Opini
Berharap Pada Milenial, Salahkah?
Sebelumnya kita tidak pernah membayangkan makanan cepat saji hadir di tengah-tengah kita.
Hari ini, bukan hanya makanannya, bahkan lengkap dengan kurir yang siap mengantar kapan saja, sehingga kita tidak perlu lagi keluar rumah.
Bahkan untuk mendapatkan bahan bacaan dari buku-buku yang sebelumnya kita harus membelinya di toko buku, kini kita sisa browshing di internet, membaca lewat handpone dan atau tablet kita.
Saya teringat, semasa kuliah dulu, ungkapan yang menyebut tak membaca buku tidak keren.
Mungkin karena itulah toko buku dan swalayan yang juga menjual buku-buku banyak dijumpai dimana-mana, sehingga tidak sulit untuk kita mendapatkan buku bacaan yang kita butuhkan.
Bahkan hari ini, apa yang biasanya kita sebut koran, media cetak, yang dulunya cetakannya bisa mencapai puluhan halaman, kini semakin tipis, karena minimnya ketertarikan pembaca.
Kedua, karena kecepatan informasi, biasanya kita tidak mampu mendalami dan memahami dari apa yang melandasi peristiwa atau informasi itu, sehingga mengikis rasa kepedulian.
Hal tersebut berdampak pada kemampuan mengalisa dan memikirkan langkah selanjutnya.
Hampir setiap hari kita disuguhkan informasi dari ujung barat sampai timur, bahkan yang lokal, nasional hingga international, silih berganti lalu lalang di depan mata kita, namun biasanya informasi tersebut bagaikan angin lalu saja.
Tidak menjadi perhatian. Fatalnya, yang menjadi perhatian kita pun belum tentu mendorong kita untuk berbuat sesuatu.
Hal ini tentu saja akan menyulitkan pihak-pihak yang berkeingingan untuk memaksimalkan upaya memberikan pemahaman, menyuarakan kebenaran, menyampaikan informasi yang dibutuhkan milenial.
Jika apa yang mungkin telah disampaikan dan dilihat dari paparan atau perilaku aktor-aktor yang konsen pada pendidikan politik, hanya lalu lalang di depan mata, namun tidak menjadi perhatian lebih bagi kaum milenial hari ini.
Saya tidak yakin, dari 10 orang milenial, jika diberikan pertanyaan tentang ketertarikannya pada wacana demokrasi, pemilu maupun pemilihan, ada 5 diantaranya yang menyatakan ketertarikannya.
Bahkan mungkin, jika pun ada informasi penyalahgunaan wewenang dan jabatan dari orang-orang yang sebelumnya dipilih dalam pemilu maupun pemilihan, menciptakan keinginan kaum milenial untuk berusaha memperbaiki kondisi tersebut.
Walaupun, tidak menutup kemungkinan ikut memviralkan.
Saya tidak sedang membandingkan pentingnya pemahaman demokrasi, pemilu dan pemilihan dengan informasi atau pengetahuan lainnya, namun semestinya kita harus sadar, bahwa pemilu dan pemilihan sangat terkait dengan kebutuhan sehari-hari kita.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.