PWNU Sulsel
Semua Akan NU pada Waktunya: Antara Keikhlasan dan Kepentingan Sesaat
NU bukanlah panggung politik, melainkan rumah besar bagi jutaan umat Islam Indonesia yang ingin hidup dalam damai, rukun, dan beragama dengan tulus.
Pada masa kampanye politik, NU menjadi pusat perhatian. Para calon pejabat, partai politik, bahkan para pebisnis mendadak “menjadi NU” atau mengklaim diri dekat dengan tokoh-tokoh NU untuk mendapatkan dukungan.
Namun, setelah pesta demokrasi usai, banyak dari mereka yang kembali menghilang dan seolah melupakan “ke-NU-an” mereka.
Pendekatan yang seperti ini jelas merugikan, tidak hanya bagi NU sebagai organisasi, tetapi juga bagi masyarakat secara umum.
Jika NU dijadikan alat tawar-menawar kekuasaan, maka NU tidak lagi berdiri sebagai penjaga moral dan etika sosial-keagamaan.
Sebaliknya, NU akan terjebak dalam permainan politik praktis yang seringkali jauh dari nilai-nilai kebijaksanaan yang selama ini dijunjung tinggi.
Selain itu, hal ini juga berpotensi menurunkan kredibilitas NU di mata masyarakat.
Ketika NU terlalu mudah dijadikan alat politik, kepercayaan publik terhadap NU bisa memudar.
Orang-orang akan melihat bahwa NU tidak lagi fokus pada misinya untuk membimbing umat dan menjadi teladan dalam kehidupan beragama, tetapi lebih pada kepentingan-kepentingan pragmatis.
Jika dibiarkan berlarut-larut, maka dampak jangka panjangnya bisa sangat merugikan, baik bagi NU maupun bagi kehidupan sosial-keagamaan di Indonesia.
NU yang Ikhlas dan Ideologis: Kembali pada Nilai Dasar
Kunci dari semua ini adalah bagaimana merancang ke-NU-an yang bersifat ikhlas dan ideologis.
Artinya, menjadi NU harus didasari pada keyakinan tulus terhadap nilai-nilai yang diajarkan dan diperjuangkan oleh NU.
Sebagai organisasi yang lahir dari akar tradisi keislaman Indonesia, NU harus tetap konsisten dalam mengedepankan ajaran yang moderat, berimbang, dan toleran.
Tidak ada ruang bagi politisasi nilai-nilai agama yang hanya bertujuan untuk memenangkan kekuasaan.
NU harus terus berupaya membina dan memperkuat kaderisasi di tingkat akar rumput, bukan hanya di lingkaran elite. Ke-NU-an yang tulus dan ideologis hanya dapat terwujud jika anggota-anggota NU, dari level paling bawah hingga tertinggi, benar-benar memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran yang diwariskan oleh para pendiri organisasi ini.
Yuk Donor Darah Peringati HUT ke-80 RI di Karlink Makassar, Pendonor Dapat Beras 5 Kg |
![]() |
---|
Bukan Politisi, Mengapa Nasdem Hadirkan Chairul Tanjung dan Burhanuddin Muhtadi di Rakernas Nasdem? |
![]() |
---|
Alumni IPB Helat Olimpiade Pertanian di SMAN 4 Makassar |
![]() |
---|
Sosok 4 Senior Aniaya Prada Lucky hingga Tewas, Tangan Kosong hingga Pakai Selang |
![]() |
---|
Surya Paloh Puji Kantor Baru Nasdem Sulsel, Paling Megah Dibandingkan DPW Lainnya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.