Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Plastik: Sampah Tanpa Solusi?

Penetapan 5 Juni sebagai Hari Lingkungan meru­pakan instrumen penting untuk mening­katkan kesadaran tentang lingkungan dan mendorong perhatian.

TRIBUN-TIMUR.COM/WAHYUDDIN
Dosen Fisika Bumi FMIPA UNM, Muhammad Arsyad 

Hal ini terjadi meskipun ada upaya global untuk mengurangi polusi plastik dan emisi karbon. 

Laporan indeks kedua Senin, 6 Februari 2023 oleh Plastic Waste Makers Index, Organisasi Filantropi Minderoo Foundation menemukan, dunia menghasilkan 139 juga metrik ton sampah sekali pakai pada 2021.

Jumlah ini 6 juta metrik ton lebih banyak dari 2019, ketika laporan indeks pertama dirilis. 

Laporan ini menunjukkan, bahwa tambahan sampah plastik yang dihasilkan dalam dua tahun tersebut setara dengan hampir satu kilogram lebih banyak untuk setiap orang di planet ini dan didorong oleh permintaan akan kemasan fleksibel seperti film dan sachet.

Saat ini, seperti yang dilakukan, makanan, minuman, obat dan keperluan lainnya dengan mudah dijumpai dalam bentuk sachet.

Beberapa tahun terakhir, pemerintah di seluruh dunia telah meng­umumkan kebijakan untuk mengurangi volume plastik sekali pakai, melarang produk seperti sedotan sekali pakai, peralatan makan sekali pakai, wadah makanan, penyeka kapas, tas, dan balon.

Sejalan dengan itu, Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional KLHK (1 Februari 2023), melaporkan bahwa jumlah timbunan sampah (sampah secara umum) 18,3 juta ton pertahun Sampah terkelola 77,28 persen, dan penanganannya hanya 50,55 persen.

Kota Makassar (Data Dinas LH, 2020) mempunyai volume sampah mencapai 7.374,5 ton per bulan dan 245,8 ton per hari.

Menurut data terakhir Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar, setiap orang menghasilkan 0,6 kg sampah setiap hari Jika ditotal dengan jumlah penduduk Kota Makassar sekitar 1,5 juta jiwa, volume sampah penduduk sebanyak 1.100 ton setiap hari.

Jumlah sampah ini akan terus bertambah bergantung pertambahan jumlah penduduk, berkembangnya daerah Industri, dan permukiman baru di kota Makassar. Artinya, fakta tentang sampah ini mesti dikelola secara baik untuk kehidupan makhluk hidup.

Namun, di pihak lain Indonesia sudah lama menjadi salah satu importir sampah terbesar di dunia. Data UN Comtrade menunjukkan, sekitar 138 ribu ton sampah plastik diimpor dari berbagai negara maju pada tahun 2020.

Sampah plastik ini berasal dari Belanda (51,5 ribu ton) kemudian Jerman, Slovenia, Amerika Serikat, bahkan Singapura turut menjadi negara pengimpor

Sekuat apapun kita berusaha, jika kemasan plastik yang tadinya merupakan bahan yang digunakan untuk membantu manusia (pedagang asongan, pedagang kaki lima dan sejenisnya) pada saat konsumen membawa pulang kemasan tersebut dan tidak tahu apakah atau bagaimana kemasan tersebut dapat di daur ulang. Jangankan melakukan daur ulang, melakukan pemilahan sampah saja, warga kita masih sulit melakukannya.

Untuk itu, penulis menyerukan pelabelan yang lebih baik, pesan yang lebih jelas, dan materi yang lebih sederhana di pasar untuk mempermudah daur ulang. Masih ingatkah permintaan dari regulasi, bahwa jika anda datang berbelanja di toko, silahkan bawa tempat belanjaan dari rumah, berupa dos atau sejenisnya, dan yang minta penggunaan kantong plastik hendaknya membayar. Efektif??? Nyatanya tidak.

Sejatinya, kelestarian ling­kungan adalah suatu kenis­cayaan yang harus dijaga dan dipelihara secara terus menerus. Sehingga, perlu dan harus terus dikumandangkan dengan lantang bahwa bumi, laut dan bahagian yang berada di antara keduanya memerlukan tangan-tangan terampil dan kebijakan cerdas dari pihak yang diberi amanah untuk terus berupaya dengan keras untuk mencari solusi.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Nikah Massal

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved