Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Kota, Suhu Panas dan Ketimpangan Sosial

DALAM beberapa dekade terakhir, ada ratusan kota di dunia laksana terpanggang oleh sengatan panas (beat stroke).

DOK PRIBADI
Anis Kurniawan, Mahasiswa S3 Environmental Science UH, Ketua Dewan Pengawas Meranti Indonesia. 

Beberapa dekade terakhir, penduduk dunia terus bergerak mengepung kota. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa dua pertiga penduduk dunia akan hidup di kota-kota di tahun 2050 mendatang.

Prediksi ini berpotensi bergerak lebih cepat.

Kota-kota di dunia seolah tiada henti menghadirkan fatamorgana dan ilusi kesejahteraan. Orang-orang datang dari segala penjuru menyesaki kota sebagai visi masa depan dan demi impian menjadi manusia mutakhir.

Pada ruang kota yang disesaki jutaan orang itu, suhu panas terus meningkat.

Selain karena pergerakan manusia berebut sumber daya dan menggunakan energi untuk hidup—kota kini disulap dengan infrastruktur super canggih yang melulu berbau bangunan fisik.

Mulai dari sarana transportasi publik, fasilitas hiburan, pusat kuliner dan kawasan pemukiman untuk menampung populasi manusia yang meroket berlipat ganda.

Kota terus dibanjiri manusia, meski bola panas melingkupinya.

David Wallace mencatat bahwa ada sekira 354 kota besar di dunia saat ini dengan suhu musim panas maksimum rerata 35 derajat Celcius bahkan beberapa lebih tinggi.

Diprediksi, pada 2050 mendatang, akan bertambah jumlahnya mendekati angka 1.000 (seribu) kota di dunia dengan sengat suhu panas memanggang.

Kota-kota akan menjelma layaknya mesin oven kue yang membuat otak manusia mendidih. Bakal ada sekira 1 miliar orang berisiko kena stres akibat panas.

Juga ancaman kematian hingga ratusan ribu jiwa akibat efek langsung panas tak terhindarkan.

Demikian David Wallace menggambarkan situasi terburuknya perihal kenaikan suhu bumi saat ini dan tahun-tahun mendatang.

Ilmuan iklim Friederike Otto dari Institut Perubahan Iklim dan Lingkungan Grantham di Imperial College London Inggris menyebut era ini sebagai tonggak sejarah yang tak layak dirayakan.

Ia bahkan menyebut situasi ini sebagai hukuman mati bagi manusia dan ekosistem.

Selain sebagai tahun terpanas, 2023 juga tercatat menempati rekor baru meningkatnya emisi karbon dioksida dan gas rumah kaca plus EL Nino yang mendorong suhu ke catatan terburuk sepanjang masa.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved