Opini
Batas Tenggat Bonus Demografi: Persiapan yang Tak Boleh Diabaikan
Senada dengan hal tersebut dimaknai dengan konsep perjuangan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Hal itu dapatlah dicapai dengan lahirnya kepekaan bangsa Cina dalam menata SDM melaui investasi besar-besaran di bidang pendidikan sebagai pilar utama.
Indonesia berpotensi mendapatkan hasil yang sama dengan kedua negara tersebut, bilamana memanfaatkan bonus demografi pada tahun 2030-2040 dengan sebaik-baiknya.
Bisakah Indonesia mengambil keuntungan yang berdampak besar bagi kemajuan negara layaknya Korea dan Tiongkok?
Hal itu dapatlah dinilai dari seberapa besar kepekaan anak bangsa untuk berbuat, berkontribusi dan bergerak bersama-sama untuk kebaikan dan kemajuan bumi ibu pertiwi.
Memotret status quo hari ini, SDM tenaga kerja Indonesia masih sedikit yang berpendidikan menengah ke atas, akibatnya daya saing pun cukup rendah.
Tak hanya itu, lapangan kerja juga masih sangat sedikit sehingga angka pengangguran di Indonesia saat ini masih cukup tinggi.
Dan juga Berdasarkan data dari KEMENKO PMK, bahwa capaian pada tahun 2020, Indonesia memiliki nilai IPP sebesar 51,00.
Nilai tersebut mengalami penurunan sebesar 1,67 poin dari tahun 2019.
Sedangkan, target nilai IPP Indonesia di tahun 2024 sebesar 57,67.
Dari permasalahan tersebut, kolaborasi memainkan peran kunci dalam menghadapi tantangan-tantangan kompleks yang tidak dapat diselesaikan secara mandiri.
Pemerintah, swasta, dunia pendidikan, media, dan masyarakat (termasuk pemuda dan organisasi kepemudaan) hendaklah saling bersinergi dalam mempersiapkan dan juga memaksimalkan perannya dalam meledakkan potensi pemuda sebagai motor penggerak utama bonus demografi.
Indonesia adalah negara yang kuat, bilamana penaklukkan bonus demografi digaungkan tanpa sekat, sinergitas sesama anak bangsa yang begitu erat, meniscayakan kemajuan Indonesia akan terasa dekat.
Rencana aksi dan kolaborasi hendaklah disemarakkan dengan tepat.
Sebab bonus demografi haruslah dijemput dengan peran yang akurat, 2030 tidaklah lagi menjadi waktu yang lama, jika bonus demografi dimaknai dengan kata membangun peradaban, Maka 2030 akan jadi terasa singkat.
Indonesia dalam proyeksi penaklukkan bonus demografi tidaklah bisa kita biarkan hadir yang diisi kekecawaan dan kegagalan atas harapan.
Negara, Unjuk Rasa, dan Pertaruhan Wibawa Hukum |
![]() |
---|
Ironman Gagal Menjaga Tahta, Kalkulator Gagap Menakar Rasa |
![]() |
---|
Aspirasi Hidup, Cagar Budaya Tetap Berdiri |
![]() |
---|
Karangan Bunga untuk Menteri Keuangan, Suara Dosen Menanti Perubahan |
![]() |
---|
Relasi antara Aksi Destruktif, Represifitas Aparat, dan Krisis Representasi Politik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.