Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tahun Baru Hijriah

Hijrah: Konsep Hidup Revolusioner Ala Manhaj Nubuwah

Moment pergantian tahun dalam kalender Hijriah tak hanya sekedar kalkulasi waktu, namun lebih dari sekedar itu

Editor: AS Kambie
DOK PRIBADI
Irfan Yahya,Dosen Pascasarjana Sosiologi Unhas dan Aktivis Hidayatullah 

Oleh: Irfan Yahya

Dosen Pascasarjana Sosiologi Unhas dan Aktivis Hidayatullah

 

TRIBUN-TIMUR.COM - Hijrah dalam konteks Manhaj Nubuwah bukan sekadar perpindahan geografis Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabatnya dari Makkah ke Madinah, akan tetapi juga menjadi sebuahvmomentum revolusioner spiritual yang fundamental dalam sejarah kehidupan manusia di kolong langit bumi ini.

Moment pergantian tahun dalam kalender Hijriah tak hanya sekedar kalkulasi waktu, namun lebih dari sekedar itu, moment Hijrah ini menjadi ajang untuk muhasabah diri dan pemantik komitmen setiap umat muslim terhadap agenda perubahan berbasis tauhid.

Hijrah bukan hanya sebuah penggalan kisah ketika Nabi meninggalkan kota Makkah menuju kota Madinah, akan tetapi Hijrah adalah bagian penting dari rangkain peristiwa penting dalam sejarah peradaban Islam yang paling fundamental. 

Sebelum Nabi melakukan Hijrah ada beberapa peristiwa penting yang menjadi basis pijakan dalam peristiwa ini. Salah satunya adalah Bait Aqabah Pertama dan Kedua. 

Bait Aqabah Pertama terjadi pada tahun ke-12 dari kenabian, ketika 12 orang dari suku Khazraj datang ke Makkah dan berbaiat kepada Nabi Muhammad SAW. Secara personal mereka berjanji untuk tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, dan tidak membunuh anak-anak mereka. Ini adalah awal dari komitmen yang kelak akan diterima Nabi SAW di Madinah. 

Setahun kemudian, Bait Aqabah Kedua terjadi dengan 72 orang dari suku Aus dan Khazraj yang datang ke Makkah, dua diantaranya adalah wanita.

Mereka tidak hanya berjanji untuk mengikuti ajaran Islam, tetapi juga siap melakukan amar ma’ruf nahi mungkar serta melindungi Nabi dan komunitas Muslim lainnya. 

Para sahabat yang terlibat dalam kedua baiat ini memainkan peran penting dalam mempersiapkan Madinah sebagai tempat yang aman dan kondusif bagi Hijrahnya Nabi SAW.

Setelah segalanya dianggap kondusif sebagai hasil kerja keras dan ikhlas para naqib yang sebelumnya berbait ke Nabi SAW di Madinah, Rasulullah SAW menginstruksikan para sahabatnya untuk hijrah. Ini adalah langkah strategis untuk melindungi umat Islam dari penganiayaan kafir Qurais di Makkah dan selanjutnya membangun komunitas Muslim yang mandiri di tempat yang lebih aman.

Hal yang paling pertama dilakukan oleh Nabi setibanya di Madinah adalah membangun Masjid.

Masjid ini menjadi lebih dari sekadar tempat ibadah; ia menjadi pusat komunitas, tempat berkumpul, dan pusat kegiatan sosial, politik, dan pendidikan. Masjid dijadikan sebagi episentrum gerakan Islam di Madinah dan menjadi model masyarakat yang berfokus pada gerakan spiritualitas dan kesejahteraan sosial.

Selanjutnya yang dilakukan Nabi adalah mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar, guna untuk mengatasi potensi konflik dan tantangan ekonomi. Kaum Anshar diamanatkan untuk membantu saudara-saudaranya dari kalangan Muhajirin, menyediakan tempat tinggal dan bantuan lainnya. 

