Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun UMKM

Dari Limbah Menjadi Seni: Kisah Pelepah Pisang di Tangan Seniman Luwu

Namun, di tangan Asmil Arsyad (46), seorang seniman asal Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, pelepah pisang disulap menjadi medium lukisan

|
Penulis: Muh. Sauki Maulana | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM
Asmil Arsyad (46) seorang seniman asal Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan 

TRIBUN-TIMUR.COM - Bagi kebanyakan orang, pelepah pisang mungkin hanya menjadi limbah tak berguna.

Namun, di tangan Asmil Arsyad (46), seorang seniman asal Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, pelepah pisang disulap menjadi medium lukisan yang penuh makna dan sarat cerita.

Asmil melihat pelepah pisang sebagai media seni yang unik dan ekonomis.

“Kelebihan pelepah pisang bagi saya adalah tidak perlu biaya besar untuk berkarya. Ini cara menunjukkan kepada generasi muda bahwa menciptakan seni itu bisa dilakukan dengan sederhana,” ungkapnya saat ditemui di Lingkungan Jawaro, Kelurahan Senga, Kecamatan Belopa Utara, Kamis (7/11/2024).

Dalam proses kreatifnya, Asmil memulai dengan mengumpulkan pelepah pisang dari halaman belakang rumahnya.

Pelepah tersebut kemudian direndam air garam agar tidak mudah lapuk, lalu dijemur hingga kering.

Untuk kanvasnya, Asmil melapisi permukaannya dengan tisu basah dan lem kayu, menciptakan tekstur yang khas sebagai latar lukisannya.

Selain sekadar melukis, Asmil menghidupkan cerita-cerita kuno masyarakat Luwu di setiap karyanya.

Misalnya, dalam salah satu lukisannya, ia menggambarkan perjalanan leluhur Luwu yang turun dari gunung ke dataran rendah untuk mencari penghidupan. 

"Di lukisan ini, saya menambahkan gitar sebagai simbol sejarah, karena banyak orang Luwu dulu menjadi penyair," jelasnya.

Ke depannya, Asmil berencana memperluas tema karyanya dengan menggambarkan hewan mitologi dari cerita rakyat Luwu.

Setiap lukisan biasanya selesai dalam waktu sekitar tiga hari, meski ada tantangan tersendiri dalam mengolah warna.

“Pelepah pisang yang kering warnanya dominan gelap. Kadang sulit jika ingin menampilkan warna cerah,” tambahnya.

Selama sembilan tahun berkarya, lukisan-lukisan Asmil telah dipamerkan di berbagai ajang seni daerah dan meraih beberapa penghargaan di Kabupaten Luwu Timur, Toraja, Masamba, hingga Kota Belopa.

Namun, Asmil memiliki prinsip yang berbeda dari kebanyakan seniman lain.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved