Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Nur Hidayah Guru Besar UIN

Cerita Perjalanan Karier dan Pentingnya Jadi Guru Besar bagi Prof Nur Hidayah

Perjalanan panjang selama 10 tahun menuju guru besar memberikan Nur Hidayah banyak pelajaran dan pengalaman berharga.

TRIBUN-TIMUR.COM/SAYYID ZULFADLI
Pengukuhan Nur Hidayah sebagai Guru Besar dalam bidang Manajemen Ilmu Keperawatan pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Alauddin Makassar, Rabu (8/11/2023). Nur Hidayah dikukuhkan Rektor Prof Hamdan Juhannis. 

Ia menyadari, guru besar adalah jabatan fungsional tertinggi dan menjadi impian bagi seorang yang memiliki profesi dosen.

Untuk menjadi guru besar, tentunya, seorang dosen minimal memiliki ijazah S3 (Doktor) dan karya ilmiah terpublikasi di jurnal bereputasi yang menjadi syarat utama. 

Calon guru besar juga memiliki pengalaman dalam Tridharma perguruan tinggi (pendidikan, penelitian dan pengabdian) serta memenuhi syarat khusus seperti pernah mendapatkan hibah minimal Rp100 juta, menjadi promotor dan co-promotor.

Menjadi pembimbing dalam Tridharma Perguruan Tinggi, juga harus menjadi motor penggerak perguruan tinggi yang menjadi salah satu indikator penting penentuan akreditasi universitas untuk menjadi unggul. 

Baginya, seorang guru besar dituntut mengambil peran terutama dalam menghasilkan karya-karya ilmiah dan solusi terhadap berbagai masalah sosial yang terjadi dalam dinamika kehidupan umat manusia dan bangsa Indonesia pada khususnya. 

Dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, guru besar memiliki peran strategis dalam meningkatkan mutu sumber daya tenaga pendidik dan sistem pendidikan yang berfokus pada inovasi, logika dan filosofi berfikir bijak, dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. 

Lebih lanjut, bagi Yaya, keberadaan guru besar sebagai pemegang otoritas akademik tertinggi memegang peranan penting dalam kemajuan universitas/perguruan tinggi. 

Tugasnya tidak hanya mengajar, meneliti, dan pengabdian dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga diharapkan mampu menciptakan ide dan pemikiran baru yang menjawab kebutuhan umat manusia 
yang saat ini hidup di era penuh ketidakpastian dan kecepatan yang melampaui waktu.

Kata dia, mutu perguruan tinggi yang dievaluasi melalui akreditasi tidak  hanya melihat dari fasilitas, inovasi, prestasi, kurikulum, tridarma perguruan tinggi tetapi juga melihat kuantitas dan kualitas guru besar yang dimiliki. 

"Oleh karena itu, guru besar menjadi komponen penting yang mampu mendongkrak reputasi perguruan tinggi secara nasional dan internasional," katanya.

Yaya berharap guru besar mampu memberikan semangat baru, nyawa, dan pelita sivitas akademika yang dapat membantu percepatan transformasi pendidikan tinggi yang terekognisi secara global.

Pentingnya keberadaan guru besar pada hakikatnya bagaimana mengajak komunitas akademik atau komunitas ilmu untuk menggali, mengembangkan, menyebarluaskan kebenaran ilmiah yang diharapkan dapat mengatasi berbagai masalah sosial dan meningkatkan kesejahteraan dan harkat martabat kemanusiaan. 

"Kita membutuhkan Guru besar dalam berbagai aktivitas penelitian, pengabdian, diskusi ilmiah atau debat terkait isu strategis dan global dengan menggunakan berbagai pendekatan ilmiah," jelasnya.

Mengingat lanjutnya, penting dan besarnya peran guru besar dalam kemajuan bangsa ini.

Yaya berharap komunitas akademik dan komunitas ilmu menemukan tempat yang nyaman untuk produktif 
manapaki jenjang jabatan fungsional hingga dapat meraih guru besar dan memiliki semangat melahirkan generasi-generasi yang akan meneruskan dan mengembangkan keilmuan.(*)

Laporan Wartawan TribunGowa.com, Sayyid Zulfadli

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved