Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Dari Fatimah Hingga Gaza, Perlawanan yang Sama

Dari Hajar hingga Asyiah, hijrah dimulai dari seorang perempuan berlari di padang gurun membawa air untuk seorang bayi kecil yang kelak menjadi nabi.

Editor: Sudirman
zoom-inlihat foto Dari Fatimah Hingga Gaza, Perlawanan yang Sama
Ist
Haryati Ismail S Pd, Mahasiswi S2 Kajian Studi Wanita dan Keluarga Universitas Internasional Al Mustafa Iran/Founder Perempuan Bersuara

Istri Ali bin Abi Thalib dalam sejarahnya telah melakukan perlawanan dengan perkataan dan perbuatan. Hingga dia meninggal, dia tetap melakukan perlawanan dengan memboikot orang-orang yang telah melanggar perintah nabi, melawan ketetapan agama dan rakus akan kekuasaan.

Perlawanan dari Fatimah ke Gaza

Fatimah adalah panutan bagi semua kalangan, baik laki-laki dan perempuan. Ruh perlawanan yang dimilikinya akan terus hidup dan merasuki para ibu-ibu yang beriman sehingga perlawanan tidak akan pernah padam.

Gaza merupakan wujud perlawanan saat ini melawan para tiran. Sepanjang sejarah, kita mungkin tidak pernah melihat begitu banyak perempuan yang mati syahid di garis depan, seperti yang terjadi di Gaza

Perempuan Gaza selama 76 tahun berada di garda terdepan, memainkan peran pertama dalam perlawanan untuk membela hak tanah miliknya.

Para pemuda dan pria Gaza yang bergerak melawan Zionis memiliki ibu, istri dan anak perempuan, dan jika para perempuan ini tidak setuju, para Mujahidin ini tidak akan bergerak melawan Israel.

Para ibu dan istri ini tahu bahwa jika remaja putra dan putri mereka berperang melawan Rezim Israel, musuh Zionis akan membombardir rumah mereka. 

Sehingga salah satu penyebab Zionis membom pemukiman-pemukiman di Gaza adalah keluarga dan perempuan di Gaza.

Rezim Zionis sudah muak dan tidak ingin membiarkan laki-laki dan generasi muda Gaza terus melakukan perlawanan. 

Karena musuh mengetahui bahwa cara menghancurkan sumber daya manusia dan modal motivasi pemuda Gaza adalah melalui keluarga, perempuan dan anak-anak. 

Jika perempuan-perempuan ini dilawan, maka generasi muda dan laki-laki tidak akan mampu melakukan gerakan besar ini. Oleh karena itu, dikatakan garda terdepan dan role play pertama ada di tangan perempuan Gaza.

Saat ini, perempuanlah yang menjadi pihak pertama dalam barisan perlawanan. Jika Anda berbicara dengan ibu-ibu para syuhada dan mujahidin perlawanan, Anda akan merasakan keberanian dan ketidakegoisan mereka. 

Oleh karena itu, kita patut menyapa para perempuan perlawanan yang berani mewariskan hal tersebut kepada anak-anaknya.

Para perempuan di Gaza tanpa pamrih mengatakan kepada laki-laki mereka, “Pergilah ke medan perang, bahkan jika mereka menghancurkan saya di sini karena pemboman.

” Ini adalah kedudukan yang indah. Darah perlawanan yang mengalir dalam tubuh para ibu- ibu Gaza adalah darah perlawanan yang ditorehkan oleh Sayidah Fatimah az Zahra.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved