Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

'Sumpah', Pemuda itu Pancasilanya di Hati Jabatan Urusan Nanti

Produk hasil perjuangannya berupa perabot politik bernama kursi yang selalu nyaman diduduki selama 5 tahun.

Editor: Saldy Irawan
DOK PRIBADI
Anshar Aminullah 

Bagian luar yang asli Indonesianya hanya terlihat di fisik, namun bagian dalamnya telah merasuk dan berpadu Korean style dan gaya yang kebarat-baratan.

Ini semacam ketakjujuran indentitas generasi kita pada dunia nyata. 

Bukankah ketidakjujuran itu adalah suatu bentuk kesadaran palsu, yang di dalamnya terjadi dialektika antara diri yang tersosialisasi dengan diri dalam realitas. Dan itu tidak dipahami oleh kesadaran asli.

Di sisi lain, fenomena pada ranah politik di negeri tempat Sumpah Pemuda itu dikumandangkan. Tak sedikit keputusan politik harus dibuat atas dasar pengetahuan yang kurang memadai (postulat ketidak tahuan).

Di mana hal ini akan berpotensi mendorong para elit untuk sangat berhati-hati atas pilihan-pilihan kebijakan politik tapi justru menuntut biaya-biaya manusiawi yang cukup tinggi. 

Kita tentu tidak sepenuhnya mau, jika kebijakan-kebijakan politik khususnya yang berdampak pada  perubahan sosial itu diambil oleh klik-klik politisi dan cendikiawan yang menyatakan memiliki keunggulan wawasan namun penuh hasrat masuk dalam lingkaran kekuasaan. 

Dan kita tidak juga mau ketika para generasi muda kita terjebak dalam "Kecongkakan Epistimologis", dimana mereka menjadi keras kepala menolak penyelamatan yang ditawarkan dengan penuh kebijakan pada mereka. Dan kita yang menawarkan agar para pemuda ini kembali "on the track" untuk kebaikan bangsa, ternyata hanya bisa linglung dan berkata "mengapa hati mereka menjadi sebuta itu?".

Dan kondisi menjadi tambah ironis, tatkala generasi muda kita ini justru merasa tawaran penyelamatan tersebut sebagai sebuah penghinaan moral tepat di saat mereka dalam waktu bersamaan hanya menempatkan Tuhan terlibat sebatas dalam ucapan di bibir namun tidak bersaran di hati. 

Padahal dalam pendekatan dasarnya, di saat para anak muda kita saat ini sedang tak mengerti apa yang baik bagi mereka, justru itu bisa menjadi kunci dari upaya peningkatan kesadaran apapun bagi warna pilihan politik mereka saat ini. Mereka juga harus kita sadarkan bahwa nilai-nilai Pancasila itu harus tetap tertanam mendalam dalam jiwa mereka.

Hasrat untuk menjadi pejabat dan penguasa sebaiknya mereka tahan dulu. Mereka harus berbenah dengan memantangkan diri dan memurnikan niat, urusan jabatan itu belakangan.

Kesadaran ini harus intens kita gugah bagi siapapun yang punya hak politik di bangsa ini. Memang, tidak ada orang yang lebih sadar dari orang lain. Setiap orang sadar akan hal-hal yang berbeda.

Karena tidak ada seorang individu bergerak dari kesadaran magis menuju kesadaran naif hingga sampai pada kesadaran kritis. Kecuali kalau ada seseorang menyadarkan kembali para anak muda kita ini dengan 'memukul' kepalanya. Berani??

Dirgahayu 95 Tahun Sumpah Pemuda!

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved