Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Menyelisik Kekuatan Mereka 2

Mewujudkan Mimpi Buku Menyelisik Kekuatan Mereka 2, Prof Tasrief : Butuh Revolusi Pembelajaran

Menyelisik Kekuatan Mereka 2 terdiri dari 29 artikel, sebanyak 16 artikel ditulis oleh Zulkifli dan 13 artikel lainnya ditulis oleh Andi Iqbal.

Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Hasriyani Latif
YouTube Tribun Timur
Buku 'Menyelisik Kekuatan Mereka 2' dibedah Guru Besar Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Tasrief Surungan dalam diskusi disiarkan langsung di YouTube Tribun Timur, Sabtu (19/10/2024). 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Buku Menyelisik Kekuatan Mereka 2 dibedah Guru Besar Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Tasrief Surungan dalam diskusi disiarkan langsung di YouTube Tribun Timur, Sabtu (19/10/2024).

Buku ini ditulis oleh kolumnis tetap Kilas Tokyo Tribun Timur, Dr Eng Muh Zulkifli Mochtar dan Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Andi Iqbal Burhanuddin.

Menyelisik Kekuatan Mereka 2 terdiri dari 29 artikel, sebanyak 16 artikel ditulis oleh Zulkifli dan 13 artikel lainnya ditulis oleh Andi Iqbal.

Keduanya menguraikan empat pilar kota maju dan layak huni, seperti yang diterapkan di Tokyo, yaitu infrastruktur, ekonomi politik, pendidikan dan kesehatan lingkungan, serta keamanan.

Guru Besar Unhas Prof Tasrief Surungan berbagi pengalaman dirinya saat berada di Jepang.

"Kedua penulis kita sedang berbicara hati ke hati ke kita orang Indonesia. Apa yang maju disana dan apa rahasianya. Saya pernah mengalami itu karena saya studi di Jepang PhD dari tahun 2000 sampai 2004," jelas Prof Tasrief.

Prof Tasrief bercerita ada jalan panjang dan berliku dilalui Jepang di masa lampau.

Baca juga: Bedah Buku Menyelisik Kekuatan Mereka 2: Rahasia Tokyo Jadi Kota Maju Terungkap

Titik baliknya, kala dimulai Restorasi Meiji.

Saat itu, generasi muda Jepang dikirim ke belahan Eropa mengenyam Pendidikan.

Utamanya ke Prancis dan Jerman.

"Kalau mau disimplifikasi dimulai era Tokugawa yang kemudian mengalami penurunan pengaruh kemudian masuk restorasi meji 1860an," katanya.

"Historynya itu penyebabnya kedatangan komando Perry, kemudian membawa empat kapal perang. Orang Jepang yang terbiasa melawan tradisional dengan samurainya, kemudian dibangun kesadaran tentang superioritas orang eropa," jelas Prof Tasrief.

"Dimulailah restorasi meiji, pengiriman besar-besar generasi muda Jepang ke Eropa, khususnya  Prancis dan Jerman,"jelasnya.

Di tahun 1900-an, hasilnya terlihat kala sudah ada ilmuan Jepang yang setara dengan ilmuan dunia lainnya,

"Saya ketemu seorang  fisikawan Jepang di suatu conference di Amerika dia bilang bahwa 1900an Sudah ada orang Jepang tulis karya tentang teori atom," lanjutnya.

Prof Tasrief melihat kemajuan perekonomian Jepang sudah berbasis pada Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Untuk mencapai level Jepang, Indonesia disebutnya harus berinvestasi pada sector itu.

"Kalau kita lihat satu parameter tahun 1949 sudah ada orang Jepang meraih nobel. Sampai Saat ini, di region orang Asia belum," jelasnya.

Prof Tasrief pun belajar salah satunya dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat.

Namun di titik itu, Indonesia disebutnya belum mampu memanfaatkan kekayaan alam untuk kemakmuran masyarakat.

"Kalau mau membangun negeri kita mestinya kekayaan alam itu dijadikan modal. Tapi itu tidak kita gunakan dengan baik. Bumi dan Air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat," jelasnya.

Prof Tasrief Surungan menilai harus ada revolusi pembelajaran di Indonesia.

Sehingga mimpi penulis pada buku Menyelisik Kekuatan Mereka 2 bisa tercapai.

"Kalau tidak ada revolusi pembelajaran yang memadai, revolusi mental yang dijanjikan dari awal maka fenomena kemajuan yang disampaikan dua teman kita itu, tetap menjadi mimpi," katanya.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, Faqih Imtiyaaz

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved