Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Menang Tipis dari Kemal Kilicdaroglu, Recep Tayyip Erdogan Terpilih Pimpin Turki Periode Ketiga

Recep Tayyip Erdogan kembali terpilih memimpin Turki periode ketiga setelah mengalahkan Kemal Kilicdaroglu.

Editor: Sudirman
ist
Recep Tayyip Erdogan. Erdogan terpilih sebagai Presiden Turki periode ketiga. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Recep Tayyip Erdogan kembali terpilih sebagai Presiden Turki periode ketiga.

Erdogan memenangkan pemilihan umum Turki putaran kedua yang digelar Minggu 28 Mei.

Penantangnya, Kemal Kilicdaroglu, menyebutnya sebagai "pemilihan yang paling tidak adil".

Tetapi ia menerima hasil akhir pemilihan dan komitmen melanjutkan tugasnya sebagai oposisi.

Hasil resmi menunjukkan Kilicdaroglu meraih 47,9 persen suara, sedangkan petahana Erdogan 52,1 % .

Kemenangan ini menandakan berlanjutnya kembali masa pemerintahan Erdogan hingga 2028.

Pemilu pada 2023 ini sendiri merupakan yang ketiga kalinya dimenangkan Erdogan selama 20 tahun memerintah Turki.

Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin dunia ramai-ramai menyampaikan ucapan selamat ke Erdogan.

Erdogan sendiri dalam pidato kemenangannya mengajak Rakyat kembali bersatu untuk kemakmuran Turki.

Profil Erdogan

Recep Tayyip Erdogan telah tumbuh menjadi seorang raksasa politik yang berawa dari kehidupannya yang sederhana.

Ia memimpin Turkiye selama 20 tahun dan membentuk kembali negaranya melebihi pemimpin mana pun sejak era Mustafa Kemal Ataturk, bapak republik modern yang sangat dihormati di Turkiye.

Peluangnya untuk melanggengkan kekuasaannya hingga dekade ketiga berada di ujung tanduk.

Hal ini dikarenakan Turkiye tertatih-tatih akibat diguncang gempa terdahsyat sejak 1999.

Oposisi memberikan tuduhan terkait kegagalan memitigasi bencana di negara yang rawan gempa, juga salah mengelola ekonomi.

Masa Muda Erdogan

Recep Tayyip Erdogan lahir pada Februari 1954.

Ia merupakan seorang putra dari seorang pelaut di Angkatan Laut di Laut Hitam di wilayah utara Turkiye.

Ayahnya memutuskan untuk pindah ke Istanbul saat dia berusia 13 tahun.

Kepindahan ini dilakukan dengan harapan bisa memberikan pendidikan yang lebih baik kepada kelima anaknya.

Erdogan pernah berjualan limun dan bagel wijen, yang dikenal sebagai “simit” demi mendapatkan uang tambahan saat muda.

Dia bersekolah di sekolah Islam sebelum meraih gelar manajemen dari Universitas Marmara Istanbul.

Gelar diplomanya sering menjadi sumber kontroversi.

Oposisi menuding Erdogan tidak memiliki gelar sarjana penuh, namun setara dengan gelar vokasi.

Tuduhan ini selalu dibantah oleh Erdogan.

Erdogan muda juga tertarik pada sepak bola.

Dia sempat menjadi bagian dari tim semi-profesional hingga tahun 1980-an.

Namun demikian, ia memang berhasrat untuk terjun ke bidang politik.

Baca juga: Putri Puan Maharani, Pinka Hapsari Masuk Daftar Bacaleg DPRI RI dari PDIP di Pemilu 2024

Terjun ke Politik

Erdogan aktif di kalangan Islamis, dan bergabung dengna Partai Kesejahteraan pro-Islam pimpinan Necmettin Erbakan pada 1970-an dan 1980-an.

Ia mencalonkan diri sebagai wali kota Istanbul pada 1994, dan memimpin kota itu selama empat tahun saat partai tersebut semakin populer pada 1990-an.

Erbakan, perdana menteri Islamis pertama Turkiye, menjabat hanya satu tahun sebelum dipaksa mundur pada 1997 oleh militer.

Di sisi lain, Erdogan berkonflik dengan otoritas sekuler di negara itu.

Dia dihukum karena menghasut kebencian rasial setelah membaca puisi nasionalis di depan umum yang salah satu lariknya berbunyi:

“Masjid adalah barak kami, kubah adalah helm kami, menara masjid adalah bayonet kami, dan orang-orang yang loyal adalah tentara kami.” Pada tahun yang sama.

Dia kembali terjun ke dunia politik setelah menjalani hukuman empat bulan penjara.

Partai politiknya dilarang oleh pemerintah karena melanggar prinsip-prinsip sekuler yang ketat dari negara Turkiye modern pada 1998.

Erdogan mendirikan partai berakar Islam baru bersama sekutunya, Abdullah Gul, yang diberi nama Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pada Agustus 2001.

Popularitas Erdogan meningkat, terutama di kalangan dua kelompok: pertama, oleh kelompok religius mayoritas Turkiye yang merasa terpinggirkan oleh elite sekuler di negara itu dan yang kedua, oleh mereka yang menderita akibat krisis ekonomi pada akhir 1990-an.

AKP memenangkan pemilihan parlemen. Pada tahun berikutnya, Erdogan diangkat sebagai perdana menteri pada tahun 2002.

Erdogan bertahan sebagai ketua partai hingga saat ini.

Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul Hasil Sementara, Erdogan Unggul Di Pemilu Turkiye 2023, Ini Profil & Jejak Erdogan

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved