Opini
Makanan Lezat, Aman dan Berkualitas Dimulai dari Praktik Manufaktur yang Baik
Namun, dibalik setiap sajian yang menggugah selera seringkali kita lupa untuk mengetahui dari mana makanan itu berasal, bagaimana cara produksinya.
Oleh : Dhiya Kesuma Wardani
Mahasiswi Pascasarjana Ilmu Gizi Universitas Hasanuddin
Siapa yang tidak menyukai makanan yang lezat?
Makanan telah menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan sehari-hari.
Namun, dibalik setiap sajian yang menggugah selera seringkali kita lupa untuk mengetahui dari mana makanan itu berasal, bagaimana cara produksinya, dan apakah aman untuk dikonsumsi.
Inilah di mana Good Manufacturing Practice (GMP) atau praktik manufaktur yang baik memainkan peran penting dalam memastikan bahwa makanan yang kita makan tidak hanya lezat, tetapi juga aman dan berkualitas.
GMP disebut sebagai inisiatif terkemuka dalam keamanan pangan, yang dirancang oleh Food and Drug Administration-USA sebagai pedoman kepada produsen makanan, kosmetik, obat-obatan, serta pelaku industri lainnya.
GMP mencakup serangkaian kebijakan, prosedur, dan metode yang menjadi acuan untuk memastikan standar kualitas dan kebersihan yang terpenuhi.
Standar ini memberikan panduan bagi produsen makanan dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan persyaratan khusus, sehingga membantu mencegah penipuan produk dan mengurangi risiko kontaminasi yang dapat membahayakan kesehatan konsumen.
Pada tahun 2020, World Health Organization (WHO) merilis sebuah laporan yang mengungkapkan bahwa 1 dari 10 orang di dunia mengalami sakit setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi atau foodborne illness, yang mengakibatkan kematian sebanyak 420.000 jiwa setiap tahunnya.
Bahkan di Amerika Serikat, diperkirakan terjadi 48 juta kasus yang terkait dengan foodborne illness setiap tahunnya.
Di Indonesia, pada tahun 2018, wabah keracunan makanan menempatkan negara ini di peringkat kedua sebagai bencana non alam yang paling sering terjadi.
Angka kematian yang diakibatkan oleh KLB diare masih sangat tinggi di Indonesia mencapai 4,76 persen, sementara angka CFR (Case Fatality Rate) yang diharapkan seharusnya kurang dari 1 persen (Kemenkes, 2018).
Data dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Makassar menunjukkan bahwa Provinsi Sulawesi Selatan juga mengalami ratusan kasus keracunan makanan selama tahun 2021.
Dari data BPOM Makassar, sebanyak 211 anak mengalami keracunan makanan sepanjang tahun 2021, dan 25 persen di antaranya terjadi pada anak-anak usia 10-19 tahun.
Berdasarkan laporan tahunan dari Pusat Data dan Informasi Obat dan Makanan tahun 2019.
Terdapat beberapa penyebab keracunan makanan yang paling banyak terjadi antara lain pangan olahan rumah tangga tercatat 265 kasus.
Diikuti oleh makanan olahan jasaboga dengan 97 kasus, makanan olahan dari jajanan pedagang kaki lima sebanyak 43 kasus, dan makanan olahan dalam kemasan dengan 25 kasus.
GMP bukanlah sekedar seperangkat aturan yang harus diikuti oleh produsen makanan.
Lebih daripada itu, GMP memiliki komitmen untuk mempertahankan standar tertinggi dalam setiap tahap produksi, mulai dari pemilihan bahan baku hingga tahap pengemasan akhir.
Ini berarti memastikan bahwa pabrik makanan bebas dari kontaminasi, pekerja dilatih dengan baik dalam hal kebersihan dan keamanan, dan proses produksi diawasi secara ketat untuk menjamin kualitas dan keamanan setiap produk.
Meskipun pentingnya GMP telah diakui secara luas, masih terdapat tantangan dalam menerapkannya secara konsisten.
Terutama di negara-negara berkembang, keterbatasan akses terhadap sumber daya dan pelatihan bisa menjadi hambatan dalam menerapkan praktik-praktik GMP yang tepat.
Tantangan yang biasanya dihadapi oleh produsen makanan seperti birokrasi yang kompleks, biaya implementasi yang tinggi, dan kebutuhan akan sumber daya manusia yang terlatih semuanya merupakan hambatan dalam mencapai kepatuhan penuh terhadap GMP.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, organisasi non pemerintah, industri, dan konsumen untuk bekerja sama dalam menyediakan bantuan dan pelatihan yang diperlukan kepada produsen makanan serta memastikan kepatuhan terhadap GMP.
Pemerintah harus menerapkan regulasi yang ketat dan memberikan insentif bagi perusahaan yang mematuhi standar GMP dengan baik.
Industri harus berinvestasi dalam pelatihan dan infrastruktur yang diperlukan untuk memastikan kepatuhan yang konsisten.
Dan konsumen harus lebih sadar akan pentingnya memilih produk dari perusahaan yang dikenal karena praktik manufaktur yang baik.
Makanan adalah hak setiap individu, dan semua orang berhak untuk makanan yang aman dan berkualitas.
Di tengah-tengah persaingan pasar yang ketat dan permintaan konsumen yang semakin tinggi terhadap makanan yang berkualitas, produsen tidak bisa mengabaikan pentingnya mematuhi standar GMP.
Ini adalah investasi jangka panjang dalam reputasi merek dan kepercayaan konsumen, yang pada akhirnya akan membawa manfaat yang jauh lebih besar daripada biaya dan upaya yang dikeluarkan.
Sebagai konsumen yang cerdas, kita memiliki peran penting dalam mendorong praktik manufaktur yang baik dalam industri makanan.
Dengan memilih produk dan mendukung produsen yang memenuhi standar GMP, kita tidak hanya memastikan keselamatan dan kualitas makanan untuk diri kita sendiri, tetapi juga memberikan dorongan kepada produsen lain untuk bisa menerapkan standar GMP.
Di akhir, penting untuk diingat bahwa Good Manufacturing Practice bukanlah tujuan akhir, melainkan proses secara terus-menerus untuk meningkatkan praktik produksi makanan.
Hanya dengan komitmen bersama dari semua pihak terkait, kita dapat memastikan bahwa setiap gigitan makanan yang kita ambil itu aman, berkualitas, dan bermanfaat bagi kesehatan kita.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.