Pilkada Jakarta 2024
Elektabilitas Calon Gubernur Jakarta, Ridwan Kamil Suswono Terancam, Pramono - Rano Meroket
Lantas, siapa calon Gubernur dan wakil Gubernur yang memiliki elektabilitas terkuat di Pilkada Jakarta 2024?
Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.540 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar ±2,7 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
PSG sendiri merupakan lembaga think-tank dan advisory politik kebijakan, politik elektoral, dan politik pemerintahan.
PSG bermitra dengan Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi).
Analisa Pengamat
Pengamat politik Ujang Komaruddin mengingatkan fenomena unik di Jakarta.
Ujang Komaruddin meminta jagoan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, Ridwan Kamil yang unggul di survei Pilkada Jakarta 2024 itu mewaspadai fenomena unik di Jakarta.
Di mana, paslon yang memiliki elektabilitas tinggi justru kalah.
Fauzi Bowo pernah mengalami fenomena unik ini saat kalah dari Joko Widodo di Pilkada Jakarta 2012.
Kemudian, Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok yang kalah dari Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2017.
Padahal saat itu, elektabilitas Fauzi Bowo dan Ahok yang merupakan petahana jauh lebih tinggi dibandingkan kandidat lainnya.
Ujang fenomena ini terjadi lantara sosok Jokowi di tahun 2012 dan Anies di 2017 bisa memikat akar rumput pemilih di Jakarta.
Fenomena ini pun dikhawatirkan terjadi pada Ridwan Kamil di mana saat ini elektabilitasnya, tinggi namun dalam beberapa kesempatan kehadirannya justru ditolak oleh warga Jakarta.
Pengamat dari Universitas Al-Azhar ini mencontohkan saat Ridwan Kamil berziarah ke Makam Mbah Priok di Tanjung Priok, Jakarta Utara beberapa waktu lalu.
Belum lagi kasus penolakan warga saat Ridwan Kamil berkunjung ke Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur belum lama ini.
Hal inilah yang disebut Ujang, masih menjadi pekerjaan rumah Ridwan Kamil dan timnya.
“Kalau bisa terus konsisten dengan survei makin tinggi, lalu dekat warga Jakarta, makin diterima warga Jakarta ya bisa jadi menang,” tutur Ujang, Sabtu (14/9/2024).
“Bila Ridwan Kamil bisa mempertahankan elektabilitas di atas 50 persen, bukan mustahil bisa menang satu putaran,” sambungnya.
Tetapi, Ujang memprediksi Pilkada Jakarta 2024 belum tentu berjalan satu putaran.
Melihat situasi politik di Jakarta yang masih sangat dinamis, menurutnya segala kemungkinan bisa saja terjadi.
Apalagi, masih ada waktu kurang lebih dua bulan lebih sampai hari pencoblosan di tanggal 27 November mendatang.
“Pilkada Jakarta bisa jadi dua putaran. Harus dilihat dulu survei terakhir di awal November berapa elektabilitas masing-masing paslon,” kata Ujang.
Ujang menilai tiga paslon yang akan bersaing di Pilkada Jakarta 2024 harus memenuhi empat komponen untuk bisa memenangkan kontestasi politik tingkat daerah itu, yaitu popularitas, elektabilitas, eksistensi, dan akseptabilitas.
Sampai saat ini pun disebut Ujang, belum ada satupun paslon yang bisa melengkapi empat komponen tersebut.
Namun, ia mengakui Ridwan Kamil sudah unggul dari kandidat lain soal popularitas, elektabilitas, dan eksistensi.
Aspek akseptabilitas ini yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi Ridwan Kamil supaya eks Gubernur Jawa Barat itu bisa mengunci kemenangan satu putaran di Pilkada Jakarta 2024.
“Untuk mengukur kemenangan itu memang dengan elektabilitas tinggi. Tapi walaupun elektabilitas tinggi, belum tentu menang, ada beberapa variabel lain yang perlu dipenuhi,” ujarnya.
Selain itu, Ujang menilai Ridwan Kamil belum tentu menang mudah meskipun elektabilitas mengungguli pesaing lainnya.
Ia pun mengingatkan fenomena unik di Jakarta, dimana biasanya paslon dengan elektabilitas tinggi justru gagal menang.
“Walaupun elektabilitas tinggi belum tentu menang mudah. Di daerah lain yang elektabilitas tinggi juga ada yang kalah,” ucapnya.
Akademisi Universitas Al-Azhar ini pun menyebut, ada empat faktor yang harus diperhatikan Ridwan Kamil bila ingin menang di Pilkada Jakarta.
Pertama terkait popularitas, elektabilitas, eksistensi, dan terakhir ialah akseptabilitas. Dari ketiga faktor ini, Ujang menilai, Ridwan Kamil punya pekerjaan rumah terkait dengan akseptabilitas.
“Akseptabilitas ini penerimaan publik, warga Jakarta. Kalau ada penolakan ya harus didekati,” kata Ujang.
Hal ini dikatakan Ujang merujuk pada dua peristiwa penolakan warga terhadap Ridwan Kamil, yaitu saat kunjungannya ke Jatinegara, Jakarta Timur dan saat eks Gubernur Jawa Barat ini berziarah ke Makam Mbah Priok di Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Belum lagi sikap antipati yang terus ditunjukkan oleh kelompok suporter Persija Jakarta, Jakmania lantaran selama ini Ridwan Kamil identik dengan musuh bebuyut mereka, Persib Bandung dan Bobotoh.
“Ridwan Kamil ini bisa menang, bisa tumbang. Meski elektabilitas tinggi, tapi bisa juga kalah. Jadi, tergantung Ridwan Kamil bisa mendekati warga Jakarta atau tidak agar tidak ada penolakan lagi. Ini sangat penting menurut saya,” tuturnya.
Mitos di Jakarta
Senada dengan Ujang Komaruddin, pengamat politik Hendri Satrio juga mengungkap mitos seputar survei di Pilkada Jakarta 2026.
Terbukti, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tumbang di tangan Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2017. Lalu, Fauzi Bowo alias Foke menyerah oleh Joko Widodo alias Jokowi di Pilkada Jakarta 2012.
Hendri Satrio menilai selama ini belum pernah calon yang mempunyai elektabilitas tinggi dalam survei dapat memenangkan Pilkada Jakarta.
"Dulu Fauzi Bowo pas 2012 itu surveinya tinggi, kalah sama Jokowi. Ahok juga sama, 2017 memiliki survei tinggi, tumbang oleh Anies, jadi menurut saya biasanya yang surveinya tinggi justru kalah di Pilkada Jakarta," ujar Hendri Satrio, Sabtu (7/9/2024).
Hendri Satrio lalu mengingatkan sejarah mengenai pentingnya basis akar rumput di Jakarta. Pasalnya, sejarah tersebut terbukti sejak Pilkada Jakarta digelar secara langsung pada tahun 2007.
Dimana, cuma satu kali paslon yang didukung banyak parpol memenangkan kompetisi.
"Hanya satu kali paslon yang didukung banyak parpol memenangkan Pilkada Jakarta, yaitu saat Fauzi Bowo mengalahkan Adang Daradjatun dari PKS di tahun 2007," jelas dia.
"Sisanya? Jokowi menang karena akar rumput PDI Perjuangan di 2012, namun Anies Baswedan di 2017 juga bermodalkan akar rumput PKS-Gerindra berhasil mengalahkan Basuki Tjahja Purnama yang diusung PDI Perjuangan, Golkar, Hanura, dan NasDem," lanjutnya.
Sementara, Pilkada Jakarta 2024 pun kembali membuktikan bahwa belum pernah ada petahana yang bisa memenangkan kontestasi kursi gubernur di Jakarta.
Ia mencontohkan Anies yang kini tidak berhasil mendapatkan tiket untuk mempertahankan posisinya sebagai petahana.
"Pilkada Jakarta 2024 ini pun membuktikan bahwa mitos soal incumbent kembali terjadi, Anies yang terhitung incumbent kini tak bisa mendapatkan tiket, pada akhirnya sampai saat ini belum pernah ada yang memimpin Jakarta dua periode," kata Hensat.
Hensat pun mengingatkan para calon gubernur yang akan berkontestasi di Pilkada Jakarta agar menawarkan program-program yang rasional untuk masyarakat.
Sebab, warga Jakarta terkenal kritis dan realistis terhadap pemimpinnya.
"Warga Jakarta ini sadis, maunya banyak dan saking rasional, warga Jakarta bisa ketawa sama program dari calon gubernur yang dianggap tidak realistis," kata Hensat.
Ia pun mengatakan, hingga kini dari ketiga paslon Pilkada Jakarta, masih sulit untuk menentukan siapa yang lebih unggul elektabilitasnya antara Pramono Anung-Rano Karno dan Ridwan Kamil-Suswono.
Sedangkan, Hendri Satrio menilai Dharma Pongrekun-Kun Wardhana masih membutuhkan waktu untuk mengejar elektabilitas kedua paslon tersebut.
"Tapi kalau secara popularitas, saya masih melihatnya Pramono Anung-Rano Karno unggul di Jakarta, karena faktor Rano Karno, tapi kita lihat ke depannya nanti seperti apa" kata Hensat
Survei Pilkada Jakarta 2024 Sebelumnya
Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting atau SMRC merilis hasil survei terkait Pilkada Jakarta 2024. Salah satunya survei simulasi dua nama, yakni Anies Baswedan head to head atau jika saling berhadapan dengan Ridwan Kamil atau RK.
Peneliti SMRC, Deni Irvani menyebut, untuk hasil survei tersebut Anies meraih elektabilitas mencapai 42,8 persen, sementara RK meraih elektabilitas 34,9 persen, dan responden yang tidak menjawab pada simulasi ini ada 22,3 persen.
"Persaingan dengan Ridwan Kamil yang hampir pasti akan maju lewat KIM (Koalisi Indonesia Maju) ini juga menarik, Anies cenderung unggul dengan jarak sekitar 8 poin. walaupun masih ada undicided yang besar," kata Peneliti SMRC Deni Irvani, dalam konferensi pers secara daring, Minggu (18/8/2024).
"Jadi memang kalau kita lihat sampai survei ini dilakukan, ketika survei dilakukan, Anies tentunya punya kans yang cukup kuat untuk bisa mendapat suara yang signifikan di dalam Pilgub," imbuhnya.
Sementara jika simulasi dua nama antara Anies dengan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, hasil survei menunjukkan Anies unggul tipis.
Di mana Anies mendapatkan elektabilitas 37,8 persen, sementara Ahok 34,3 persen, dan responden yang tidak menjawab pada simulasi ini 28 persen.
"Anies lawan Ahok, kondisinya Anies sedikit di atas, walaupun secara statistik selisih itu juga tidak siginifikan. Tapi ini juga tidak mengejutkan karena dulu juga menang melawan ahok, dan undecided-nya masih cukup besar," jelasnya.
Begitu juga jika head to head dengan Kaesang Pangarep, Anies mendapat elektabilitas lebih tinggi. Anies meraih elektabilitas 46,5 persen, sedangkan Kaesang meraih 15 persen, dan ada 38,5 persen responden yang tidak menjawab pada simulasi ini.
"Selisihnya 31 persen lebih. ini selisih yang signifikan," ujarnya. "Kaesang kekuatan elektoralnya lebih rendah ketimbang dua calon tadi (RK dan Ahok) di Jakarta," katanya.
Sebagai informasi, Survei SMRC ini menggunakan metode double sampling. Survei dilakukan pada 8 - 12 Agustus 2024.
Saat itu, KPU Jakarta belum membuka pendaftaran pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Adapun sampel sebanyak 500 responden dipilih secara acak dari database sampel survei tatap muka yang telah dilakukan SMRC sebelumnya.
Jumlah proporsional menurut kabupaten/kota untuk mewakili pemilih Jakarta. Margin of error survei diperkirakan +/-4.5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling. (*)
Dalang Kecurangan di Pemilihan Gubernur Jakarta Diungkap, Pengamat Tak Heran |
![]() |
---|
Hasil Hitung Suara Calon Gubernur Jakarta Terbaru, Pramono Anung Optimis Menang 1 Putaran |
![]() |
---|
Rencana Pendukung Ridwan Kamil di Putaran Kedua Pilkada Jakarta, Penyebab Kekalahan Sudah Diketahui |
![]() |
---|
Cek Fakta: Kubu Ridwan Tolak Kalah di Jakarta, Pramono Unggul Lebih 50 Persen |
![]() |
---|
Curhat Ahok Soal Pilkada Jakarta 2024 Berjalan Aman, Beda Pilkada 2017 saat Dikalah Anies Baswedan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.