya Laura Mora sang sutradara berhasil membawa saya melihat landskap kota fiktif nan suryalis-Makondo, berjumpa dengan sosok gipsi Melquides yang telah membawa segala macam penemuan dunia lalu memperkenalnya kepada Buendia.

Sebagai pembaca novel ini saya merasa cukup puas dengan detail yang ditampilkan dan usaha sutradara untuk mengabil bagaian-bagaian penting dari Seratus tahun kesunyian.

Seperti ketika Jose Arcadio Buendia di makamkan dengan bunga kuning kecil yang berguguran melepas kepergian Buendia, bunga itu bahkan harus di sekop karena menutupi menuju ke pemakamannya.

Juga karakter-karaketer yang lain yang nampak setia seperti yang ada dalam narasi yang di tulis Gabo dalam novelnya.

Sungguh saya meresa ini kerja yang luar biasa dapat menghadirkan novel sekelas seratus tahun kesunyian kedalam bentuk audio visual.

Karena ada beberapa film yang menurut saya gagal dalam mengadaptasi novel.

Sebut saja misalnya Bumi Manusia Novel karya Pramodya Ananta Toer yang difilmkan oleh sutradara Hanung Bramantya menurut saya gagal mengartikulasi gambaran yang ada didalam novel.

Padahal Pram ngotot kalau Bumi Manusia mau difilmkan itu harus anak indonesia sendiri bukan orang asing.

Karakter Minke misalnya yang diperankan Iqbal Ramadhan yang menurut ku hanya untuk kepentingan mengejar penonton dan Fans Iqbal yang pada saat itu baru saja dapat sorot pasca meledaknya film Dilan dipasaran.

Atau beberapa sineas tanah air yang mengambil pemeran berdarah mix (bule) untukmemerankan orang Indonesia.
Memilah karakter

Untuk memastikan kembali adegan, alur dan setting di Serial Itu saya bahkan membaca kembali novel yang lama tergeletak bersama buku-buku lain di kamar saya.

Novel yang bersampul merah dengan gambar ilustrasi yang saya kurang mengerti gambar apa gerangan membawa saya kembali membaca novel tersebut.

Bahkan kadang saya harus mengehentikan menonton untuk membaca apa detailnya sudah sesuai atau belum.

Bahkan serial itu bisa dikatakan membantu saya untuk memilah-milah karakter dalam novel tersebut, karena nama-nama yang mirip.

Misalanya Jose Arcadio Buendia, punya nama yang mirip dengan nama anak dan cucunnya, begitu juga Aureliano Jose yang keturunannya menggunakan nama yang mirip dengan nama ayah atau anaknya kelak.

Membuka kembali Novel Seratus tahun kesunyian setalah menonton serialnya memberi gambaran ‘nyata’ tersendiri di kepala saya, selain membantu memilah-milah karakter juga setting suasana kota Makondo.

Saya berharap sekuelnya selanjutnya segera tayang, sesuai dengan yang dijanjikan yakni 16 episode. Terima kasih.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved