Opini
Menakar Peluang Calon Alternatif Pilkada Gubernur Sulsel
Kurang dari 185 hari Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) akan ditentukan kurang lebih 26.375 TPS.
Ada beberapa catatan hendak penulis sampaikan, yang boleh jadi semacam harapan dari sebahagian besar warga Sulsel.
Salah satu diantaranya adalah masalah pendidikan dan ketersediaan lapangan kerja bagi generasi muda.
Mahalnya biaya pendidikan, khususnya pendidikan tinggi, dan terbatasnya lapangan pekerjaan bisa menjadi poin utama untuk dijadikan program bagi calon yang akan maju.
Menemukan solusi jangka panjang untuk dua poin persoalan ini, menurut hemat penulis akan menjadi tawaran program yang bisa meningkatkan tingkat keterpilihan, atau elektabilitas bagi calon data KPU.
Berdasarkan klasifikasi usia, dari 6.159.375 DPT Sulsel, sejumlah 30,72 persen atau setara dengan 2.049.357 DPT adalah pemilih Millennial, berdasarkan kelahiran 1981-1996).
Bagi kalangan muda, dan para orang tua, beban pendidikan dan ketersediaan lapangan pekerjaan bagi anak-anaknya, menjadi harapan besar untuk diselesaikan.
Para calon sudah mulai bisa memikirkan dan memberikan jalan keluar untuk persoalan ini.
Persoalan lain yang perlu mendapat perhatian yaitu, masalah pertanian.
Mahalnya harga pupuk dan minimnya ketersediaan pupuk bersubsidi dari pemerintah, serta ketidakstabilan harga saat panen, menjadi masalah yang bertahun-tahun tidak pernah ada pemimpin di Sulsel yang bisa menyelesaikannya secara sistematis dan struktural.
Tentu di uar dua persoalan tersebut, masih banyak persoalan menjadi beban sekaligus harapan dari masyarakat Sulsel untuk diselesaikan oleh para calon yang akan mereka pilih pada 27 November 2024 nanti.
Dalam situasi seperti ini, tentu penting untuk seluruh masyarakat Sulsel untuk bisa membaca dan menakar calon yang akan memperjuangkan nasib mereka sebagai warga Sulsel.
Dari sejumlah figur muncul, saya yakin bahwa warga Sulsel sudah memiliki catatan dan pengalaman masing-masing terkait track record dari para bakal calon yang akan ikut berkompetisi di Pilkada Sulsel.
Oleh karena nama-nama beredar, bukanlah orang-orang baru di mata masyarakat, mereka adalah orang-orang yang sudah pernah, paling tidak, mengalami bersama masa kepemimpinan para kandidat, baik sebagai pemimpin eksekutif maupun sebagai anggota legislatif, ataupun pemimpin di organisasi kepolisian dan kemiliteran.
Atau, jika perlu, masyarakat masih cukup punya waktu untuk menawarkan nama-nama alternatif dari sekian nama yang disebutkan diatas.
Tentu secara formal, masyarakat tidak punya wadah untuk menawarkan ke KPU, sebab ini adalah ranah partai politik.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.