Opini
Sampah Plastik Baliho dan Estetika Kota
Indonesia dengan jumlah penduduk 277 juta jiwa lebih menjadi salah satu penyumbang sampah plastik terbesar ke dua di dunia.
Oleh: Andi Iqbal Burhanuddin
Guru Besar Ilmu Kelautan Unhas
TRIBUN-TIMUR.COM - Pencemaran sampah plastik saat ini telah menjadi isu global karena sifatnya yang transnasional dan lintas batas.
Indonesia dengan jumlah penduduk 277 juta jiwa lebih menjadi salah satu penyumbang sampah plastik terbesar ke dua di dunia.
Sebuah hasil riset pernah dilaporkan oleh Jenna R. Jambeck, peneliti dan Akademisi dari Universitas Georgia, AS dipublikasikan pada Jurnal Science (2015) menyebut bahwa Indonesia berada dalam 5 besar penyumbang sampah plastik terbesar ke lautan dari 192 negara sebagai penyumbang sampah plastik dengan urutan Tiongkok, Indonesia, Filipina, Vietnam dan Srilanka.
United Nations Environment Programme (UNEP) menyatakan jumlah sampah plastik yang masuk ke laut dapat meningkat hampir tiga kali lipat pada tahun 2040 apabila tidak ada upaya untuk mencegah polusi plastik.
UNEP memperkirakan jumlah polusi plastik sekitar 9-14 juta ton pada 2016 berpotensi menjadi 23-27 juta ton pada 2040.
Tentulah bukan prestasi yang membanggakan. Karena, dari data tersebut membuktikan bahwa belum adanya komitmen untuk mengelola sampah agar laut tidak ikut terdampak oleh adanya sampah plastik.
Baliho PILKADA
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 ditujukan untuk memilih gubernur, walikota, bupati beserta wakilnya di sejumlah daerah dalam waktu dekat akan terlaksana secara serentak di seluruh Nusantara.
Baliho yang memperkenalkan calon dengan berbagai ukuran masih terpasang di mana-mana, tidak hanya di billboard besar, terlihat banyak spanduk yang diikatkan di tiang-tiang traffic light, dibuat pigura dari bambu, diikat ke pohon, atau menyatu dengan spanduk iklan lain memenuhi baku jalan hingga dipaku di pohon – pohon besar.
Setiap usai gelaran pemilu warga mengeluh kotornya kota saat ‘ketempelan' alat peraga kampanye (APK) seperti baliho, banner, spanduk di seluruh sudut tiang, tembok, pagar, bahkan sampai pohon.
Pertanyaannya, akan dikemanakan dan dijadikan apa sampah plastik hasil kampanye yang banyak mengganggu fasilitas umum trotoar, mengganggu kenyamanan pengendara dan berbahaya tersebut bagi lingkungan yang jumlahnya cukup besar.
Tentu saja jika tidak ada pengelolaan sampah baliho maka semuanya akan berakhir di laut.
Fenomena tersebut bukan hanya menyebabkan polusi visual, namun juga dapat menganggu keamanan, keseimbangan ekosistem dan merusak estetika lingkungan yang ada.
Potensi sampah baliho yang menumpuk menjadi salah satu penyebab pencemaran lingkungan sekitar, mengingat sampah tersebut yang tidak bisa terurai dengan cepat.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan memperkirakan volume sampah yang dihasilkan dari gelaran Pemilu 2024 paling sedikit mencapai 784 ribu meter kubik atau setara 392 ribu ton.
Sampah sebesar itu sebagian besar berasal dari APK baik untuk pilpres maupun pileg.
Hasil penelitian yang dilaporkan KLHK menyebut total sampah nasional pada 2022 mencapai 69,0 juta ton.
Dari jumlah itu, sebanyak 18,2 persen, atau sekitar 12,5 juta ton, disumbang oleh sampah plastik.
Efek Sampah Plastik
Sampah plastik baliho setiap usai kegiatan Pilkada mencapai angka jumlah yang fantastik.
Bahan yang digunakan untuk membuat baliho, banner, spanduk dan sejenisnya adalah kebanyakan menggunakan plastik yang istilah umum yang di pakai untuk polimer, material yang terdiri dari rantai panjang karbon dan elemen – elemen lain yang mudah dibuat menjadi berbagai macam bentuk dan ukuran.
Sampah laut, terutama plastik, mengandung zat nonplastik yang disebut Zat adiktif, memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan laut.
Organ isme yang ada di Organisme yang ada di laut, seperti ikan, burung, dan mamalia sering kali salah mengira sampah plastik sebagai makanan sehingga sering ditemukan mereka mengalami masalah kesehatan serius dan kematian.
Lebih parah lagi, apabila plastik yang digunakan sebagai material mengandung PVC (poly-vinyl chloride) dibakar akan mengotori atmosfir atau terurai oleh angin dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti kanker dan penyakit penyakit yang melumpuhkan.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa mikroplastik, partikel plastik berukuran kecil yang berasal dari penguraian sampah plastik dapat memasuki rantai makanan manusia melalui konsumsi ikan dan makanan laut lainnya .
Kita mestinya bisa bertransformasi kampanye murah yang cerdas, tidak merusak dan mengotori lingkungan.
Ketidakteraturan penempatan APK dan berserakan di jalanan, hingga bendera parpol yang entah kapan akan dilepas menambah pelik permasalahan sampah di setiap daerah.
Pemerintah perlu memikirikan dan memperketat aturan penempatan tempat untuk baliho politik.
Panitia pemilu seharusnya menyediakan space khusus untuk penempatran poster dengan ukuran seragam sehingga tidak terjadi kesembrawutan dan polusi visual.
Hal tersebut juga sebagai upaya dalam memperhatikan aspek keamanan, kenyamanan lingkungan, estetika kota dan juga menjadi upaya untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan lestari.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.