Jamaah Haji Tak Boleh Abaikan Vaksin Pneumonia
Penyakit paling sering menyebabkan kematian di kalangan jamaah haji adalah pneumonia, sepsis, syok kardiogenik, infark, dan miokard akut (serangan
TRIBUN-TIMUR.COM - Penyakit paling sering menyebabkan kematian di kalangan jamaah haji adalah pneumonia, sepsis, syok kardiogenik, infark, dan miokard akut (serangan jantung).
Dokter dari Perhimpunan Dokter Haji Indonesia, dr Nevy Shinta Damayanti SpP MARS FISR dalam sebuah talk show bertajuk "Sadar Kesehatan: Pencegahan Risiko Pneumonia Bagi Jemaah Haji dan Umrah", di Malang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu, menyampaikan bahwa pemberian vaksin pneeumonia sangat penting untuk mengurangi risiko kematian akibat penyakit tersebut.
Menurut Nevy, vaksinasi pneumonia berperan penting dalam meningkatkan imunitas calon jemaah haji Indonesia di Tanah Suci.
Dengan vaksinasi, risiko terkena infeksi bakteri, virus, atau jamur yang berbahaya bisa dikurangi secara signifikan, hingga 2.1 sampai 2.2 kali lebih efektif.
Acara yang diselenggarakan Yayasan Haji Muslimat NU dan Yayasan Astana Penanggulangan Bencana serta didukung oleh PT Pfizer Indonesia ini menegaskan bahwa vaksin pneumonia sudah terbukti aman dan efektif oleh BPOM.
Mayoritas jamaah Indonesia berada dalam kelompok berisiko tinggi karena usia mereka yang lanjut dan adanya penyakit komorbid.
Banyaknya jamaah dari berbagai negara serta perubahan iklim menambah pentingnya protokol kesehatan yang ketat untuk memastikan keselamatan jamaah haji dan umrah.
Persiapan yang matang dan penerapan protokol kesehatan menjadi sangat penting, terutama bagi jamaah haji yang masa ibadahnya lebih lama.
Pada tahun 2023, jumlah jamaah umrah di Arab Saudi mencapai 13,55 juta, meningkat 58 persen dari tahun 2019.
Jamaah Indonesia yang melakukan umrah dari Januari hingga Agustus 2023 mencapai 808.301 orang.
Jumlah jamaah haji dari seluruh dunia pada tahun 2023 mencapai 1,8 juta, dengan 221.000 di antaranya berasal dari Indonesia.
Dari jumlah tersebut, 61.536 jamaah berusia di atas 65 tahun.
Laporan dari Kementerian Agama Indonesia menunjukkan bahwa 773 jamaah wafat, dan 562 di antaranya adalah lansia.
Talk show ini dihadiri oleh berbagai perwakilan Panitia Penyelenggara Ibadah Umrah (PPIU), pimpinan pondok pesantren, dan Muslimat Nahdathul Ulama Jawa Timur.
Fokus acara ini adalah pentingnya penerapan protokol kesehatan yang komprehensif, termasuk vaksinasi pneumonia, selama ibadah haji dan umrah.
Selain itu, acara ini menjadi forum diskusi lintas pemangku kepentingan seperti Direktorat Jenderal Penyelenggara Haji Umrah (PHU) Kementerian Agama, Muslimat Nahdatul Ulama (NU), Silaturahmi Haji dan Umrah Indonesia (SAHI), dan Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (PERDOKHI) untuk meningkatkan pengelolaan ibadah haji dan umrah.
Pembina Yayasan Astana Penanggulangan Bencana, Ahmad Syauqi Ma’ruf Amin, menekankan pentingnya menjaga kesehatan umat selama perjalanan ibadah ke Tanah Suci sebagai prioritas utama.
Ia menyatakan bahwa tanggung jawab ini melibatkan berbagai pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan ibadah, termasuk PPIU, PIHK, ustadz, dan calon jamaah itu sendiri.
Yayasan Astana menginisiasi acara ini untuk mendorong penerapan protokol kesehatan yang menyeluruh dari persiapan hingga kepulangan jamaah.
Mohammad As Adul Anam dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur menambahkan bahwa peningkatan jumlah jamaah haji dan umrah memerlukan penyesuaian protokol kesehatan, seperti pemeriksaan kesehatan ketat, pengaturan kuota jamaah, peningkatan infrastruktur, edukasi kepada jamaah, kerjasama antar negara, dan pemantauan berkelanjutan.
Langkah-langkah ini penting untuk memastikan persiapan dan pelaksanaan ibadah haji yang aman dan lancar setiap tahun.
Menurut data Pusat Kesehatan Haji Sekjen Kementerian Kesehatan RI tahun 2019, pneumonia adalah salah satu penyakit pernapasan menular yang paling sering ditemukan di kalangan jamaah Indonesia di Tanah Suci.
Penyakit ini menyebabkan peradangan akut pada jaringan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan virus, membuat penderitanya sulit bernapas. Proses penularan pneumonia sangat cepat, terutama di lingkungan yang ramai dan kurang kondusif.
Secara umum, pneumonia termasuk dalam sepuluh penyebab kematian utama di Indonesia.
Penyintas COVID-19 memiliki risiko lebih tinggi terpapar penyakit ini karena kondisi paru-paru yang tidak lagi prima.
Oleh karena itu, mitigasi protokol kesehatan melalui vaksinasi lengkap, seperti vaksinasi pneumonia, sangat diperlukan.
M Imran Saleh Hamdani dari Pusat Kesehatan Haji menyatakan bahwa jamaah yang berangkat pada tahun 2024 harus menjalani pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu, termasuk asesmen kognitif, mental, dan tes kemandirian untuk lansia.
Ketua Yayasan Haji PP Muslimat NU, Hizbiyah Abdurrachim menyatakan bahwa vaksinasi pneumonia akan memberikan rasa tenang dan fokus bagi jamaah dalam menjalankan ibadah haji atau umrah tanpa kekhawatiran akan risiko infeksi.(*)
Cerita Jamaah Haji Jalan Kaki dari Musdalifah ke Mina Sejauh 3 KM saat Suhu 48 Derajat |
![]() |
---|
Hajjah Asal Wajo Kompak Tampil Glamor hingga Mata Bupati Berkaca-kaca Saat Doakan 2 Jamaah Wafat |
![]() |
---|
Jamaah Haji Polman Wafat di Pesawat 30 Menit Sebelum Mendarat, PPIH: Almarhumah Dapat Asuransi |
![]() |
---|
Tradisi Bugis Sidrap, Hj Dewi Pulang Haji dengan Busana 'Blink-blink' Rp1,5 Juta |
![]() |
---|
Jamaah Haji Gowa OTW ke Makassar Tinggalkan Makkah via Bandara Jeddah Malam Ini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.