Opini
Isra Miraj dan Pemilu: Perjalanan Politik Spiritual Nabi Muhammad SAW
Namun, dalam konteks kekinian yang juga beriringan dengan momentum tahun politik masih luput dari radar mereka.
Banyak orang yang, setelah mendapatkan kekuasaan atau mandat, justru terjebak pada pola perilaku yang sama.
Ketiga, perjalanan hidup setiap individu tidak pernah lepas dari campur tangan orang lain.
Ini mengajarkan bahwa ketika seseorang telah menerima tanggung jawab atau mandat, mereka tidak dapat berhasil sendiri tanpa bantuan dan kerja sama dengan orang lain di sekitarnya.
Ini menunjukkan pentingnya kerja sama dan ketergantungan pada sesama dalam menjalankan tanggung jawab dengan baik, dari awal hingga akhir masa jabatan.
Dengan memahami pelajaran-pelajaran ini dari perjalanan spiritual Nabi Muhammad, kita dapat menggali wawasan yang berharga tentang kebersihan hati dan niat yang suci sebelum mengambil tanggung jawab besar.
Pentingnya memperhatikan pelajaran dari lingkungan sekitar, dan perlunya kerja sama dan dukungan dari orang lain dalam menjalankan tanggung jawab dengan baik.
Politik Spiritual Nabi
Banyak orang melihat politik sebagai sarana untuk mencapai kekuasaan, meskipun tidak salah, sebenarnya politik memiliki tujuan yang lebih luhur.
Namun, akibat kekosongan spiritual yang terjadi, kita menyaksikan bahwa politik yang berkembang cenderung kehilangan orientasi dan tujuan yang jelas.
Ini menyebabkan politik menjadi sekadar tentang perebutan kekuasaan, tidak lagi mementingkan kepentingan rakyat.
Oleh karena itu, sangat penting bagi politik di Indonesia untuk kembali kepada esensi filosofisnya, yang seharusnya bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kontradiksi antara spiritualisme dan politik sering terjadi dalam konteks makna dan hubungannya dalam kehidupan sosial serta ketatanegaraan.
Istilah spiritualisme sering dihubungkan dengan segala sesuatu yang bersifat rohani, seperti kepercayaan kepada Tuhan, agama, dan hal-hal yang berada di luar dimensi keduniawian.
Di sisi lain, politik sering dipandang sebagai urusan kekuasaan dan urusan dunia yang bersifat material.
Namun, dalam realitasnya, kedua konsep ini tidak selalu terpisah secara tegas.