Opini
Pada Akhirnya Situs itu Dilenyapkan
SEKELOMPOK anak muda, menamakan diri mereka Aliansi Peduli Budaya, melayangkan protes di media sosial.
Tapi itu, hanya dapat dijumpai di arsip foto.
Begini kira-kira ringkasnya:
Pada 26 September 2023, jelang sore, serangkaian foto bangunan controller yang terlihat sudah telanjang, tanpa atap, tersebar.
Menyisakan beberapa tembok dinding dan beberapa orang pekerja masih terlihat di sekitar reruntuhan.
“Kita sedang menyaksikan penghancuran perjalanan sejarah kota ini. Tidak dengan pelan, tapi dengan beringas.”
Saya suka kata beringas. Kata itu, menunjukkan kelakuan diluar kontrol.
Sebab dilakukan instansi yang seharusnya mengetahui fungsi sebuah situs.
Dimana kisah bangunan telah membentang panjang, dari controller, kemudian menjadi kantor Kepala Pemerintahan Negeri (KPN).
Selanjutnya difungsikan sebagai Rumah Sakit Umum, sekaligus sebagai tempat layanan kesehatan pertama di Maros.
Lalu menjadi Kantor Pendidikan dan Kebudayaan (P&K), kantor Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (Bappedalda), Sekretariat Kwarcab Paramuka, dan terakhir menjadi sekretariat bersama SAR.
Pengambil alihan bangunan ditetapkan dalam lelang proyek senilai Rp1,4 miliar melalui Dana Alokasi Umum.
Eksekutornya adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang, Perhubungan dan Pertanahan (DPUTRPP) Maros.
Pembongkarannya, untuk kantor sekretariat Badan Pengelola Geopark Maros-Pangkep.
Ini adalah badan pekerja yang seharusnya bekerja dengan agung, untuk menjaga kekayaan alam dalam bentangan karst Maros-Pangkep.
Apalagi pada Mei 2023, Geopark ditetapkan menjadi bagian dari UNESCO.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.