Langkah ini memperkuat solidaritas dan rasa kebersamaan dalam komunitas Muslim yang baru terbentuk berlandaskan keimanan dan keta’atan kepada Allah dan Nabi-Nya. 

Selain itu, Rasulullah SAW mendeklarasikan Piagam Madinah, sebuah konstitusi yang mengatur hak dan kewajiban bagi semua warga Madinah tanpa terkecuali, termasuk kaum Yahudi dan suku-suku lainnya.

Piagam itu menegakkan prinsip keadilan dan kerjasama antar komunitas, menjadi contoh awal dan utama dari kesepakatan sosial yang bersifat formal dalam sistem kehidupan masyarakat di dunia.

Langkah strategis berikutnya yang penting untuk dicatat bahwa Nabi Muhammad SAW membangun sistem perekonomian yang mandiri di Madinah.

Itu termasuk akses kepemilikan tanah, menciptakan sistem pasar yang adil, dan mengstimulasi kegiatan perdagangan dan pertanian.

Dengan Upaya sadar ini, komunitas Muslim di Madinah tidak hanya mandiri secara politik dan sosial, tetapi juga memiliki basis ekonomi yang kuat. Untuk melindungi komunitas dari ancaman luar, Nabi juga membangun konsep militer yang kuat dan terorganisir.

Itu memungkinkan Madinah untuk mempertahankan keamanan dan stabilitas mereka dari serangan pihak eksternal.

Dalam konteks kekinian peristiwa Hijrah mengajarkan kita tentang keberanian untuk meninggalkan hal-hal yang tidak sejalan dengan visi eksistensial manusia dan tuntunan orientasi hidup menurut tuntunan Wahyu dan Sunnah Nabi.

Rasulullah SAW meninggalkan Makkah yang penuh tantangan dan penganiayaan oleh kafir Qurais untuk mencari tempat yang lebih kondusif di Madinah bagi perkembangan Islam. Ini adalah contoh nyata bagaimana menghadapi setiap tantangan dan ancaman hidup demi pencapaian yang lebih besar.

Hijrah juga membangkitkan semangat untuk terus berinovasi dalam mencari solusi atas segala tantangan zaman. 

Rasulullah SAW tidak hanya memindahkan fisiknya semata, tetapi juga membangun basis fondasi hidup yang baik dan benar sesuai tuntunan Wahyu yang turun lansung pada saat itu melalui perantaraan malaikat Jibril, dengan tetap mengakomodasi berbagai suku dan keyakinan yang hidup secara berdampingan di kota Madina.

Momentum Hijrah juga menjadi cerminan tanggung jawab sosial dan kemanusiaan. 

Rasulullah SAW tidak hanya membangun umat yang religius, tetapi juga menciptakan masyarakat yang adil dan berkeadilan di Madinah. Ia membangun kerjasama antara suku-suku yang sebelumnya berseteru sekian puluh tahun dan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. 

Dalam konteks modern, semangat Hijrah mengajarkan kita untuk mengadopsi sikap progresif terhadapp erubahan dan melihat perubahan sebagai peluang untuk tumbuh dan berkembang. 

Berbagai permasalahan global seperti kemiskinan, ketidakadilan, krisis ekologi dan ketegangan antarkomunitas memerlukan pendekatan inovatif dan inklusif untuk mencapai perubahan yang berarti.

Dan demikianlah momentum Hijrah tidak hanya relevan sebagai peristiwa sejarah, tetapi juga sebagai word view yang relevan untuk menjalani kehidupan revolusioner.

Itu menegaskan bahwa setiap individu beriman memiliki peran penting dalam menciptakan perubahan positif dalam masyarakat, mulai dari perubahan kecil dalam diri sendiri hingga kontribusi besar dalam perubahan sosial yang lebih luas.

Dengan memahami makna sebenarnya dari Hijrah dan mengadopsi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, kita dapat membangun masa depan yang

lebih baik, berdasarkan semangat revolusioner untuk menciptakan dunia yang Rahmatan Lil Alamin dan kaffatan linnas, Wallahualam.

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved