Opini
Menakar Agenda SDGs dengan Perspektif Sistematika Wahyu
Kehadiran kami mewakili delegasi Sosiologi Unhas bersama enam rekan dosen lainnya dari Departemen Sosiologi Unhas Prodi S1, S2 dan S3.
Berawal dari Konferensi Stockholm 1972 hingga Laporan Brundtland 1987, yang memperkenalkan konsep "pembangunan berkelanjutan," hingga KTT Bumi di Rio de Janeiro 1992 yang berhasil mengkonstruksi Agenda 21, perjalanan panjag ini menunjukkan evolusi pemikiran global menuju pembangunan yang lebih holistik.
Pada tahun 2000, PBB mengadopsi Deklarasi Milenium yang menetapkan delapan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), yang menjadi dasar acuan bagi SDGs.
SDGs sendiri diadopsi pada tahun 2015, dengan 17 tujuan yang meliputi aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Tujuan-tujuan agenda ini mencakup; menghapus kemiskinan (no poverty), mengakhiri kelaparan (zero hunger), kesehatan yang baik dan kesejahteraan (good health and wellbeing).
Pendidikan bermutu (quality education), kesetaraan gender (gender equality), Akses air bersih dan sanitasi (clean water and sanitation), energi bersih dan terjangkau (affordable and clean energy).
Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi (decent work and economy growth), industri, inovasi dan infrastruktur (industry, innovations, and infrastructure), mengurangi ketimpangan (reduce inequality).
Kota dan komunitas yang berkelanjutan (sustainable cities and communities), konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab (responsible consumption and production).
Penanganan perubahan iklim (climate action), menjaga ekosistem laut (life below water), menjaga ekosistem darat (life on land), perdamaian, keadilan, dan kelembagaan yang kuat (peace, justice, and strong institution), kemitraan untuk mencapai tujuan (partnership for the goals).
Dan kesemua agenda tersebut saling memiliki keterkaitan satu sama lainnya.
Perspektif Sistematika Wahyu Islam sebagai agama ataupun sebagai sebuah sistem sosial, memiliki panduan standar berupa wahyu dan as-sunnah untuk menjadi pegangan dan prinsip sosial yang tak terbatasi ruang dan waktu.
Menjadi basis nilai untuk mengkonstruksi basis keyakinan dan ketahuidan ummat, membimbing setiap muslim untuk memiliki orientasi dan cita-cita hidup yang baik dan benar, menuntun setiap muslim untuk memiliki mental yang kuat untuk berselancar mengarungi arus perubahan zaman.
Basis nilai yang menjadi bekal setiap muslim untuk tandang ke gelanggang kehidupan melakukan pemberdayaan dan pencerahan, sebagai sumber pemberi informasi bagi setiap muslim yang syamil mutakamil.
Dalam mengarungi keseharian hidup yang bukan hanya berorientasi kesinambungan di dunia saja, tetapi sekaligus untuk orientasi kehidupan kekal di akhirat kelak.
Olehnya itu setiap muslim senantiasa dituntut untuk mengelola hati dan pikiran serta memberi kesempatan kepada iman agar menuntunya untuk menyerap nilai-nilai ilahiyah yang termaktub dalam wahyu dan as-sunnah tersebut sehingga menjadi muslim yang banyak bermanfaat bagi sesamanya manusia, menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Sistematika Wahyu (Tartib Nuzuli) adalah pendekatan yang didasarkan pada urutan turunnya wahyu Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad. Pendekatan ini merupakan wujud ijtihad al-Ustadz Abdullah Said rahimahullah pendiri Hidayatullah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.