Pilpres 2024
Anies Diramal Jadi Presiden Usai Terima Tongkat Pangeran Diponegoro, Sebabkan Kemarahan Jokowi ?
Anies Baswedan menceritakan bagaimana dirinya bisa menerima Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro dalam acara di sebuah stasiun televisi swasta.
Melalui program Kick Andy Metro TV, Anies Baswedan menjelaskan perwakilan Kedutaan Belanda menemui dirinya dan mengabarkan terkait rencana pengembalian tongkat tersebut. Kemudian, Anies Baswedan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menggelar kegiatan pengembalian tongkat
Presiden Jokowi dijadwalkan hadir dalam upacara pengembalian. Namun saat bersamaan, Jokowi ternyata memiliki agenda kenegaraan di luar negeri.
"Sehari atau dua hari sebelumnya, Presiden ternyata ada acara ke Filipina, sehingga kegiatan yang semula harusnya dihadiri oleh Presiden menjadi diwakilkan kepada kepada Mendikbud. Jadi saya mewakili Presiden menerima Cakra," kata Anies Baswedan dalam Program Kick Andy Metro TV seperti dikutip Medcom.id, Rabu, 21 Juni 2023.
Anies Baswedan membantah dirinya menelikung Presiden Jokowi untuk menerima cakra atau tongkat tersebut. Ia menerima langsung pengembalian ini karena Jokowi tidak hadir dan ditunjuk sebagai perwakilan karena dianggap menteri yang relevan dengan bidang terkait kebudayaan.
Sebelumnya, isu ini ramai dibahas di media sosial. Konon orang yang menerima dan memegang tongkat komando Pangeran Diponegoro akan menjadi pemimpin besar.
"Konon, peristiwa penyerahan tongkat komando CAKRA Pangeran Diponegoro ini yang membuat salah satu alasan Presiden Jokowi me-reshuffle Anies Baswedan dari jabatan Mendikbud. Konon, peristiwa ini menjadi persoalan besar," tulis akun twitter @sulist_cr3w__, Selasa, 20 Juni 2023.
Kisah Tongkat Cakra Pangeran Diponegoro
Ahli sejarah Diponegoro asal Inggris, Peter Carey pada acara pameran seni rupa ”Aku Diponegoro” di Galeri Nasional Indonesia Jakarta, Kamis (5/2/2015) silam mengungkap bila penyerahan tongkat Pangeran Diponegoro tersebut memang dirahasiakan.
”Penyerahan (tongkat itu ke Indonesia) dirahasiakan sesuai permintaan keluarga yang menyimpan pusaka tongkat Diponegoro tersebut di Belanda,” kata Peter Carey dilansir dari Kompas.com.
Menurut Peter Carey, tongkat tersebut diperoleh Pangeran Diponegoro dari warga pada sekitar tahun 1815.
Tongkat itu lantas digunakan semasa menjalani ziarah di daerah Jawa selatan, terutama di Yogyakarta.
Itu terjadi sebelum Diponegoro mengobarkan perang terhadap Hindia Belanda pada 1825-1830.
Selama 181 tahun tongkat tersebut sebelumnya disimpan salah satu keluarga keturunan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jean Chretien Baud (1833-1834).
Kemudian Michiel Baud mewakili keluarga besar keturunan JC Baud menyerahkan pusaka tongkat ziarah Diponegoro kepada pemerintah Indonesia.
JC Baud menerima tongkat ziarah Diponegoro, yang juga disebut tongkat Kanjeng Kiai Tjokro, dari Pangeran Adipati Notoprojo.
Notoprojo adalah cucu komandan perempuan pasukan Diponegoro, Nyi Ageng Serang.
Notoprojo dikenal sebagai sekutu politik bagi Hindia Belanda.
Ia pula yang membujuk salah satu panglima pasukan Diponegoro, Ali Basah Sentot Prawirodirjo, untuk menyerahkan diri kepada pasukan Hindia Belanda pada 16 Oktober 1829.
Tongkat Kanjeng Kiai Tjokro dipersembahkan Notoprojo kepada JC Baud saat inspeksi pertama di Jawa Tengah pada musim kemarau tahun 1834.
Kemungkinan Notoprojo berusaha mengambil hati penguasa kolonial Hindia Belanda.
Sejak 1834, Baud dan keturunannya di Belanda merawat tongkat ziarah Diponegoro itu hingga akhirnya dipulangkan ke Indonesia pada Kamis (5/2/2015).
Berdasarkan penelusuran Peter Carey, Tongkat Kanjeng Kiai Tjokro menjadi artefak spiritual sangat penting bagi Diponegoro, terutama dari simbol cakra di ujung atas tongkat sepanjang 153 sentimeter itu.
Berdasarkan mitologi Jawa, cakra sering digambarkan digenggam Dewa Wisnu pada inkarnasinya yang ketujuh sebagai penguasa dunia.
”Sesuai mitologi Jawa, tongkat tersebut dikaitkan dengan kedatangan Sang Ratu Adil atau Erucakra,” kata Peter.
Diponegoro kemudian menganggap perjuangannya sebagai perang suci untuk mengembalikan tatanan moral ilahi demi terjaminnya kesejahteraan rakyat Jawa.
Perang juga dianggap sebagai pemulihan keseimbangan masyarakat.
”Panji pertempuran Diponegoro menggunakan simbol cakra dengan panah yang menyilang,” kata Peter.(*)
Mahfud MD: Saya Lebih Baik dari Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming |
![]() |
---|
Cak Imin Nilai Wacana Pembentukan Presidential Club Positif |
![]() |
---|
Alasan Surya Paloh Tinggalkan Anies Baswedan Usai Kalah di Pilpres, Kini Dukung Prabowo-Gibran |
![]() |
---|
PBB Takut Yusril Ihza Mahendra tak Jadi Menteri? NasDem-PKB Dukung Prabowo |
![]() |
---|
Prabowo-Gibran tidak Mundur Hingga Dilantik Jadi Presiden-Wapres |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.