Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Menyambung Nasib Bangsa di Ujung Jari Anak Muda

Sederet alasan dapat dikemukakan untuk menjawab mengapa anak muda gagal menjadi aktor penentu. Kecuali segelintir yang diwarisi legasi.

Editor: Ari Maryadi
Istimewa
Tamsil Linrung Wakil Ketua MPR RI terpilih dan Senator DPD RI 

Kenyataan-kenyataan aktual itu mestinya menjadi panggilan bagi generasi muda untuk mengambil keputusan ikut barpartisipasi dalam politik. Khususnya mengambil peran dalam mendorong lahirnya anggota parlemen yang berkualitas.

Baik terjun langsung sebagai caleg, maupun menjadi tim sukses untuk caleg yang kita kenal reputasi dan rekam jejaknya dan dinilai layak dititipi amanah pada pemilu yang akan datang.

Cukuplah peringatan dari Bertolt Brecht, seorang penyair Jerman, yang juga dramawan berikut ini sebagai tamparan untuk mengakhir apatisme politik di kalangan anak muda.

“Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, rusaknya perusahaan nasional dan multinasional yang menguras kekayaan negeri.”

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved