Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Cek Fakta

Cek Fakta: Benarkah Bansos Pangan Jokowi Jelang Pemilu Bikin Beras Mahal dan Langka?

Beras langka dan mahal jadi perbincangan. Muncul isu beras langka dan mahal disebabkan bansos pangan Jokowi jelang Pemilu 2024. Benarkah?

Editor: Sakinah Sudin
KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyalurkan bantuan sosial (bansos) ribuan ton beras di Gudang Bulog, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Senin (10/4/2023). 

TRIBUN-TIMUR.COM - Inilah Tribun Cek Fakta hari ini.

Cek Fakta bantuan sosial (bansos) pangan Jokowi bikin beras langka dan mahal?

Beberapa hari terakhir, beras langka dan mahal jadi perbincangan di masyarakat.

Muncul isu beras langka dan mahal disebabkan bansos pangan Jokowi jelang Pemilu 2024.

Lantas benarkah demikian? Berikut hasil penelusuran Tribun Timur!

Pemerintah Bantah Bansos Pangan Sebabkan Beras Langka dan Mahal

Dilansir dari Kompas.com, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menampik anggapan, bansos pangan beras yang dibagikan oleh Presiden Joko Widodo menjadi penyebab beras langka dan mahal.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, dan Persidangan Haryo Limanseto mengatakan, bansos yang diberikan pemerintah justru merupakan upaya untuk melindungi masyarakat dari dampak gangguan pasokan beras saat ini.

"Gara-gara bantuan pangan beras langka? Oh enggak kan, itu merupakan bagian dari itu untuk mengatasi pasokan pangan," ujar dia, kepada Kompas.com, Selasa (13/2/2024).

Haryo menjelaskan, pemerintah memiliki cadangan beras yang berbeda untuk bansos pangan dengan cadangan beras terkait stabilisasi pasar.

Keberadaan beras untuk bansos pangan yang berasal dari stok cadangan beras pemerintah (CBP) juga sudah diatur oleh ketentuan berlaku, yakni Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2022 tentag Pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah.

"Jadi bansos pangan juga bagian dari upaya menstabilkan harga," kata Haryo.

Adapun penyebab beras langka dan mahal disebabkan oleh musim tanam dan panen yang mundur, sehingga pasokan beras terganggu dan harganya turut terkerek.

"Jadi kenaikan harga beras sejauh informasi yang saya terima itu dipengaruhi oleh mundurnya musim tanam," tutur Haryo.

Ia menyebutkan, pada periode Januari hingga Maret 2024 produksi beras diproyeksi mencapai sekitar 5,8 juta ton, turun 37 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved