Opini
Bullying di Tengah Masifnya Moderasi Beragama
Moderasi beragama kunci penting kondisi harmonis tanpa diskriminasi menuju visi Indonesia Emas 2045, namun hari ini generasi dalam bayang bullying.
Oleh:
Trisnawaty Spd MPd
Praktisi Pendidikan
TRIBUN-TIMUR.COM - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), “Ada sejumlah laporan kasus kekerasan terhadap anak.
KPAI mencatat 3.887 kasus kekerasan selama tahun 2023, dengan aduanya itu anak korban bullying atau perundungan di satuan pendidikan (tanpa LP), anak korban kebijakan, anak korban pemenuhan hak fasilitas pendidikan,” ujar Aris melalui keterangan tertulis, Kamis(25/1/2024) (Tribunnews.com).
Bullying atau perundungan terus terjadi dan mengancam generasi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) khawatir maraknya kasus bullying, terutama terjadi di sekolah.
Hal ini disampaikan pada saat membuka Kongres ke-23 PGRI di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu (2/3/2024).
"Kasus bullying sampai memakan korban” Kata Jokowi (Tribunnews.com, 2/3/2024).
Tidak hanya di Sekolah, perundungan juga terjadi di Pondok Pesantren (Ponpes), ST (15) seorang santri mengalami luka bakar di dada bagian kiri usai disetrika oleh AF (19) selaku kakak tingkatnya di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang.
Mengancam Generasi Penerus Bangsa
Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dan Menteri Pemuda dan Olahraga Ario Bimo Nandito Ariotedjo berdialog lintas generasi dalam menghimpun aspirasi strategi mewujudkan Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Rabu (10/1).
“Saya perlu menegaskan pentingnya mukadimah pembukaan UUD 1945 memuat visi abadi NKRI. Indonesia dapat terus tumbuh dan berkembang muasalnya dari visi, tanpa punya visi, cita-cita negara, tak ada negara,” jelas Menteri Suharso dalam Bincang Lintas Generasi Menuju Indonesia Emas.
Selain itu, Pemerintah mencanangkan visi Indonesia Emas 2045.
Menuju pencapaian cita-cita , persatuan bangsa berlandaskan kerukunan umat merupakan prasyarat mutlak.
“Di sinilah moderasi beragama sebagai kunci memastikan seluruh program dan rencana kerja bisa diimplementasikan secara maksimal,” ujar Wapres K.H. Ma’ruf Amin dalam kuliah umum “Quo Vadis Moderasi Beragama dalam Bingkai Merawat Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Peradaban Dunia” di Universitas Islam Malang (Unisma), Jumat (19-1-2024).
Wapres menambahkan, moderasi beragama sebagai kunci penting untuk menciptakan kondisi harmonis tanpa diskriminasi menuju visi Indonesia Emas 2045.
Untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 dengan mempersiapkan para generasi muda Indonesia berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing tinggi.
Namun, hari ini generasi dalam bayang-bayang bullying.
“Pengawasan KPAI menunjukkan kasus kekerasan pada anak, pada satuan pendidikan diibaratkan seperti fenomena ‘gunung es’, satu kasus nampak, yang lain belum terungkap, satu kasus tertangani, banyak terabaikan, Pengawasan KPAI menunjukkan perundungan berakibat fatal, baik luka fisik permanen, trauma psikis, bahkan penyebab kematian pada 20 kasus," ungkap Aris (Tribunnews, 25/01/2024).
Dari fenomena ini bukankah seharusnya Pemerintah fokus pada persoalan yang menimpa generasi?
Islam Mencegah Bullying
Maraknya bullying saat ini disebabkan kondisi yang serba bebas.
Anak merasa bebas melakukan sesukanya, tanpa ada rasa khawatir terhadap dosa, bebas mengakses apa saja tanpa selektif dari sisi baik buruknya.
Maka, harus ada solusi. Solusi itu adalah sistem Islam. Islam mewajibkan orang tua mendidik anaknya agar memiliki ketaqwaan.
Tidak melakukan perbuatan yang merugikan orang lain termasuk bentuk kekerasan apapun.
Selain itu, sistem ekonomi Islam akan mewujudkan kesejahteraan sehingga meringankan beban orang tua.
Para orang tua akan menjalankan tugasnya sebagai guru pertama dan utama bagi anak dengan pengasuhan optimal.
Tidak ada anak yang kehilangan kasih sayang dari orang tua dengan alasan sibuk bekerja.
Bagi orang tua, anak adalah amanah atau titipan yang akan dipertanggunjawabkan.
Wajibnya sistem sanksi dalam Islam. sanksi efek jera bagi Pelaku kekerasan sesuai dengan kejahatan yang dia lakukan.
Dan sistem pendidikan berlandaskan akidah Islam sesuai syariat Islam akan mewujudkan peserta didik (generasi) berkepribadian Islam.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.