Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Besok Hari Kabisat 29 Februari 2024, Ini Sejarah dan Penyebab Tahun Kabisat Terjadi 4 Tahun Sekali

hari kabisat yaitu hari ekstra yang ditambahkan pada akhir bulan Februari pada setiap 4 tahun sekali.

Editor: Ina Maharani
int
29 Februari tahun kabisat 

NASA melakukan perhitungan ini dengan menghapus enam jam, atau seperempat hari, dari tahun-tahun seperti 2017, 2018, dan 2019. Pada tahun 2020, NASA melakukan penyesuaian ini, itulah sebabnya tahun kabisat terjadi pada tahun tersebut.

Tahun kabisat dihitung berdasarkan rumus di atas, sehingga dapat dipastikan bahwa setiap empat tahun, secara otomatis akan ada tahun kabisat, dengan jumlah hari dalam satu tahun menjadi 366.

Tahun kabisat menjadi penting karena pada tahun itu, kalender Masehi selaras dengan tahun matahari. Tahun matahari adalah waktu yang dibutuhkan oleh bumi untuk menyelesaikan satu putaran mengelilingi matahari.

Misalnya, jika tidak ada tahun kabisat, waktu yang hilang dapat menyebabkan pergeseran dari musim panas ke musim dingin. Jika ini terus berlanjut, beberapa ratus tahun kemudian, bulan Juli dapat berubah menjadi bulan musim dingin. Selain bumi, planet lain dalam tata surya juga memiliki tahun kabisat karena mereka mengelilingi matahari dan berotasi pada porosnya sendiri dengan tidak sempurna.

Fenomena ini berlaku untuk hampir semua planet dalam tata surya.

Sejarah Tahun Kabisat

Tahun kabisat pertama kali diusulkan oleh seorang ahli astronomi bernama Sosigenes Alexandria, pada masa pemerintahan Julius Caesar. Sosigenes mengamati bahwa bumi memerlukan waktu 365 hari, 5 jam, 48 menit, dan 5 detik untuk mengelilingi matahari dalam orbitnya, untuk memudahkan perhitungan kalender.

Sebelum konsep tahun kabisat dikenal, masyarakat zaman dahulu mengandalkan bulan kabisat, sementara ahli sejarah masih mempertanyakan bagaimana bangsa Romawi menjaga sistem kalendernya. Bangsa Romawi tidak sepenuhnya yakin dengan sistem penanggalan mereka; kalender Romawi sebelumnya terdiri dari 11 bulan, ditambah dengan periode musim dingin.

Variabilitas durasi musim dingin ini menyebabkan kalender Romawi sulit dipertahankan, sehingga bangsa Romawi memutuskan untuk menambahkan bulan Januari dan Februari untuk mengatasinya. Bulan kabisat, yang juga dikenal sebagai Macedonius, diperkenalkan oleh Romawi untuk membedakan sistem penanggalan dengan peredaran matahari.

Macedonius tidak diatur sebagai bulan tambahan, tetapi diselipkan antara bulan Februari, karena kaitannya dengan siklus bulan. Namun, sistem ini menyebabkan kebingungan, dan pada akhirnya, pada zaman Julius Caesar, kalender Romawi tidak lagi selaras dengan siklus matahari. Sejarah mencatat bahwa hanya sekitar lima juta orang di seluruh dunia yang lahir pada tanggal 29 Februari.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved