Opini
Kurban: Menghapus Batasan Kelas Sosial Melalui Pengorbanan
Salah satu aspek menarik dari tradisi ini adalah potensinya untuk menghapus batasan kelas sosial melalui tindakan pengorbanan.
Oleh: Arisnawawi SSos MSi
Staf Pengajar Sub Direktorat Koordinasi Perkuliahan Bersama di Uiversitas Hasanuddin
Tradisi kurban yang dilakukan oleh umat Islam setiap tahun pada hari raya Idul Adha, memiliki makna yang mendalam dan beragam.
Tidak hanya sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan, kurban juga memiliki dampak sosial yang signifikan.
Salah satu aspek menarik dari tradisi ini adalah potensinya untuk menghapus batasan kelas sosial melalui tindakan pengorbanan.
Kurban yang berasal dari kata Arab "qaraba" yang berarti mendekatkan, adalah praktik penyembelihan hewan yang dilakukan oleh umat Muslim sebagai bentuk pengabdian dan syukur kepada Allah.
Hewan yang dikurbankan biasanya adalah kambing, domba, sapi, atau unta, yang kemudian dagingnya dibagikan kepada mereka yang membutuhkan, termasuk fakir miskin.
Tradisi ini merujuk pada kisah Nabi Ibrahim yang siap mengorbankan putranya, Ismail sebagai wujud kepatuhan kepada perintah Allah SWT, sebelum akhirnya digantikan oleh domba.
Pengorbanan melalui daging hewan bukan sekadar ritual keagamaan, melainkan juga memiliki dimensi sosial yang sangat penting.
Dalam masyarakat yang kerap kali terpecah oleh batas-batas kelas sosial, ritual kurban memiliki potensi untuk menjembatani kesenjangan sosial.
Proses distribusi daging kurban yang merata dan menyeluruh kepada semua lapisan masyarakat menciptakan rasa kebersamaan dan keadilan sosial.
Distribusi daging kurban, seperti yang diamati dalam berbagai penelitian memainkan peran penting dalam memberi manfaat bagi penerima dengan memenuhi kebutuhan gizi mereka, terutama dalam hal asupan protein (Suawa et al. 2022).
Kegiatan seperti ini dapat membantu kekurangan gizi yang sering dikaitkan dengan perbedaan kelas sosial, berkontribusi pada distribusi nutrisi penting yang lebih adil di antara berbagai segmen masyarakat.
Kurban berfungsi sebagai mekanisme redistribusi kekayaan yang mempersempit jurang antara si kaya dan si miskin.
Dalam berbagai penelitian di Indonesia, seperti yang dilakukan oleh Ibrahim et al (2022) menemukan bahwa keluarga yang menerima daging kurban merasa lebih dihargai dan lebih terintegrasi dalam lingkungan sosial mereka.
Pesantren sebagai Katalis Peradaban, Catatan dari MQK Internasional I |
![]() |
---|
Paradigma SW: Perspektif Sosiologi Pengetahuan Menyambut Munas IV Hidayatullah |
![]() |
---|
Dari Merdeka ke Peradaban Dunia: Santri Sebagai Benteng Moral Bangsa |
![]() |
---|
Makassar dan Kewajiban untuk Memanusiakan Kota |
![]() |
---|
Ketika Pusat Menguat, Daerah Melemah: Wajah Baru Efisiensi Fiskal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.