Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Plastik: Sampah Tanpa Solusi?

Penetapan 5 Juni sebagai Hari Lingkungan meru­pakan instrumen penting untuk mening­katkan kesadaran tentang lingkungan dan mendorong perhatian.

TRIBUN-TIMUR.COM/WAHYUDDIN
Dosen Fisika Bumi FMIPA UNM, Muhammad Arsyad 

Plastik diperkenalkan pertama kali oleh Alexander Parkes pada sebuah eksibisi di Inggris tahun 1862.

Sedangkan di Indonesia, plastik mulai dikenal setelah akhir perang dunia kedua, yakni tahun 1952 dengan munculnya lima pabrik plastik di Pulau Jawa.

Kemunculannya langsung mendapat atensi dan minat yang tunggi dari masyarakat.

Mulai dari kemasan yang sederhana, bentuk yang bisa diubah berdasarkan bawaan barang yang dibungkus, mudah dibawa, tahan air, dan tentu saja lebih murah.

Malahan, plastik yang merupakan bahan dasar untuk produksi pipa, termasuk pipa air dan lainnya, semakin diperlukan.

Namun, seiring dengan perkem­bangan zaman, dengan semakin besarnya jumlah pemakai maka plastik menjadi kebutuhan dan menjadi sampah di lingkungan pemakainya, termasuk manusia.

Volume besar sampah plastik berakhir di tempat pembuangan akhir, sungai, dan lautan setiap tahun, dan ketika terkena kondisi lingkungan seperti penyinaran matahari dan aberasi bahan plastik perlahan-lahan terurai melepaskan partikel mikro dan nano-plastik.

Plastik mikro dan nano telah ditemukan di air ledeng secara global, serta di tanah dan bahkan darah manusia.

Bahaya polutan mikro dan nano baru ini belum dipahami dengan baik tetapi berpotensi memiliki konsekuensi yang signifikan terhadap kesehatan dan kesejahteraan kita.

Infrastruktur pengolahan dan pengolahan air kita saat ini tidak dirancang untuk menangani jenis polutan baru ini.

Polusi plastik juga menjadi ancaman bagi kehidupan darat dan laut.

Sementara banyak negara melarang penggunaan plastik sekali pakai, kita juga perlu memikirkan dan mengembangkan solusi serta praktik pembersihan air dan tanah untuk mengatasi masalah tersebut.

Polusi plastik dapat menimbulkan konsekuensi yang parah dan sering disebut sebagai salah satu ancaman eksistensial terbesar setelah perubahan iklim dan hilangnya keaneka­ragaman hayati.

Kita perlu menghasilkan lebih banyak bukti ilmiah yang kemudian akan mengembangkan solusi dan mendorong intervensi regulasi.

Plastik, kini menjadi “monster” baru bagi kehidupan manusia. Produksi plastik di seluruh dunia kini menembus rekor baru, mayoritas terbuat dari polimer yang diproduksi dengan energi fosil.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Nikah Massal

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved