33 Kuda Ramaikan Tradisi Sayyang Pattudu di Lero, Ditunggangi Anak yang Telah Khatam Alquran
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Tradisi Sayyang Pattudu atau kuda menari digelar meriah Lapangan Sepak Bola Desa Lero, Pinrang.
Penulis: Nining Angraeni | Editor: Sukmawati Ibrahim
TRIBUN-TIMUR.COM, PINRANG - Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan tradisi Sayyang Pattudu atau kuda menari digelar meriah Lapangan Sepak Bola Desa Lero, Jalan Pendidikan, Dusun Adolang, Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, Senin (16/10/2023).
Sebanyak 33 kuda berpartisipasi dalam tradisi Sayyang Pattudu.
Tiap kuda ditunggangi satu hingga dua orang anak atau remaja yang telah khatam Alquran.
Anak-anak hingga remaja yang sudah khatam Alquran itu tampak mengenakan baju adat dengan riasan di wajah dan kepala.
Satu per satu kuda memasuki lapangan diiringi musik kasidah ataupun patrol.
Ketika pengiring mulai memainkan musik, para kuda juga akan menari mengikuti irama.
Tradisi Sayyang Pattudu ini dilepas langsung Sekda Pinrang Andi Calo Kerrang.
Para kuda diarak keliling kampung dari lorong ke lorong yang sebelumnya telah dihias dengan pernak-pernik bendera warna-warni.
Sekda Pinrang Andi Calo Kerrang mengatakan, Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan tradisi Sayyang Pattudu di Desa Lero ini rutin digelar.
"Tradisi Sayyang Pattudu ini digelar satu kali dalam dua tahun. Ini pertama kalinya digelar pasca Covid-19," kata Andi Calo.
Dikatakan, pemerintah Kabupaten Pinrang sangat mendukung pelestarian budaya atau tradisi Sayyang Pattudu ini.
Terlebih lagi, kegiatan ini bisa mendatangkan wisatawan dari berbagai daerah.
"Kami sangat mendukung kegiatan ini. Apalagi ada ribuan orang yang datang. Ini tentu menguntungkan para UMKM di Desa Lero. Semoga tahun-tahun berikutnya bisa meriah lagi," ungkapnya.
Kepala Desa Lero, M Amin mengatakan, 33 kuda yang ikut dalam tradisi Sayyang Pattudu ini dari berbagai kabupaten/kota Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar).
"Diikuti berbagai kabupaten dari luar Sulawesi Selatan. Ada dari Sulbar yakni Mamuju, Polman dan Majene," kata Amin.
Dia menuturkan, ribuan penonton ini bukan hanya dari warga Desa Lero saja.
"Para penonton juga datang dari luar Pinrang. Ada warga Parepare dan Sidrap yang datang hanya untuk menonton kegiatan ini," ungkapnya.
Diketahui,Sayyang Pattudu adalah sebuah warisan budaya tak benda dari Polewali Mandar.
Sayyang memiliki arti sebagai kuda dan Pattudu artinya menari.
Ketika digabungkan maka maknanya adalah kuda yang menari.
Tradisi Sayyang Pattudu ini rutin digelar di Desa Lero.
Pasalnya masyarakat Lero memang masih memiliki garis keturunan Mandar.
Tradisi ini terus dilestarikan di Desa Lero, Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang. (*)
Laporan jurnalis Tribunpinrang.com, Nining Angreani.
Wansus Ngobrol Keuangan: Trik OJK Kembalikan Uang Terlanjur Ditransfer ke Rekening Penipu |
![]() |
---|
Pangdam Hasanuddin: Almarhum Lettu Inf Fauzi Ahmad Prajurit Terbaik! |
![]() |
---|
Senyum Terakhir Sang Prajurit TNI di Layar Ponsel |
![]() |
---|
ChatGPT dan Budaya Hierarkis di Kampus |
![]() |
---|
Unhas Sebagai Destinasi Wisata Baru: Kampus Humanis, Hijau, dan Berdaya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.