Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Nur Hidayah Guru Besar UIN

Alissa Wahid: Jaringan GUSDURian Tak Berpolitik

Putri sulung Presiden ke-4 RI ini menyebut, akhir-akhir ini nama GUSDURian sering diasosiasikan dengan capres tertentu.

Editor: Fahrizal Syam
Youtube OFFICIAL UIN ALAUDDIN
Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid saat menghadiri pengukuhan Guru Besar Prof Dr Hj Nur Hidayah S Kep Ns M Kes, di Kampus dua Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Romangpolong, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Rabu (8/11/2023). 

Laporan Mahasiswa PPL UINAM, Zainal/Andi Mulkhairi

TRIBUN-TIMUR.COM, GOWA - Direktur Jaringan GUSDURian Indonesia, Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid, menegaskan mereka tidak berkecimpung dalam politik praktis.

“Kami tidak berpolitik praktis,” ujar Alissa dalam testimoninya, saat menghadiri pengukuhan Guru Besar Prof Dr Hj Nur Hidayah S Kep Ns M Kes, di Kampus dua Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM), Romangpolong, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Rabu (8/11/2023).

Putri sulung Presiden ke-4 RI ini menyebut, akhir-akhir ini nama GUSDURian sering diasosiasikan dengan capres tertentu.

"Jaringan GUSDURian tetap memilih menjauh dari politik praktis, karena kalau di GUSDURian politiknya politik ruwet bukan politik praktis," kata Alissa.

Sikap Alissa Wahid tentu berbeda dengan saudaranya, Yenny Wahid.

Baca juga: BREAKING NEWS: Nur Hidayah Dikukuhkan Jadi Guru Besar UIN Alauddin Makassar

Yenny diketahui menjadi Dewan Penasihat Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Pilpres 2024.

Alisa menjelaskan, Jaringan GUSDURian berbeda dengan pecinta Gus Dur.

Jaringan GUSDURian berarti orang-orang yang ingin meneladani nilai, pemikiran, perjuangan Gus Dur dalam konteks hari ini.

“Jaringan GUSDURian lebih fokus pada pendampingan masyarakat dan gerakan perdamaian,” ujarnya.

Selain politik, di depan ratusan tamu pengukuhan, Alissa juga menceritakan berbagai hal, termasuk kenangan sang ayah, Abdurrahman Wahid.

Baca juga: Profil Prof Nur Hidayah, Usia 42 Tahun Jadi Guru Besar Pertama FKIK UIN Alauddin Makassar

Menurutnya, rasa malas merupakan pengaruh besar dalam menempuh pendidikan, termasuk bagi dirinya sendiri.

Ia menyebut, sifat “kemalasan” diturunkan oleh sang ayah kepadanya.

"Saya dulu tidak rajin kuliah, tidak tahan kuliah S2 dan keluar dengan alasan harus menemani ayahanda di istana," ungkapnya.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved