Opini
Gelorakan Perjuangan Sang Proklamator: Tegakkan Konstitusi
Pastinya bahwa nilai prinsipil tersebut berelasi dengan pemaknaan, Kemanusiaan yang adil dan beradab pada sila kedua Pancasila sebagai fondasinya.
Tentunya dalam perjalanannya mengalami berbagai perkembangan dialektika atau diskursus, dan juga kadang terjadi reduksi ketika menguatnya sentimen labelisasi tertentu.
Inilah kenapa seruan diksi "progresif" sering digaungkan sang Proklamator, agar tafsir dan implementasi Pancasila tidak dicederai oleh propaganda yang hanya bertujuan meraih pragmatisme politik kekuasaan semata.
Bahkan dengan jelas bahwa visi tersebut menjadi prinsip yang kemudian diterjemahkan Bung Karno, sebagai tawaran sampai ke tahap komunikasi politik internasional bangsa Indonesia.
Tema diskursus visi global dalam perkembangan berbagai pemikiran dialektikanya memang menjadi proses yang sangat panjang, dan terus saja menjadi kajian yang tak kunjung selesai, di mana setiap dinamika aliran pemikiran sosiologis dan filsafat Barat hingga Timur, terus saja mengalami perkembangan pemikiran yang sangat kompleks.
Akan tetapi sekompleks apapun tawaran pada setiap analisanya, dapat dipastikan pijakan interpretasi tentang makna pembebasan atau kemerdekaan yang menjadi tuntutan rasionalisasinya, adalah demi tegaknya nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Bung Karno pada berbagai kesempatan menyerukan, untuk menerjemahkan "Pancasila secara progresif", memiliki artifisial sangat fundamental, yang salah satu implikasinya diarahkan pada penguatan kedaulatan eksistensi bangsa kita yang baru saja melepaskan diri dari penjajahan, di mana cita-cita perjuangannya adalah untuk mengaktualisasikan prinsip asas berkeadilan.
Bagaimana perjalanan sejarah telah membuktikan bahwa, pandangan visioner Bung Karno sangat jauh ke depan melampaui masanya, penekanannya yang bersifat prinsipil, selain tentang muatan kebijakan pembangunan di negara kita, hingga arah tujuan peran bangsa Indonesia dalam meletakkan prinsip komunikasi politik-kerjasama hubungan antar negara.
Sehingga tidaklah mengherankan ketika seorang sosiolog atau filsuf sekaliber George Mc Turner Kahin dan Bertrand Russell menyatakan, bahwa Pancasila merupakan karya besar yang sangat monumental Bangsa Indonesia di tengah pandangan filsafat dan ideologi dunia.
Kenyataan antagonisme ketidakadilan global dengan segala bentuk perilaku hegemoni (neokolonialisme) merupakan hal yang harus ditolak dengan tegas.
Dan hari ini bentuk pertarungannya pada ruang "informasi dan bagaimana mengelola atau menganalisa informasi", agar kita tidak menjadi kaki tangan berita propaganda hoaks" blok negara-negara pemangsa", atas apa yang disaksikan dengan kasat mata, bagaimana tindakan rezim politik Zionisme Israel hari ini.
Perlawanan itu tentunya untuk salah satu hal yang sangat mendasar, agar bangsa kita tidak mewariskan paradigma dan mentalitas "jongos" kepada generasi penerus.
Keberpihakan atas perjuangan kemerdekaan bangsa Palestina jangan disimplifikasikan, karena prinsip perjuangan tersebut bukanlah perjuangan yang bermotif sentimen identitas ras atau agama, tapi sejatinya adalah tentang cita-cita menegakkan arti kemanusiaan.
Sebagai bangsa Indonesia yang berdaulat dan secara khusus sebagai putra dan putri ideologis Bung Karno, jangan pernah bergeser sedikitpun dari prinsip garis perjuangan Sang Proklamator atas tuntutan kemerdekaan Bangsa Palestina, kecuali kita berkeinginan mengingkari kewarasan dan nilai-nilai luhur kemanusiaan kita.
Akhirul kalam, mengutip kembali ungkapan ketegasan Sang Proklamator, "Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, maka selama itulah bangsa Indonesia berdiri menantang penjajahan Israel.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.