Opini
Gen Z dan Problem Pengangguran: Peran Penting Bimbingan Karier di Sekolah
Tidak salah jika hal tersebut diucapkan dan diargumentasikan guna menjelaskan pentingnya posisi pendidikan bagi bangsa dan negara.
Tingkat pengangguran di Indonesia menurut BPS pada tahun 1990 adalah 1.911.800, tahun 2000 adalah 5.813.231, tahun 2010 adalah 8.319.779 dan tahun 2020 adalah 9.767.754.
Jadi saat pendidikan mudah diakses, pekerjaan cenderung menjadi sulit didapatkan.
Para milenial terkadang berucap ”enak yah guru-guru senior yang dulu jadi PNS dengan mudah”.
Dulu, orang baru lulus SPG atau Sekolah Pendidikan Guru yang pernah ada di sekitaran tahun 1960-an, mereka langsung mendapatkan SK pengangkatan dan penempatan sebagai PNS.
Sekarang, mereka harus bersaing melalui serangkaian syarat kualifikasi dan kompetensi tertentu yang ditetapkan pemerintah dan mengikuti tes yang tidak mudah serta bersaing sesuai dengan formasi yang tersedia.
Dari sini efek dari bonus demografi mulai terasa kurang baik jika pendidikan kita tidak segera beradaptasi untuk mempersiapkan anak-anak kita menjadi manusia produktif di tahun 2045.
Maka tidak salah jika Robert Kuczynski dari The Brookings Institution menulis artikel berjudul “Population Growth and Economic Pressure” yang mengingatkan kita akan dampak pertumbuhan populasi dan pengangguran yang akan menyebabkan masalah besar pagi pemerintah dan masyarakat secara umum.
Posisi dan Adaptasi Bimbingan Karier di Sekolah
Pendidikan memegang peran penting dalam mempersiapkan generasi masa depan, terutama dalam menghadapi dinamika sosial, ekonomi, dan teknologi yang terus berkembang.
Kurikulum merdeka sebagai sebuah inisiatif pendidikan yang menekankan pada fleksibilitas, kreativitas, dan keterampilan praktis, diharapkan dapat menghadirkan pendekatan yang lebih adaptif dan responsif terhadap tuntutan zaman.
Posisi pendidikan kita di tahun 2024 ini akan menjadi model utuh bagaimana kurikulum Indonesia ke depan dalam menyiapkan generasi-generasi yang produktif di masa depan.
Kurikulum hari ini akan menjembatani generasi alpha (generasi yang lahir setelah generasi z) untuk nantinya berdiri tegak sebagai anak-anak muda Indonesia di tahun 2035 hingga tahun 2045.
Sehingga jika konten bimbingan karier di sekolah masih menggunakan konten layanan karier guru BK yang diberikan untuk anak generasi z atau bahkan generasi milenial maka kita akan menghadapi dampak demografi yang tidak sesuai dengan harapan kita bersama.
Generasi Z dan generasi alpha, sebagai generasi yang menjalani pendidikan di era ini, perlu diberikan pemahaman yang mendalam mengenai pentingnya memiliki pandangan yang dinamis tentang karier dan pekerjaan masa depan.
Mereka tidak hanya perlu mempersiapkan diri untuk memasuki pasar kerja yang kompetitif, tetapi juga untuk menjadi inovator dan penggerak perubahan dalam masyarakat.
Kurikulum Merdeka memberikan ruang bagi pengembangan keterampilan kritis, kreatif, dan kolaboratif yang diperlukan dalam menghadapi tantangan yang kompleks di era digital ini.(*)
Pesantren sebagai Katalis Peradaban, Catatan dari MQK Internasional I |
![]() |
---|
Paradigma SW: Perspektif Sosiologi Pengetahuan Menyambut Munas IV Hidayatullah |
![]() |
---|
Dari Merdeka ke Peradaban Dunia: Santri Sebagai Benteng Moral Bangsa |
![]() |
---|
Makassar dan Kewajiban untuk Memanusiakan Kota |
![]() |
---|
Ketika Pusat Menguat, Daerah Melemah: Wajah Baru Efisiensi Fiskal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.